BANDUNG, KOMPAS.com — Limbah kayu jika berada di tangan yang tepat, akan memiliki nilai tambah. Hal ini pula yang dilakukan oleh PT Kreasi Pala Nusantara yang memproduksi jam tangan berbahan dasar kayu.
Founder PT Kreasi Pala Nusantara, Ilham Pinastik, pihaknya mencoba memanfaatkan limbah kayu dan kulit sisa produksi jam tangan menjadi sebuah charm, aksesori berbentuk jam yang bisa digantung di tumbler atau tas.
Ilham aksesoris jam tersebut bisa dijual seharga Rp100.000 dan mendapat respons positif dari pasar. “Seminggu kami bisa menjual hingga 200 pieces Pala Charm ini,” katanya di sela kunjungan media “Eksplorasi Langsung Wirausaha Lokal Inspiratif di Bandung”, Senin (2/6/2025).
Baca juga: Asa UMKM Rajutan Bandung Bertahan di Tengah Gempuran Barang Impor
Selain charm, PT Kreasi Pala Nusantara juga mengembangkan produk lain seperti jam duduk yang turut dibuat dari limbah kayu.
“Mulai tahun lalu, produk lokal mulai gencar memasukkan unsur SDGs dalam produksinya. Jadi, kami coba membuat produk yang lebih berkelanjutan,” jelas Ilham.
Ia menyampaikan bahwa sejak 2019 pihaknya sebenarnya telah mulai membangun produk dengan prinsip keberlanjutan. Namun saat itu respons pasar belum sebaik yang diharapkan.
“Tahun 2022 kami mulai coba lagi namun dalam sistem kolaborasi, 2024, 2025 berlanjut. Ternyata, justru bisa menjadi penunjang usaha di saat ekonomi sedang melemah seperti sekarang.”
Menurut Ilham, penjualan Pala Charm cukup membantu menutup kekurangan dari penurunan penjualan jam tangan. Dengan narasi keberlanjutan yang semakin gencar terdengar di masyarakat, ia yakin produk dari olahan limbah bisa menjadi tren usaha yang justru meningkat ke depannya.
Meski begitu, Ilham mengakui masih ada tantangan dari persepsi masyarakat terhadap produk limbah.
Baca juga: UKM-IKM Trade Expo Bakal Digelar, Dorong UMKM ke Pasar Internasional
“Masih banyak orang yang berpikir, ngapain bayar mahal-mahal untuk barang dari ‘limbah’,” ujarnya.
Untuk menjawab tantangan itu, pihaknya tetap menjaga kualitas produk dari bahan limbah agar setara dengan produk utamanya.
“Kami juga mencoba punya produk terbaru, Pala Merah Muda, yang dihargai Rp799.000. Tanpa diskon, dalam dua hari sudah terjual 60 pieces. Ini akan jadi bahan riset ke depan, apakah produk sustainability bisa menopang usaha di tengah kondisi seperti ini,” pungkas Ilham.
Ilham menambahkan, jauh sebelum mengolah limbah menjadi produk, perusahaannya sudah memperhatikan prinsip keberlanjutan dari sisi sosial. Salah satunya dengan menggunakan sebagian besar bahan baku dari UMKM lokal untuk mendukung rantai pasok sesama pelaku usaha kecil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.