Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandingkan dengan Pulau Jawa dan Selandia Baru, Teten Sebut Komoditas Papua Bisa Jangkau Pasar yang Luas

Kompas.com - 31/08/2022, 19:34 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

JAYAPURA, KOMPAS.com -  Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menilai Papua memiliki komoditas unggulan yang bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Teten membandingkan komoditas asal Papua dengan produk-produk di Pulau Jawa hingga Selandia Baru.

“Produk UMKM Papua ini sudah bagus dan tidak kalah dengan kemasan produk yang banyak tersebar di Pulau Jawa. Ini bisa jadi showcasing produk UMKM terlebih dengan semakin banyaknya pendampingan, kurasi produk, branding kemasan yang membuat produk UMKM di Papua semakin diminati,” kata Teten di acara peresmian Galeri UMKM Papua, di Jayapura, Papua seperti termuat dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (31/8/2022).

Teten menegaskan, Papua memiliki banyak komoditas unggulan mulai dari kopi, sagu, hasil laut, hingga buah merah. Bahkan ada juga komoditas buah sukun yang saat ini sedang diteliti oleh satu perusahaan, agar diolah menjadi tepung gluten free maupun produk untuk makanan bayi yang diperkirakan bisa menjaring pasar yang lebih luas.

“Saya sarankan setiap daerah untuk punya keunggulan produknya sendiri. Papua melimpah kalau soal produk komiditas unggulan. Tak hanya hasil laut maupun hasil hutan yang dimaksimalkan oleh koperasi untuk mengagregasikan produknya agar bisa mengakses pembiayaan,” kata Teten.

Seperti kopi asal Papua, kata Teten, meski masih terbatas dari sisi kapasitasnya namun Pemprov sudah mulai menanam kopi di Pegunungan Bintang.

“Luar biasa kualitas kopi asal Papua ini, karena ditanam di ketinggian 2.000 kaki di atas permukaan laut. Ini sangat jarang, bisa dibilang sekelas kopi Arabica tingkat dunia,” ucap Teten.

MenKopUKM Teten Masduki dalam acara peresmian Galeri UMKM Papua, di Jayapura, Papua, Rabu (31/8).Dok. KemenKopUKM MenKopUKM Teten Masduki dalam acara peresmian Galeri UMKM Papua, di Jayapura, Papua, Rabu (31/8).

Bahkan ia meyakini, jika Papua tetap fokus pada produk komoditas unggulannya, hal ini bisa menjadi kekuatan ekonomi masyarakat lokal.

“Selandia Baru misalnya kenapa saya selalu bandingkan. Itu karena hanya dengan 3 komoditasnya yakni daging, susu, dan buah kiwi tapi makmur rakyatnya. Papua tidak kalah, hasil laut, hasil hutan, buah merah, kopi, cokelat perlu ditetapkan komoditas unggulan, sehingga penanganan dan dukungan daerah, maupun riset penelitian bisa dioptimal untuk menghasilkan produk berkualitas,” kata Teten.

Asisten 2 Setda Papua Muhammad Musaad menambahkan, Pemerintah Daerah telah melakukan pengembangan UMKM, salah satunya memberikan modal tanpa bunga yang diberikan kepada UMKM potensial secara selektif.

Saat ini diakui Musaad, salah satu yang menjadi kendala pengembangan produk UMKM adalah pasar. Untuk itu, Gubernur Papua sudah bersurat terkait usulan agar dibuka kembali rute penerbangan internasional ke Papua, khususnya untuk penerbangan pengangkutan komoditas bukan penumpang.

“Sehingga Jayapura diharapkan bisa menjadi hub keluar masuk bagi Papua, terutama untuk di kawasan Asia Pasifik, Amerika Serikat (AS), sejumlah negara di Asia seperti Korea Selatan yang saat ini sedang berkembang,” katanya.

Musaad mengatakan, pihaknya juga tengah meminta tempat promosi khusus di Jakarta sebagai hub pengembangan untuk pasar Pulau Jawa dan sekitarnya.

“Diharapkan upaya-upaya ini bisa mendorong UMKM Papua naik kelas dan bisa bersaing dengan provinsi lain. Kami ingin mengubah citra Papua menjadi lebih baik lagi,” ucap Musaad.

PLUT Bantu UMKM

Salah satu produk olahan dari komoditas sagu di Jayapura, Papua.Dok. KemenKopUKM Salah satu produk olahan dari komoditas sagu di Jayapura, Papua.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Didukung BRI, Yuli dan Tatang Sukses jadi Penyedia Layanan Transaksi Perbankan

Didukung BRI, Yuli dan Tatang Sukses jadi Penyedia Layanan Transaksi Perbankan

Program
Ingin Kenalkan Kain Tradisional Indonesia, Sondang Merintis Mejikuhibiniu Butik

Ingin Kenalkan Kain Tradisional Indonesia, Sondang Merintis Mejikuhibiniu Butik

Jagoan Lokal
Kisah di Balik Perjalanan Kupat Tahu Pak Pangat Magelang yang Legendaris

Kisah di Balik Perjalanan Kupat Tahu Pak Pangat Magelang yang Legendaris

Jagoan Lokal
Kisah Yuli dan Tatang Bantu Pedagang Pasar Bisa Nikmati Layanan Perbankan

Kisah Yuli dan Tatang Bantu Pedagang Pasar Bisa Nikmati Layanan Perbankan

Program
Sejarah Tan Ek Tjoan, Roti Legendaris asal Bogor Sejak 1920

Sejarah Tan Ek Tjoan, Roti Legendaris asal Bogor Sejak 1920

Jagoan Lokal
4 Hal yang Harus Dilakukan Pendiri Start-Up untuk Mencapai Kesuksesan

4 Hal yang Harus Dilakukan Pendiri Start-Up untuk Mencapai Kesuksesan

Training
5 Pola Pikir Wirausaha untuk Mencapai Kesuksesan Bisnis

5 Pola Pikir Wirausaha untuk Mencapai Kesuksesan Bisnis

Training
Berniat Gunakan Software untuk Memantau Karyawan? Simak 3 Kelemahannya

Berniat Gunakan Software untuk Memantau Karyawan? Simak 3 Kelemahannya

Training
Berminat Bisnis Batik? Ini Rincian Modal dan Bahan Baku yang Dibutuhkan

Berminat Bisnis Batik? Ini Rincian Modal dan Bahan Baku yang Dibutuhkan

Training
3 Strategi Menjaga Loyalitas Pelanggan ala Owner Smart Perfume

3 Strategi Menjaga Loyalitas Pelanggan ala Owner Smart Perfume

Training
Menikmati Pertunjukan Wayang Golek di Warung Kopi Saung Jurasep Bogor

Menikmati Pertunjukan Wayang Golek di Warung Kopi Saung Jurasep Bogor

Jagoan Lokal
Kisah Jurasep Membangun Warung Kopi dengan Sentuhan Seni dan Budaya

Kisah Jurasep Membangun Warung Kopi dengan Sentuhan Seni dan Budaya

Jagoan Lokal
4 Alasan Mengapa Harus Memulai Bisnis Parfum

4 Alasan Mengapa Harus Memulai Bisnis Parfum

Training
Cerita Naning Membangun Bisnis Parfum Beromzet Puluhan Juta Sebulan

Cerita Naning Membangun Bisnis Parfum Beromzet Puluhan Juta Sebulan

Jagoan Lokal
Ingin Mengembangkan Bisnis? Kenali Dulu Pentingnya Analisis SWOT

Ingin Mengembangkan Bisnis? Kenali Dulu Pentingnya Analisis SWOT

Training
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com