Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Tenun Ikat NTT, Gubernur NTT Sebut Tak Kalah Hebat dengan Karya Leonardo Davinci

Kompas.com - 14/08/2022, 07:00 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tenun ikat dari Nusa Tenggara Timur (NTT) disebut merupakan karya ibu-ibu berintelektual tinggi.

Hal itu diungkapkan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat.

Viktor menyebutkan, tenun ikat tidak kalah hebatnya dengan karya Leonardo Da Vinci atau karya Michael Angelo.

"Tenunan NTT dikerjakan oleh ibu-ibu yang berintelektual tinggi di seluruh NTT. Mereka hasilkan tenun ini sudah sejak ribuan tahun lalu. Ini karya artistik yang luar biasa," kata Gubernur VBL saat membuka Exotic Tenun Fest 2022 dan Launching Gerakan Cinta Produk NTT di Lippo Mall Kupang, Jumat lalu.

Viktor membandingkan pembuatan tenun ikat NTT dengan pembuatan baju. Ia berujar, sebelum membuat baju, digambar dulu modelnya, baru dipotong dengan benar dan dijahit seturut model yang telah digambar.

Namun, tenun ikat NTT ini tak ada modelnya yang dapat dilihat secara kasat mata dan abstrak.

"Modelnya (motifnya) ada di kepala para penenun. Penenunnya di manapun dia berada, tinggal di rumah yang tidak sama dan tidak punya hubungan sama sekali, tapi begitu produknya keluar, hasilnya sama. Itu mencirikan tingkat intelektual yang sangat tinggi," ujar Viktor.

Baginya, tenun ini bukan hasil karya kerajinan tangan, tetapi karya intelektual dari perempuan-perempuan Timor, Sumba, Flores, Alor, Sabu, Rote Ndao, Adonara, dan Lembata.

"Produk ini tidak dibuat dari pola-pola yang sudah konkret yang kita bisa lihat dan tiru. Tapi itu semua polanya lahir dari imajinasi pembuatnya. Itu ciri orang pintar," imbuh Viktor.

Karena itu, Viktor pun mengajak seluruh masyarakat untuk lebih mencintai tenun NTT.

"Kita harus mencintai milik kita sendiri dulu, baru orang lain dapat menikmati dan menghargainya," ujar dia.

Masyarakat kata dia, tidak boleh hanya jual tenun tetapi juga memakainya.

"Pertumbuhan ekonomi kita harusnya juga bisa didukung pertumbuhan produksi, dengan cara mengatur tenun itu dipakai di seluruh kabupaten dan kota. Pemakaian secara masif akan meningkatkan ekonomi pelaku UMKM," kata Viktor.

Viktor mencontohkan, seluruh kabupaten dan kota dua sampai tiga hari diwajibkan pakai tenun ikat.

Satu hari pakai motif daerah dan dua hari pakai tenun ikat. Termasuk juga di gereja-gereja, sekolah-sekolah, dan tempat-tempat lainnya pakai tenun ikat.

"Saya harapkan instansi-instansi vertikal juga dapat mewajibkan para karyawan memakai tenun ikat satu atau dua hari dalam seminggu. Kita harus tunjukkan kebanggaan memakai karya intelektual yang hebat ini," kata Viktor.

Viktor pun mengapresiasi Bank Indonesia Perwakilan NTT, yang telah menginisiasi kegiatan festival yang bertemakan, Tenun NTT Goes to Cities Life.

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, mengatakan, kegiatan festival tenun ini merupakan bentuk dukungan pihaknya terhadap UMKM.

"Kita harus selalu bersinergi. Kegiatan Exotic Tenun Fest merupakan bagian dari bentuk dukungan BI untuk semakin meningkatkan level tenun NTT," jelas Destry.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT I Nyoman Ariawan Atmaja, dalam laporannya menjelaskan tujuan dari Exotic Tenun Fest 2022 adalah untuk meningkatkan penggunaan produk UMKM.

Termasuk juga kata Nyoman, meningkatkan kesadaran masyarakat umum terhadap keindahan motif NTT serta upaya pemulihan ekonomi.

Festival ini lanjut dia, diselenggarakan selama tiga hari yakni dari Jumat (13/8/3022) hingga (15/8/2022)

"Kegiatan Festival tahun 2022 ini, diikuti oleh 62 UMKM dengan total produk 930 produk baik itu kain tenun maupun produk turunan seperti kopi, kuliner dan lain-lain," jelasnya. (K57-12).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com