JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah disebut belum akrab dengan e-commerce.
Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI).
"Salah satu hasil dari survei ini menunjukkan bahwa pelaku UKM sudah mulai aktif menggunakan aplikasi pesan instan dan media sosial, namun masih belum terlalu familiar dengan e-commerce, baik itu dalam kegiatan membeli maupun menjual," kata Kepala UKM Center FEB UI, Zahra Kemala dalam keterangannya.
Hasil survei mencatat, sebanyak 61 persen pemilik UMKM berumur lebih dari 40 tahun, 37 persen berumur 25-40 tahun, dan 2 persen berumur kurang dari 25 tahun.
Sementara dari tingkat pendidikan, didominasi oleh lulusan SMA sebanyak 40 persen, lulusan SD sebanyak 22 persen, lulusan SMP sebanyak 21 persen, pemegang gelar Sarjana/Master/Doktor sebanyak 11 persen, serta sebanyak 6 persen tidak memiliki latar belakang pendidikan.
Berdasarkan hasil survei, Zahra menyebutkan bahwa masih banyak pelaku UKM yang memiliki kerangka pikir tradisional, gadget yang outdated, waktu yang terbatas karena sibuk dengan aktivitas jual beli, infrastruktur jaringan yang terbatas, serta kurangnya akses terhadap informasi.
Zahra menambahkan bahwa pemerintah perlu membuat roadmap digitalisasi UKM, mengadakan pelatihan digital yang disesuaikan dengan segmentasi pasar, meningkatkan standar pelayanan ekosistem digital, dan perlu adanya suatu komunitas yang dapat saling mendukung praktik digitalisasi UKM.
Zahra menyebutkan bahwa pelatihan digitalisasi perlu dilakukan kepada seluruh karyawan, tidak hanya pemilik usaha.
"Karena sering kali materi tidak tersampaikan dengan efektif sampai level pelaksana sehingga menghambat proses transfer ilmu yang dilakukan oleh pemerintah," tambah Zahra.
Kepala Divisi Digital Economy ILUNI FEB UI, Imanul Hakim Camil memberikan alternatif lain untuk pengembangan UKM.
Menurutnya, pengembangan UMKM jauh lebih efektif menggunakan skema super offtaker daripada aprogram pendampingan.
"Jadi bentuk usahanya yang dimitrakan dengan merek dan kualitas yang sudah terjamin agar omzet lebih terjaga. Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa pelaku UKM selalu fokus ke omset penjualan, makanya sulit bagi mereka untuk mengikuti program pelatihan maupun pendampingan yang mengorbankan banyak waktu dan tenaga mereka yang bisa dialokasikan untuk berjualan," ujar Imanul.
Tujuan dari skema ini adalah agar terciptanya sebuah ekosistem dengan omset UKM yang sehat. Bentuk kerja sama nya akan lebih banyak melibatkan BUMDES.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.