BORONG, KOMPAS.com - Dampak pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan pariwisata di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur membuat Agust Puka beralih profesi dari pemandu wisata menjadi pedagang kopi keliling. Agus menamakan kedai kopi kelilingya, Kopi Tuk.
Nama Kopi Tuk merupakan nama khas orang Manggarai Barat. Kopi Tuk adalah kopi tumbuk secara tradisional dalam budaya orang Manggarai Barat.
"Pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia sampai di Manggarai Barat. Dampaknya tidak ada wisatawan yang berkunjung di Manggarai Barat. Untuk itu saya berinisiatif dan belajar menjadi barista kopi di Kota Labuan Bajo dengan menjualnya pakai sepeda motor dan gerobak di motor," jelas Agust saat dihubungi Kompas.com, Selasa, (20/9/2022).
Baca juga: Tips Sukses Mengelola Kebun Kopi dan Mengolah Biji Kopi
Agust tahu persis masyarakat Manggarai suka minum barat. Ia pun menjajakan kopinya secara keliling naik motor di kawasan Labuan Bajo hingga Flores.
"Saya beralih menjual minuman kopi di Kota Labuan Bajo dengan berkeliling dengan sepeda motor demi asap terus mengepul dalam kehidupan keluarga saya," tambah Agust.
Agust menjelaskan, usaha menjual minuman Lopi Tuk dengan berkeliling di Kota Labuan Bajo sambil belajar menjadi barista. Ia mendapatkan dukungan dari berbagai pihak serta banyak orang yang membeli minuman kopinya.
Untuk itu Agust terus mempromosikan kopi Tuk dan dikenal luas di tingkat nasional dan internasional menjadi barista Kopi Tuk.
Agust berani berkeliling ke Pulau Flores dari Labuan Bajo ke Kabupaten Sikka dan Flores Timur untuk melihat peluang pasar minuman kopi di Pulau Flores. Jarak Labuan Bajo ke Kabupaten Sikka sekitar 500 kilometer.
Beberapa hari ini, Agust naik Ferry KM Dharma dari Labuan Bajo-Maumere dengan membuat sepeda motor dan gerobak minuman Kopi Tuk.
"Kebetulan ada kapal feri, KM Dharma dari Labuan Bajo ke Maumere. Saya berani menjajaki pasar penjualan minuman kopi Tuk dan juga menginspirasi orang lain untuk berani berusaha menjual minuman kopi dengan berkeliling. Saya belum berani dengan jalan darat karena jarak dari Labuan Bajo-Maumere sangat jauh," jelas Agust.
Baca juga: Tantangan Dasar Merintis Kedai Kopi yang sering Dilupakan
Agust menjelaskan, selama perjalanan di atas kapal dari Labuan Bajo sampai di Maumere dan Larantuka berjalan lancar. Ia menilai perjalanan naik kapal feri adalah sebuah inovasi dalam mempromosikan kopi Tuk Flores di Pulau Flores.
Respons masyarakat di Kabupaten Sikka dan Larantuka, diklaimnya cukup bagus.
"Saya mencari inspirasi baru dengan berkeliling Pulau Flores sambil menjual Kopi Tuk. Selain itu, saya mencari peluang baru untuk melebarkan sayap di pasar lokal di Kota Maumere dan Larantuka dan Lembata," ujar Agust.
"Selama ini pemasaran kopi Tuk di Kota Labuan Bajo dan sekitarnya, selain itu ada yang pesan dari Jawa, Bali dan Manado dari olahan racikan kopi Tuk. Hari ini saya kembali ke Kota Labuan Bajo dengan kapal feri yang sama yakni KM Dharma," tambah Agust.
Selain menjual Kopi Tuk, lanjut Agust, ia juga menikmati pemandangan alam di Pulau Flores dari atas kapal dan mengabadikan matahari terbenam di Pulau Flores dari Labuan Bajo sampai Kota Larantuka, Ibukota Kabupaten Flores Timur.
"Saya berani mencari peluang dan menimba inspirasi baru selama perjalanan dari Labuan Bajo sampai Maumere dan Larantuka. Ini hal baru yang saya lakukan untuk terus mempromosikan produk lokal, Kopi Tuk," papar Agust.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.