JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan social enteprise yang fokus di bidang seni budaya, Torajamelo mengakui banyaknya tantangan dalam memasarkan produk tenun lokal, terutama dalam sistem produksinya.
Chief Executive Officer Torajamelo, Aparna menyampaikan beberapa tantangan dasar dari memasarkan produk tenun tersebut bahkan termasuk dari proses penyiapan produksinya.
"Sebenarnya secara proses sangat sulit karena kelompok tenunnya berada di berbagai daerah dan mengingat proses menyiapkannya dan memastikan pewarnaannya natural, serta agar tidak terjadi eksploitasi juga di tengah komunitasnya, itu memang sulit," tutur Aparna saat media gathering Sarinah Duty Free Brand Activation bersama Torajamelo di Sarinah, Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Kesulitan produksi itu secara langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap pemenuhan permintaan produk tenun.
Namun, Torajamelo terus mencari komunitas tenun di daerah yang dapat diajak bekerja sama. Salah satunya dengan menggandeng komunitas dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur yang baru bergabung.
Ketua Komunitas Tenun Manggarai, Ester Dagomez menyampaikan, ajakan kerja sama dengan Torajamelo ini sangat membantu mereka.
"Apa yang dilakukan ini sangat membantu, karena tadinya kami tidak dikenal. Banyak yang akan kami lakukan dari bawah, mulai dari penenunnya sampai ke tingkat pemasarannya," jelas Ester.
Bagi Ester, hal tersebut sangat penting bagi komunitas tenun dari timur Indonesia. Ia menjelaskan, kesulitan penjualan yang kerap mereka alami juga disebabkan oleh nilai produk tenun yang belum tinggi.
"Terkait penjualan, di Manggarai masih dijual secara suka-suka harganya. Karena memang ada jenis benang yang kami gunakan, itu tidak sama. Benang yang kami pakai itu masih dari bahan sintetis," tambah Ester.
Kerja sama dengan Torajamelo diharapkan Ester dapat mengajarkan mereka dalam hal penggunaan jenis-jenis benang yang ada.
Ia mengakui, para penenun Manggarai memang mahir dalam teknik menenun, tapi masih kurang pengetahuan seputar jenis benang beserta serat-seratnya. Hal tersebut dinilai penting karena akan berpengaruh terhadap teknis tenunnya nanti.
Saat ditanyakan soal regenerasi, Ester menyampaikan bahwa di Manggarai banyak sekali kelompok anak yang putus sekolah. Ia menilai kondisi itu sejalan dengan visi dan misi Torajamelo.
"Saat melihat visi dan misi Torajamelo soal perempuan dan kemiskinan, itu sangat sesuai dengan kondisi kami di Manggarai," ujar Ester.
Maka dari itu, Ester berharap dengan kerja sama ini serta semakin banyaknya anak muda yang diajak untuk ikut dalam komunitas. Tak hanya untuk membantu mereka yang kesulitan, melainkan secara otomatis hal tersebut diharapkan dapat menciptakan regenerasi.
"Regenerasi itu perlu bagi kaum muda karena kebiasaan selama ini, justru yang muda-muda itu sudah malas untuk memulai atau mempelajari," ungkap Ester.
Ester menjelaskan bahwa para kelompok muda tersebut dilatih untuk bekerja dalam sistem, mulai dari waktu menenun, mempelajari serat benang, hingga perbaikan nilai jual sehingga dapat membantu masyarakat lokal dalam menaikkan nilai produk tenun.
Saat ini, dalam rangka menunjukkan tenun Manggarai, Torajamelo mengundang dua penenun dari komunitas Manggarai. Ester menyampaikan kesempatan ini sesuatu yang perlu disyukuri dan dimanfaatkan agar tenun mereka semakin dikenal.
"Kami membawa dua penenun kami yang mahir ke Jakarta atas undangan dari Torajamelo. Kalau sebelumnya kelompok tenun Manggarai tidak pernah mengikuti event seperti ini," pungkas Ester.
Para penenun dari Manggarai ini akan hadir dan menunjukkan kemahiran mereka serta bagaimana proses produksi tenunan di Sarinah, Jakarta, sampai dengan 29 Januari 2023 mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.