MEDAN, KOMPAS.com - Wakil Gubernur Sumatera Utara, Musa Rajekshah meminta PT. Angkasa Pura II untuk memberikan tempat prioritas untuk para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Bandara Internasional Kualanamu.
Permintaan tersebut disampaikan kepada Direktur Utama PT. Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin dalam pertemuan membahas pengembangan Bandara Internasional Kualanamu di Kota Medan, Sumatera Utara pada Kamis (30/12/2021).
"Tadi saya sudah bicarakan kepada Pak Awaluddin dari Angkasa Pura II mohon nanti juga space UMKM, kami diprioritaskan. Karena kan untuk promosi kan butuh tempat yang premier," ujar Musa saat ditemui wartawan, Kamis (30/12/2021).
Musa berharap pengembangan Bandara Internasional Kualanamu bisa sejalan dengan bisnis UMKM masyarakat Sumatera Utara. Dengan demikian, pelaku UMKM di Sumatera Utara bisa terbantu dengan adanya Bandara Internasional Kualanamu.
"Kedua juga dalam hal sewa menyewanya akan kita bicarakan. Kalau bisa kita sifatnya jangan sampai (sama) dengan yang lain. Karena kita kan sifatnya promosi bukan bisnis. Kami juga mau libatkan UMKM kita, supaya orang tahu ada produk dari Sumatera Utara. Mudah-mudahan akan tercapai," lanjut Musa.
Musa mengatakan, Sumatera Utara memiliki banyak produk UMKM unggulan seperti kuliner, andaliman, kopi, obat-obatan herbal dan teh. Selain itu, ada juga UMKM yang sudah bisa menembus pasar ekspor.
"UMKM kita dorong terus. Dari merek untuk pelatihan dagang dan packaging standar ekspor. Itu yang sedang kita siapkan. Dengan promosi nanti bisa dilihat di Plaza UMKM," tambah Musa.
Seperti diketahui, Bandara Internasional Kualanamu akan dikembangkan menjadi hub internasional.
Bandara Internasional Kualanamu ditargetkan akan memiliki tambahan rute penerbangan internasional sebanyak 50 rute.
Target tersebut akan dicapai dalam masa pengembangan Bandara Internasional Kualanamu selama 25 tahun.
PT Angkasa Pura II menjalin kerja sama strategis dengan perusahaan asing, GMR Airports Consortium untuk mengelola Bandara International Kualanamu di Deli Serdang, Sumatera Utara.
Bandara Kualanamu sendiri berencana untuk meningkatkan kapasitas terminal, memperpanjang runaway, dan mengembangkan Airport City. Total investasi yang dibutuhkan mencapai Rp56 triliun.
Adapun kerjasama dengan GMR Airports Consortium akan berlangsung selama 25 tahun ke depan. Pada tahap pertama pengembangan Bandara Internasional Kualanamu, modal yang diperlukan sebesar Rp3 triliun dan ditargetkan selesai dalam tiga tahun.
AP II dan GMR Airports Consortium akan menjadi pemegang saham di Joint Venture Company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi, yang menjadi pengelola Bandara Internasional Kualanamu. AP II menguasai mayoritas 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium sebesar 49 persen.
Direktur PT. Angkasa Pura Aviation, Haris mengatakan Bandara Internasional Kualanamu memiliki pergerakan pesawat yang tinggi yakni sebanyak 87.000 pesawat per tahun.
Haris menyebutkan, Bandara Internasiona Kualanamu memiliki lokasi yang strategis di Asia Tenggara dan potensi wisata yang beragam.
“Ke depan akan banyak rute baru yang kita hubungkan dan menjadikan Bandara Kualanamu hub dan membuka 50 rute internasional di Asia Tenggara, Asia Utara, India, Australia, Eropa, dan Timur Tengah,” ujar Haris di Bandara Kualanamu, Kamis (30/12/2021).
Haris menyebutkan, maskapai penerbangan akan diberikan sejumlah insentif jika ingin membuka rute baru ke Bandara Kualanamu.
Skema insentif akan disiapkan selama pengembangan Bandara Internasional Kualanamu.
“Ke depan ada apatner akan sama-sama kolaborasi membangun Bandara Kualanamu menjadi regional hub,” tambah Haris.
Bandara Internasional Kualanamu akan dikembangkan dengan konsep Airport City selain hub internasional. Konsep Airport City diharapkan bisa menjadi daya tarik penumpang untuk terbang ke Bandara Kualanamu.
"Kami juga punya konsep bagaimana Bandara Kualanamu ke depan akan berkonsep Airport City. Jadi memang kita punya luas lahan cukup besar, 135 hektar yang ke depan akan coba kita kembangkan dengan konsep Airport City," ujar Haris.
Haris mengatakan, ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan konsep Airport City yaitu bisnis dan wisata. Di area seluas 135 hektar nantinya akan ada berbagai pembangunan properti.
"Nanti ke depan akan ada beragam property development, seperti ada theme park, golf course, ada hotel, ada specialty hospital. Ini akan kita tempatkan di Bandara Kualanamu," tambah Haris.
Menurut Haris, pengembangan Airport City akan berjalan beriringan dengan pengembangan infrastruktur Bandara Kualananamu. Haris mengatakan, saat ini beberapa investor yang berminat untuk mengetahui pengembangan Airport City Bandara Kualanamu.
"Airport city itu ada beberapa investor luar negeri seperti dari Korea, India, Abu Dhabi, Malaysia. Mereka sudah menyampaikan minat ke kita. Kami dibantu BKPM untuk melakukan market sounding yang kurang lebih sekitar 182 investor," tambah Haris.
Diketahui, Bandara Kualanama sudah dalam kondisi melebihi kapasitas berdasarkan data tahun 2018. Ada pergerakan 10,5 juta penumpang pada tahun tersebut.
“Memang bandara ini penerbangan internasional dari wisatawan ternyata mostly banyak WNI ke luar negeri. Ke depan dnegan konsep kemitraan ini harapannya wisatawan mancanegara masuk ke Kualanamu,” kata Haris.
Sementara itu, CEO GMR International, Puvan Sripathy mengatakan, potensi Bandara Kualanamu sudah banyak dikenal oleh berbagai pihak.
Pengembangan Bandara Kualanamu, lanjut Puvan, juga didukung dengan letak geografis yang strategis di Asia Tenggara.
“Ini waktu yang tepat, tempat yang tepat untuk pengembangan Bandara Kualanamu.
Potensi penerbangan antara Indonesia dan India punya pasar yang besar,” kata Puvan di Bandara Kualanamu, Kamis sore.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.