Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku UMKM di Maluku Diminta Kembangkan Olahan Sagu

Kompas.com - 21/08/2022, 07:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Ketahanan dan Pangan Provinsi Maluku meminta para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) agar mengembangkan olahan sagu di Maluku menjadi lebih bermanfaat.

Pengembangan olahan sagu dinilai bisa meningkatkan nilai ekonomi dan bisa bermanfaat untuk kehidupan masyarakat.

“Jadi kami pengen kembangkan sagu, yang selama ini sagu ini kan kami cuma kelola sebatas papeda, sagu tumbu. Jadi sekarang kita minta kembangkan di Maluku dengan 521 resep yang sekarang kami pecahkan rekor murinya,” kata Kepala Dinas Ketahanan dan Pangan Provinsi Maluku, Luthfi Rumbia seperti dikutip dari Antara.

Luthfi mengatakan, hal ini bertujuan agar masyarakat lebih memanfaatkan sagu, dan para petani sagu pun ekonominya bisa lebih meningkat. Ia menyebutkan, masyarakat bisa menemukan berbagai resep olahan sagu dari sumber apapun.

“Resepnya bisa diperoleh, dan bisa dicoba oleh siapa saja, karena kami ingin bahwa sagu ini tidak hanya sekadar untuk makan-makanan biasa, tapi bisa jadi makanan ringan, kue kering, kue basah, puding, minuman, dan segala macam,” ujar Luthfi, yang juga sebagai ketua panitia rekor MURI sajian olahan sagu terbanyak.

Ia juga mempersilahkan masyarakat yang ingin terjun ke UMKM, dan ingin memperoleh resepnya, bisa dibaca dan diambil di perpustakaan wilayah.

“Karena sudah ada buku resepnya. Di Youtube juga ada. Kami juga akan sebarkan nanti resepnya. Jadi bagi warga yang mau bikin stand, atau mau jual hasil olahan-olahan itu di mana saja juga boleh. Sangat dipersilakan,” kata Lutfhi.

Sementara itu, Nia, salah satu pembuat kerupuk dari olahan sagu mengatakan, sudah hampir dua tahun sering membuat dan menjual keripik dari sagu dengan berbagai macam varian rasa.

“Kerupuk yang kami buat ini kalau mau dibilang, cukup terjual laku juga, karena pesanan yang masuk juga banyak, meskipun tidak setiap hari,” kata Nia.

Ia mengaku, jualan kerupuk sagu ini berasal dari papeda dingin, lalu ia berinisiatif untuk mencoba mengolahnya menjadi keripik.

“Jadi karena kami itu hobi makan papeda di rumah. Jadi papedanya kalau sudah dingin, tidak kami bung begitu saja, kami jemur di matahari, lalu kalau sudah kering, diiris tipis lalu digoreng,” jelas Nia.

Kata Nia, cara berjualannya sejauh ini hanya di sekitaran rumah, dan melalui media sosial saja.

“Kami pakai Facebook dan Instagram. Tapi Insya Allah kalau ada kesempatan kami akan buat stan untuk di tempat umum ya mungkin seperti di Gong Perdamaian, atau di tempat yang lain,” ujar Nia.

Nia juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Provinsi Maluku yang telah memecahkan rekor muri dunia dengan menyajikan olahan makanan berbahan dasar sagu terbanyak ini.

“Dengan ini, Alhamdulillah ya, akhirnya orang-orang bisa mengenal usaha kita. Mungkin banyak yang belum tahu kalau ternyata ada kerupuk berbahan sagu ini,” ucap Nia.

Sebanyak 521 sajian berbahan sagu ini berhasil memecehkan Rekor MURI di Lapangan Merdeka Kota Ambon.

Ratusan resep makanan berbahan dasar sagu ini merupakan hasil kreativitas Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) di Maluku.

Sebanyak 521 menu olahan sagu ini beraneka ragam mulai dari bakso yang tepungnya dibuat dari sagu, kue kering sagu, dimsum sagu tuma, kerupuk sagu, resoles sagu, sagu fla susu, dunkin sagu, cireng sagu, dan masih banyak lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kadin Sebut Digitalisasi Buka Peluang Baru dalam Bisnis

Kadin Sebut Digitalisasi Buka Peluang Baru dalam Bisnis

Program
Ini 3 Cara Membangun Kedekatan Emosional dengan Konsumen

Ini 3 Cara Membangun Kedekatan Emosional dengan Konsumen

Training
5 Tips Mengatur Karyawan Bisnis Anda

5 Tips Mengatur Karyawan Bisnis Anda

Training
Perjalanan Ratna Merintis Batik Handayani Geulis, Mulai dari Melahirkan Pengrajin Batik Bogor

Perjalanan Ratna Merintis Batik Handayani Geulis, Mulai dari Melahirkan Pengrajin Batik Bogor

Jagoan Lokal
3 Tips Memperoleh Review Positif dari Pelanggan untuk Bisnismu

3 Tips Memperoleh Review Positif dari Pelanggan untuk Bisnismu

Training
3 Penyebab Bisnis Tidak Berjalan Optimal

3 Penyebab Bisnis Tidak Berjalan Optimal

Training
Hadapi Pesanan Melonjak, Soes Surgawi Fokus Tingkatkan Kinerja Tim Produksi

Hadapi Pesanan Melonjak, Soes Surgawi Fokus Tingkatkan Kinerja Tim Produksi

Training
Belasan Warga Binaan Perempuan Malang Pamerkan Produk Fesyen

Belasan Warga Binaan Perempuan Malang Pamerkan Produk Fesyen

Training
Berdayakan UMKM Orang Asli Papua, Pemkab Sorong Anggarkan Rp1,7 miliar

Berdayakan UMKM Orang Asli Papua, Pemkab Sorong Anggarkan Rp1,7 miliar

Program
Dari Driver Ojek Online, Olan Sukses Jadi Juragan Loyang dengan Bantuan KUR

Dari Driver Ojek Online, Olan Sukses Jadi Juragan Loyang dengan Bantuan KUR

Jagoan Lokal
Wujudkan Passion di Bidang Fesyen, Frida Aulia Bangun Bisnis hingga Kenalkan Batik ke Mancanegara

Wujudkan Passion di Bidang Fesyen, Frida Aulia Bangun Bisnis hingga Kenalkan Batik ke Mancanegara

Jagoan Lokal
3 Cara Mengatasi Ulasan Negatif di Platform Online, Pelaku Usaha Harus Tahu

3 Cara Mengatasi Ulasan Negatif di Platform Online, Pelaku Usaha Harus Tahu

Training
Cara Soes Surgawi Manfaatkan Kuis Berhadiah untuk Strategi Promosi

Cara Soes Surgawi Manfaatkan Kuis Berhadiah untuk Strategi Promosi

Training
Pertamina Berdayakan Perempuan untuk Kembangkan Produk Ramah Lingkungan

Pertamina Berdayakan Perempuan untuk Kembangkan Produk Ramah Lingkungan

Program
Dinamisnya Industri Perkakas Logam yang Menghidupi Banyak Warga di Citeureup

Dinamisnya Industri Perkakas Logam yang Menghidupi Banyak Warga di Citeureup

Jagoan Lokal
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com