JAKARTA, KOMPAS.com – Diinisiasi Lima orang perempuan yang bergabung dalam Non-Governmental Organization (NGO) pencinta kain tradisional Indonesia merintis bisnis fashion aksesoris bertema edan-edanan, Lawe
Lawe sendiri sebuah community social enterprice yang bergerak di bidang pengembangan tenun tradisional Indonesia melalui pemberdayaan perempuan.
Didirikan tahun 2004, Lawe memproduksi berbagai aksesoris mulai dari bag and pouch, wallet, apparel, home décor, soft toys, dan lainnya.
Kisaran harga jual sebesar Rp20.000 sampai Rp395.000. Mereka mengubah kain lembaran tenun tradisional menjadi barang modern dan fungsional.
Baca juga: Sebelum Memulai Bisnis, Pahami Dulu 5 Hal Penting Ini
“Modal tak sampai Rp5 juta dari urunan 5 orang founder dan hampir semua dibelikan bahan baku untuk perkembangan produk pertama," ujar Fitria Werdiningsih, Marketing and Communication Manager Lawe saat ditemui Kompas.com di acara Inacraft 2023 di Jakarta (2/2/2023).
Fitria mengatakan, omzet usahanya dalam setahun sebelum pandemi Covid-19 sebesar Rp1,6 miliar dan setelah pandemi kisaran Rp900 juta.
Untuk margin disebeut tak besar. Fitria menyebutkan, keuntungan tak dibagikan kepada founder, tetapi beberapa diwujudkan menjadi pelatihan-pelatihan gratis di Yogyakarta.
“Selama pandemi mengalami penurunan karena tidak ada event. Kuncinya, maju terus pantang menyerah dan kita tahu bahwa kita melakukan sesuatu yang baik," tambah Fitria.
Memanfaatkan pameran karena gagap teknologi menjadi salah satu cara yang cukup efektif. Dengan pameran orang bisa melihat langsung dan pembelian tak hanya terjadi selama pameran saja.
“Tema edan-edanan terinsipirasi dari tarian jawa, tarian yang biasanya ditarikan oleh satu pasang orang yang berdandan seperti badut," ungkap Fitria.
"Seperti di sebuah resepsi biasanya berjalan di depan pengantin semacam ditraksi supaya acara berjalan dengan baik dan enggak ada yang gangguin," kata Fitria.
Baca juga: Kisah Hery Budianto, Jual Aksesoris dari Kayu Pinus hingga Beromzet Puluhan Juta
“Ada doa-doa di situ, dandanan yang seperti itu diterjemahkan dalam karya. Makanya warnanya horee dan natanya acak, dan Lawe seperti ini edan-edanan," sambung Fitria.
Fitria menyebutkan, kapasitas produksinya belum besar. Namun, Fitria menyebutkan, tak menutup kemungkinan untuk mengekspor jika menemukan pembeli yang tepat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.