BALI, KOMPAS.com - Rumah Tenun Magelang bukan hanya sekadar rumah tenun biasa, melainkan penuh cerita panjang. Di Rumah Tenun Magelang, ada cerita kain tenun yang dinarasikan mulai dari petani yang menanam, memanen, produksi, hingga jadi sebagai tenun.
Rumah Tenun Magelang berada di Tonoboyo Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah memang hadir dengan membawa konsep eduwisata. Produksi mulai dari pengolahaan bahan serat alam dan dibuat menjadi kerajinan interior bernilai tinggi.
"Kami melakukan edukasi kepada masyarakat tentang serat alam," kata Rif Fatka Ridwan dari Rumah Tenun Magelang dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.
Mitra Rumah Tenun Magelang adalah petani tanaman serat. Komunikasi dengan petani pun terus dilakukan secara intensif.
"Tujuannya agar hasil yang diharapkan sesuai. Karena, dengan perawatan yang tidak maksimal, hasil yang didapat juga tidak akan sesuai," ungkap Rif Fatka.
Menariknya lagi, mitra penyeratan suwi dan sambung serat adalah para ibu-ibu dengan jumlah ratusan orang.
Bahkan, Rif Fatka menunjuk produk Tirai Uyang yang diproduksi Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dengan bahan serat alam sebagai produk unggulan Magelang. Sekitar 90 persen produk diekspor keluar negeri, terutama Amerika Serikat
"Sudah dijual di mancanegara, seperti di Amerika Serikat lewat butik," kata Rif Fatka.
Selain Tirai uyang, ada juga produk Wallcovering dan karpet, serta hasil produk lainnya.
"Bahan bakunya adalah serat alam, yang banyak ditemui di sekitar kita. Seperti Rami, Abaca, Kudzu, Eceng Gondok, dan sebagainya," imbuh Rif Fatka.
Di masa pandemi Covid-19, Rumah Tenun Magelang tetap bisa bertahan. Bahkan, akan meluaskan sayap hingga menembus pasar Eropa.
"Secara rutin, kami diskusi dengan buyer untuk proses produksi, desain, dan juga kendala," jelas Rif Fatka.
Menurut Rif Fatka, antara buyer dan pihak penjual saling mengunjungi untuk mengembangkan produk ke depan.
"Kami juga mendapatkan berbagai macam penghargaan dari Amerika Serikat," ungkap Rif Fatka.
Memang, kesuksesan Rumah Tenun Magelang tak diraih dengan mudah. Penuh perjuangan untuk mewujudkan hingga menjadi seperti sekarang.
Rif Fatka pun bercerita, Rumah Tenun Magelang didirikan pada 1988 oleh Saryanto Sarbini, Aryantie Saryanto, dan Sri Susilodewi Aryadini. Awalnya, hanya sebagai supplier untuk perkantoran dan hotel.
"Produk didapatkan dari perajin di Majalaya dan Pekalongan," ucap Rif Fatka.
Setelah usaha semakin berkembang, pada 1992, Rumah Tenun Magelang memutuskan untuk memproduksi sendiri.
Bahkan, tak butuh waktu lama, pada 1993 melalui Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) memulai kerjasama dengan pembeli luar negeri. Tahun 1996, berkembang lagi menjadi suplier bagi perusahaan-perusahaan.
"Seiring dengan mendapatkan buyer dan produksi berjalan lancar, kami memutuskan untuk membangun Rumah Tenun Magelang seperti terlihat sekarang ini," pungkas Rif Fatka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.