BATU, KOMPAS.com - Pemuda asal Kota Batu, Jawa Timur, Luhur Suseno (26) seperti kebanyakan penjual bakso pada umumnya, setiap hari melayani pembeli di kedainya yang berada di Dusun Kekep, Desa Tulungrejo.
Bersama istrinya, Bilqies Simay Sinarae (26), dirinya dengan sabar meladeni pengunjung. Dalam sehari, pasangan tersebut bisa menjual puluhan porsi mangkok bakso dari harga Rp 5.000 hingga Rp 12.000 per porsi.
Setiap hari, Luhur meraup omzet di kisaran Rp 300.000. Namun, dibalik usahanya itu, bapak dengan satu anak itu juga punya aktivitas sosial yang tak kalah hebatnya: mendirikan sekolah non-formal bernama Sekolah Alam Sobyor.
Baca juga: Bisnis Percetakan Digital, Tips Sukses dan Ide Produknya
Kegiatan itu sudah berlangsung hampir satu tahun sejak Maret 2022 lalu. Tujuannya, untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak di desanya.
Terbentuknya Sekolah Alam Sobyor berawal dari ide adiknya bernama Jaduk Danan Jaya (22) yang merupakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Malang. Ide itu selaras juga dengan keinginannya memiliki kegiatan sosial yang bermanfaat bagi orang lain.
Menurutnya, kualitas pendidikan anak-anak di dusunnya masih kalah bersaing dengan dusun lainnya. Sebab, hal itu dilihatnya karena pengaruh dari kesibukan bekerja dari para orangtua sehingga kurangnya waktu mengajarkan pendidikan ke anak-anaknya.
Kondisi itu membuatnya semakin mantab untuk membuka kegiatan Sekolah Alam Sobyor. Selanjutnya, Luhur bersama adiknya membuat konsep pembelajaran pembelajaran yang menyenangkan. Hasilnya, kegiatan di Sekolah Alam Sobyor diisi dengan tiga materi penting yakni tentang lingkungan, budi pekerti dan pendidikan formal.
Selanjutnya, konsep dan ide yang ada dapat terealisasi karena tidak sengaja juga bertemu dengan para istri dari tokoh-tokoh masyarakat di dusunnya.
"Ada ide itu kok tepat, tidak sengaja saya ngobrol dengan Bu Kepala Dusun, ibu-ibu PKK, ada ibu dari komite SDN 05 Tulungrejo, mereka saat itu mengutarakan soal kendala anak-anaknya yang akan menghadapi ujian, karena saat itu kondisinya setelah belajar online di rumah, anak-anak belum bisa maksimal," kata Luhur pada Senin (20/2/2023).
Tidak lama kemudian, Luhur bersama adiknya memutuskan untuk membuka kegiatan Sekolah Alam Sobyor. Dia juga mengajak dua orang lainnya yakni temannya dan saudaranya untuk ikut bergabung menjadi sukarelawan.
Baca juga: Wahyu Widodo Berhasil Raup Cuan dari Replika Mobil
Total ada sekitar 34 anak kelas 4, 5 dan 6 dari siswa SDN 05 Tulungrejo yang ikut Sekolah Alam Sobyor secara bergantian. Kini, kegiatan itu rutin dilakukan setiap hari Minggu mulai pukul 10.00 - 12.00 WIB.
"Awalnya anak-anak kelas 6 yang ikut, kemudian setiap minggu rutin pertemuan, lancar, terus kita adakan kegiatan untuk kelas 4 dan 5. Mereka belajar Matematika, IPA, Bahasa Inggris, memang belum semuanya, karena masih terbatas," katanya.
Luhur mengungkapkan, dirinya tidak bisa menjamin kepada anak-anak yang ikut dengannya bisa memiliki nilai akademik lebih baik di sekolahnya sesudah mengikuti kegiatan di Sekolah Alam Sobyor.
Namun baginya, yang terpenting adalah anak-anak memahami dasar-dasar materi pelajaran formal dan tentang etika kehidupan.
Dia bercerita mengenai saat awal pertemuan sekolah tersebut. Luhur mengaku sempat kaget dengan kualitas pendidikan anak-anak. Menurutnya, banyak anak yang seharusnya sudah memahami materi dasar beberapa mata pelajaran, tetapi nyatanya masih belum.
"Contoh kecil pelajaran matematika, anak-anak saat awal belum bisa memahami teknik perkalian cepat, seperti tabel perkalian juga, padahal anak itu kelas 6," katanya.
Kegiatan belajar mengajar dilakukan di pendopo rumahnya dengan luas sekitar 3x6 meter.
Suasana asri dengan pemandangan pertanian dan berdekatan aliran sungai menjadi tempat yang pas bagi anak-anak untuk belajar.
Luhur juga tidak memungut biaya untuk kegiatan tersebut kepada anak-anak di dusunnya itu.
"Anak-anak yang ikut disini sifatnya kita tidak memaksa, rata-rata mereka yang tidak les, kita juga tidak memungut biaya, atau gratis semua ini," katanya.
Luhur hingga saat ini masih berusaha menyesuaikan waktunya antara berjualan bakso dengan saat berkegiatan di Sekolah Alam Sobyor.
"Masih susah juga bagi saya menyesuaikan waktu, kadang kalau ada pembeli saya masih melayani, tapi saya tetap mencoba fokus di Sekolah Alam Sobyor," katanya.
Berjalannya waktu, dukungan dari berbagai pihak mengalir dalam kegiatan Sekolah Alam Sobyor. Terutama dari kalangan akademisi kampus seperti Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Negeri Malang (UM).
"Dari teman-teman Sosiologi UB, mereka bermain bersama anak-anak melalui permainan tradisional. Terus dosen UM sampai ada yang kesini, dia mengajarkan tentang edukasi seksual dasar, seperti bagaimana mengajarkan ke anak-anak batas-batas bagian tubuh yang sensitif tidak boleh disentuh, kemudian bagaimana bila terjadi sesuatu," katanya.
Kegiatannya itu juga mendapat respon positif dari masyarakat di desanya. Bahkan, warga dari dusun dan desa lainnya di Kota Batu berminat untuk mengikutsertakan anaknya di Sekolah Alam Sobyor.
"Permintaan dari ibu-ibu dusun lainnya juga banyak, mereka ingin anaknya ikut disini, ada dari ibu-ibu di Pandanrejo juga," katanya.
Dari kegiatannya di Sekolah Alam Sobyor, dirinya juga mendapat pelajaran hidup yang positif. Luhur kini memahami bagaimana susahnya menjadi guru untuk anak-anak Sekolah Dasar. Namun, kegiatannya itu juga berdampak positif terhadap anaknya yang masih balita.
"Anak-anak itu macam-macam ketika pertemuan, ada yang nangis, ada yang diem, tapi ini juga menjadi hal yang positif untuk anak saya, karena dia memperhatikan terus kegiatan Sekolah Alam Sobyor," katanya.
Baca juga: Rahasia Sukses Usaha Warung Kelontong ala Pengusaha Madura
Ke depan, Luhur berkeinginan untuk terus mengembangkan Sekolah Alam Sobyor. Rencananya dalam waktu dekat, dia juga akan membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin menjadi sukarelawan dalam kegiatannya tersebut.
Selain itu, dia berharap, Sekolah Alam Sobyor kelak dapat memfasilitasi semua jenjang anak-anak sekolah. Sedangkan untuk jangka pendek, Luhur ingin menanamkan ajaran kepada anak-anak tentang flora dan fauna secara langsung dari alam.
"Selama ini mereka belajar di pendopo, kita sebenarnya sudah survey untuk rencananya mengajak jalan-jalan anak-anak menuju Coban Talun, harapannya mereka bisa belajar dan memahami pentingnya lingkungan alam, ini masih menyesuaikan kondisi cuaca juga," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.