JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta W. Kamdani, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk membangun dan memperkuat sektor UMKM, sehingga UMKM tidak hanya bertahan, tetapi juga berkelanjutan.
Hal ini disampaikannya dalam acara Kick Off Diplomat Success Challenge Season 16 pada Jumat, (13/6/2025), menyusul serangkaian data yang menunjukkan peran signifikan UMKM dalam perekonomian Indonesia.
Shinta menyebut bahwa saat ini UMKM menyerap hampir 97 persen tenaga kerja dan menyumbang sekitar 61 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) negara, serta menjaga stabilitas ekonomi di tengah berbagai tantangan terhadap sektor usaha.
Baca juga: Cara Sustainable Ekstraksi Nikel Ditemukan, Indonesia Perlu Jajaki
“Namun, kekuatan sebesar itu tidak akan berdampak panjang jika tidak didukung secara sistematis,” ujar Shinta.
Ia mengakui bahwa dukungan sistematis terhadap UMKM masih menjadi tantangan, sehingga peran UMKM belum optimal.
Salah satu persoalan yang disoroti adalah keterlibatan UMKM dalam rantai pasok yang dinilai belum masif, baik di tingkat nasional maupun global, yang dinilai dapat menjadi tonggak keberlanjutan UMKM.
Mengutip data Kementerian Koperasi dan UKM, hanya sekitar 7 persen UMKM yang terlibat dalam rantai pasok dalam negeri dan 4 persen dalam rantai pasok global, dari total 66 juta pelaku UMKM di Indonesia.
“Angka tersebut masih sangat rendah untuk pengembangan UMKM agar berdaya. Sebagai perbandingan, terdapat 20 persen UMKM di Vietnam yang telah masuk rantai pasok dunia,” ujar Shinta.
Lebih jauh, Shinta menyebut kontribusi UMKM terhadap ekspor juga masih terbatas, yakni hanya 15,7 persen. Sementara itu, Thailand mampu mendorong peran UMKM hingga menyumbang 29 persen terhadap ekspor nasional mereka.
Baca juga: Daftar Perusahaan Paling Sustainable Dirilis, Schneider Electric No 1
Meski begitu, Shinta memahami hal tersebut, mengingat keterbatasan akses sumber daya yang dihadapi UMKM dalam menunjang pertumbuhan mereka.
“Sebanyak 51 persen UMKM menghadapi keterbatasan akses pada sektor keuangan dan permodalan,” tambah Shinta.
Tantangan lain yang menghambat pertumbuhan UMKM antara lain keterbatasan pasar, pengetahuan untuk mempromosikan produk atau jasa, serta akses terhadap alat produksi dan teknologi yang sesuai dengan lini usaha mereka.
Sebagai informasi, Diplomat Success Challenge (DSC) adalah program kompetisi kewirausahaan terbesar di Indonesia yang diprakarsai oleh Wismilak Foundation.
Program ini telah memasuki tahun ke-16, dengan tetap mengusung misi sebagai safe space bagi para entrepreneur muda Indonesia dalam mengembangkan usaha yang berdampak.
Dengan total dana hibah senilai Rp 2,5 miliar, DSC telah berhasil menghimpun lebih dari 160.000 proposal bisnis dari berbagai penjuru Indonesia dan secara konsisten menghadirkan ekosistem kolaboratif yang mendukung pertumbuhan wirausaha berbasis nilai dan keberlanjutan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya