MALANG, KOMPAS.com - Bagi kebanyakan orang menganggap remeh pelapah pisang. Namun, berbeda Ika Wulandari (35).
Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah asal Desa Suwaru, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang itu menyulap pelepah pisang menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi, dengan cara diproduksi menjadi keripik.
Keripik olahannya itu, kini banyak diminati oleh beberapa kalangan dari berbagai daerah, seperti Bali dan Kalimantan. Pelanggannya dari kedua daerah itu bisa memesan keripik yang diberi nama 'Keripik Pelepah Pisang Naziky' itu setiap bulan, bahkan bisa 2 pekan sekali.
Baca juga: Saat Kemarau, Ini Strategi Pisang Goreng Bu Nanik Hadapi Tantangan Tak Adanya Bahan Baku
Saat Kompas.com mendatangi rumah Ika yang juga dijadikan tempat pengolahan keripik pelepah pisang itu, ia sedang sibuk mengiris setiap lapisan pelepah pisang.
Setelah mengiris setiap lapisan dengan ukuran 5 centimeter persegi serta dengan ketebalan kurang lebih 3-4 milimeter, pelepah pisang irisan itu kemudian direndam dalam air garam.
Butuh waktu sekitar 3 jam untuk merendam irisan pelepah pisang itu sebelum diangkat dan dicuci dengan air bersih.
"Usai dicuci, irisan pelepah pisang ini kemudian dimasukkan dalam adonan tepung terigu dan tepung beras yang dicampur dengan bawang bubuk dan penyedap rasa," ungkap Ika saat ditemui, Rabu (31/7/2024).
Selesai diaduk secara halus di dalam adonan tepung dam bumbu instan itu, irisan pelepah pisang itu diayak, supaya tepungnya tidak terlalu tebal.
"Setelah itu baru digoreng, dengan api sedang sampai matang, selama sekitar 10 centimeter," jelasnya.
Baca juga: Kunjungi Pesantren di Malang, Sadiaga Uno Dorong Santri Jadi Pemain Ekonomi
Kemudian keripik yang sudah matang itu dimasukkan ke dalam mesin spinner, agar sisa minyak yang ada luntur semua, dan manfaatnya bisa membuat keripik tidak mudah tengik, sehingga masa kadaluarsanya akan lebih lama.
"Setelah itu keripik siap dimakan dan dikemasi untuk didistribusikan ke pembeli," tuturnya.
Namun, Ika menggarisbawahi bahwa tidak semua jenis pelepah pisang bisa dijadikan sebagai keripik. Menurutnya hanya ada dua jenis pelepah pisang yang bisa diolah menjadi keripik, yakni pelepah pisang klutuk atau Pisang Batu (Musa Balbisiana) dan Pisang Kepok.
"Kalau pisang yang lain, sudah saya ujicoba. Namun hasilnya tidak maksimal. Ada yang rasanya tidak asam hingga bisa menimbulkan efeksamping bagi tubuh, seperti sakit perut," urainya.
Ika mulai berkreasi membuat kreasi keripik sejak sekitar 2017 lalu. Ia mempunyai ide untuk mengolah pelepah pisang sebagai keripik itu bermula saat neneknya minta dibuatkan lauk pauk dari pelepah pisang tersebut.
"Awalnya saya tidak tahu cara mengolah pelepah pisang menjadi lauk pauk. Kemudian diajari oleh nenek," katanya.
Baca juga: Cerita Wiji Astutik, Bisnis Keripik Pisang sampai Tembus Ekspor ke Malaysia
Sejak itu, ia mulai berinovasi bagaimana jadinya jika pelepah pisang itu dijadikan olahan makanan ringan. Alhasil, ia mencoba membuat keripik dengan bumbu-bumbu berdasarkan inisiatifnya sendiri.
"Setelah melalui beberapa ujicoba, akhirnya ia berhasil membuat keripik pelepah pisang," tuturnya.
Kreativitas Ika itulah yang memandirikan ekonomi Ika dan keluarganya. Keripik Pelepah Pisang Naziky sudah banyak diminati warga Malang Raya, bahkan mulai merambah pasar Kalimantan dan Bali.
"Promosinya saya melalui media sosial serta juga aktif mengikuti pameran UMKM melalui komunitas Ecopaca (Enterpreneur Comunity of Pagelaran," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.