JAKARTA, KOMPAS.com - Dana Indonesia dan Ant International kembali menggelar program pemberdayaan perempuan melalui SisBerdaya dan DisBerdaya.
Program tersebut merupakan inisiatif yang dirancang untuk memberdayakan pengusaha perempuan di kategori mikro dan ultra mikro melalui pelatihan, pendampingan, hingga pendanaan UMKM.
Direktur Komunikasi Dana, Olavina Harahap, mengatakan program ini bermula karena terbatasnya pengusaha perempuan serta penyandang disabilitas mengakses pembiayaan.
"Data statistik terbaru, hanya 27 persen UMKM perempuan yang mendapatkan akses ke pembiayaan. Padahal ada 65 persen yang dikelola oleh perempuan," ujar Olavina dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Rabu (7/5/2025).
Baca juga: YBDA Dampingi 13.000 UMKM, Fokus ke Manajemen dan Akses Pasar
Data lain menunjukkan, hanya 22 persen penyandang disabilitas yang bisa mengakses layanan keuangan.
"Makanya tahun 2023 kemarin kami sudah bekerja sama dengan Ant International menyelenggarakan Sisberdaya. Di 2024 kami perluas lagi dengan adanya Disberdaya atau disabilitas berdaya," imbuh dia.
Olavina menyebut, tema tahun ini ialah Memajukan Bisnis dengan Teknologi. Pihaknya memberikan pelatihan teknik pemasaran digital, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), dan pendanaan mencapai Rp 750 juta.
"Kami pengin teman-teman UMKM dan penyandang disabilitas juga bisa memanfaatkan teknologi dan AI," jelas Olavina.
"Makanya kami merangkum sebuah kurikulum yang cukup komprehensif mencakup berbagai macam penggunaan teknologi. Mulai dari yang pemanfaatan AI yang khusus untuk kebutuhan UMKM," lanjut dia.
Baca juga: Jurus Tokopedia Genjot UMKM, Jagokan Produk Lokal hingga Beri Diskon Konsumen
Sementara itu, Senior Director, Government Affairs and Strategic Development for Indonesia and Philippines Ant International, Wilson Siahaan, menuturkan pihaknya menargetkan lebih dari 5.000 UMKM perempuan bergabung dalam DisBerdaya dan SisBerdaya.
"Kami optimistis SisBerdaya dan DisBerdaya 2025 dapat menjadi katalisator untuk mempercepat pertumbuhan UMKM perempuan, termasuk perempuan penyandang disabilitas, dan memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian lokal,” ungkap Wilson.
Adapun SisBerdaya menyasar dua kategori, yakni mikro untuk usaha dengan pendapatan Rp 10-Rp 30 juta per bulan dan usaha dengan nol sampai tiga karyawan.
Kategori kedua, ultra mikro untuk usaha dengan pendapatan Rp 1 juta-Rp 10 juta dan empat sampai 10 karyawan. Sementara itu, DisBerdaya ditujukan khusus untuk perempuan penyandang disabilitas pemilik usaha.
Baca juga: Astra Dorong Perekonomian NTT Lewat Pemberdayaan UMKM Kopi dan Kakao
Tahun ini, peserta DisBerdaya akan disaring melalui beberapa organisasi dan pihak regulator yang berfokus pada pemberdayaan disabilitas, seperti Ego Amote, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Kemitraan Australia-Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif (atau INKLUSI), Menembus Batas, serta Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) Kabupaten Garut.
Pendaftaran dibuka mulai 7-29 Mei 2025. Setelah mendaftar, peserta akan diseleksi dan 180 peserta teratas bakal mengikuti program pendampingan maupun pelatihan secara daring sebelum mengirimkan proposal bisnis.
Sebanyak 30 peserta dengan proposal terbaik nantinya didampingi intensif secara luring di Jakarta. Para finalis akan menampilkan karya dan potensi bisnisnya untuk dinilai pada Grand Final di Agustus 2025.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya