Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sambal Bu Rudy, Bisnis Sampingan yang Berbuah Kesuksesan

Kompas.com - 03/01/2022, 19:18 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu oleh-oleh yang banyak dicari oleh wisatawan saat berkunjung ke Surabaya adalah sambal merek Bu Rudy.

Sambal ini tak cuma terkenal di daerah Surabaya, namun juga daerah-daerah lain bahkan hingga ke luar negeri.

Selain banyak dibeli oleh wisatawan, sambal Bu Rudy kerap menjadi barang bawaan wajib bagi mereka yang bepergian ke luar negeri namun ingin tetap bisa merasakan makanan khas Indonesia, utamanya jawa timuran.

Baca juga: Sandiaga: Mau Jualan Kuliner atau Fesyen, Semua Harus Lewat Digital

Di balik produk kuliner tradisional namun punya brand kuat itu, ada pendiri yang memang ulet menjalankan bisnisnya. Dan pendiri itu adalah Lany Siswadi.

Sebagaimana dikutip dari vlog wakil walikota Surabaya Ari Armuji, Lany berkisah bahwa kesuksesan yang dia capai saat ini tidak datang begitu saja.

Jauh sebelum bisnis kuliner berupa sambal dan rumah makan meraih sukses besar, Lany Siswadi banyak berkecimpung di bidang industri persepatuan. Mulai dari pekerja pabrik sepatu, menjadi suplier sol ke para perajin, hingga bisnis lainnya yang banyak bersinggungan dengan produksi sepatu.

Bisnis sepatu yang dia jalankan sukses besar. Namun ada sebuah momentum yang menjadi titik balik, sehingga Lany Siswadi memantapkan diri masuk ke bisnis kuliner dan meninggalkan bisnis sepatu.

Bisnis sepatu

Perempuan kelahiran Madiun tahun 1953 itu bercerita awal mula dia memasuki Surabaya. Pada tahun 1966 ketika perekonomian Indonesia sedang tidak menentu, dia memutuskan untuk meninggalkan bangku sekolah dasar dan pergi ke Surabaya.

Di Surabaya dia mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan. Uang dari hasil kerja dikirim Lany ke keluarganya di Madiun.

Baca juga: Kemenaker Bakal Fasilitasi Pelatihan untuk Terapis Spa, Youtuber Konten, dan Kuliner

Seiring dengan berjalannya waktu, dia mulai bekerja di pabrik sepatu. Dari situlah dia memahami seluk-beluk bisnis sepatu.

Setelah bekerja selama 10 tahun di pabrik sepatu, Lany memutuskan untuk mengundurkan diri. Pada awal tahun 1990an, berbekal pemahaman di pabrik sepatu, dia mulai membuka pasar untuk menjadi pemasok para perajin di sentra-sentra sepatu yang ada di Surabaya.

Lama-kelamaan bisnis sol sepatu menjadi besar. Lany yang awalnya hanya punya satu kios di pusat perbelanjaan Pasar Turi Surabaya, kemudian berkembang menjadi punya 14 kios di tahun 2000an.

Para perajin sepatu yang ada di Surabaya, untuk bahan baku sol atau alas sepatu, dia yang memasok.

Sampingan Bisnis Kuliner

Di sela-sela kesibukannya berbisnis sepatu, Lany iseng-iseng berbisnis kuliner. Sebagai orang kelahiran Madiun, dia memilih menu pecel madiun di awal bisnis sampingannya ini. Dia juga tak terlalu berharap dagangannya laku.

"Saya jualan di pinggir jalan, tepatnya Jalan Manyar Kertoarjo. Saya kasih tahu teman-teman, bahwa saya jualan pecel. Saya minta mereka datang, kalau pecel tidak laku nanti kita makan ramai-ramai," kenang dia.

Tapi tak disangka, bisnis kuliner pecel madiun yang dia jalankan laku. Semakin hari semakin banyak pelanggan yang datang. 

Di sela-sela dagangan pecelnya, Lany menjual sambal bawang yang kelak mengorbitkan bisnis kulinernya dengan merek Bu Rudy.

Tak hanya pecel, sambel bawang yang dia jual pun juga laku keras. Seiring dengan itu, dia mulai memikirkan untuk mengemas sambalnya itu agar lebih menarik dan higienis.

"Kemudian saya kenal dengan teman yang menjual botol-botol untuk kemasan sambal. Dari situ saya mulai mengemas sambal saya," kata dia.

Fokus ke Bisnis Kuliner

Tahun 2007, terjadi insiden yang tak akan dilupakan oleh Lany: Pasar Turi terbakar. Berbarengan dengan itu, dagangan sepatu dan aset-asetnya habis tak tersisa.

Dari situlah, Lany memilih untuk lebih fokus ke kuliner dengan brand Bu Rudi. Nama itu diambil dari nama suaminya yakni Rudi Siswadi.

Tak hanya sambal, Lany juga mengembangkan bisnis rumah makan dan pusat oleh-oleh di Surabaya.

Khusus untuk pusat oleh-oleh, Lany berkolaborasi dengan para pelaku UMKM di Jawa Timur, khususnya Surabaya.

Terinspirasi pusat oleh-oleh Krisna di Bali, Lany memiliki obsesi untuk menjadikan pusat oleh-olehnya itu menjadi tujuan utama para wisatawan yang berkunjung ke Surabaya.

Sejauh ini sudah ada sekitar 1.400 pelaku UMKM di Surabaya yang tertarik untuk menjadi bagian dari pusat oleh-oleh yang dijalankan Lany.

"Tapi saya akan melakukan seleksi agar produk-produk yang dijual nantinya benar-benar bagus dan memiliki kemasan yang menarik," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau