KEDIRI, KOMPAS.com - Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar mengungkapkan, potensi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Kediri cukup besar.
Ia mengatakan, setempat sangat mendukung perkembangan UMKM agar bisa memberikan penambahan pendapatan masyarakat.
"Semakin hari kami menyadari potensi-potensi yang dimiliki UMKM di Kota Kediri. Karena kemarin saat pandemi kita sangat dekat dengan UMKM dan kita berusaha menjual produk-produk. Nah yang harus digarisbawahi adalah menjual produk karena banyak UMKM yang bingung menentukan marketnya," kata Abdullah seperti dilansir dari Antara.
Abdullah mengungkapkan Kota Kediri dikeliling oleh beberapa daerah sehingga menjadi sentra perdagangan bagi daerah sekitar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Kediri, jumlah UMKM yang ada mencapai 38.806 unit usaha. Dari data tersebut 5.400 unit usaha masuk database binaan Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri.
Pemkot Kediri juga memberikan banyak dukungan untuk UMKM, mulai dari kegiatan pameran dan promosi, fasilitas legalitas usaha NIB, pelatihan untuk penguatan daya saing, kerjasama dengan platform digital dan ritel modern, kredit bunga rendah KURNIA, serta bantuan modal usaha.
"Kami juga membantu promosi melalui akun sosial media yang saya miliki karena pengikutnya juga lumayan banyak. Lalu saya juga buat gerakan 'Nglarisi dagangan UMKM Kota Kediri'. Serta saya buat kebijakan seperti menggunakan seragam dari tenun ikat kepada seluruh instansi yang ada di Kota Kediri," kata Abdullah.
Abdullah juga menjelaskan ada beberapa sebaran sentra UMKM di Kota Kediri, di antaranya, sentra kerajinan batik di Dermo, sentra tenun ikat di Bandar Kidul, pusat kuliner soto ayam di Tamanan, pusat jajanan gang bendon di Banjaran, sentra tahu takwa di Tinalan, dan lain sebagainya.
Terdapat pula potensi UMKM Kota Kediri yang mungkin bisa dikolaborasikan. Pertama, redesain kemasan UMKM secara massal.
Kendati saat ini sudah ada kemajuan dalam pengepakan dan digital marketing, masih banyak UMKM yang kemasannya belum memadai.
Kedua, pengelolaan limbah produksi tenun ikat. Terdapat 13 unit UMKM tenun ikat di Bandar Kidul, volume produksinya semakin bertambah. Sehingga diperlukan teknologi tepat guna berbiaya rendah bagi UMKM untuk mengolah limbah proses pewarnaan kain.
Ketiga, penataan kawasan. Pada beberapa sentra UMKM diperlukan penataan untuk memperkuat branding kawasan.
Keempat, Kampung Wisata Edukasi Tahu Tinalan Terdapat 24 unit UMKM tahu di Tinalan dan limbah produksi tahu belum terkelola dengan baik. Ada fasilitas MCK eks-PNPM yang bisa dioptimalkan.
"Mekanismenya perlu alat pres tahu berbahan antikarat yang lebih higienis dan ergonomis. Perlunya proses mekanis produksi tahu misalnya pada penyaringan agar pekerja tidak terkena suhu panas," kata Abdullah.
Abdullah juga menambahkan ada beberapa peluang kolaborasi lainnya, yakni, start up digital melalui pendampingan bagi komunitas dan peminat IT lokal untuk merintis start up digital yang diminati konsumen.
Lalu skill upgrading bagi kreator dan desainer lokal dengan peningkatan kapasitas agar pelaku ekonomi kreatif up to date dengan perkembangan terbaru yang berkaitan dengan kreasi konten, dan tren desain kemasan. Kemudian, seminar ataupun workshop pelatihan ICT.
"UMKM ini harus terus diperbaharui. Sekarang sudah banyak orang jualan memanfaatkan artificial intelegence. Banyak juga yang menggunakan sosial media juga. Kita harus ajarkan mengenai itu," kata Abdullah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.