Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Kopi Aceh Tengah Keluhkan Masalah Ekspor, Ini Solusi dari Teten Masduki

Kompas.com - 26/02/2022, 08:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

ACEH TENGAH, KOMPAS.com -  Sejumlah petani kopi di Aceh Tengah, khususnya para anggota Koperasi Produsen Gayo Highland menyampaikan masalah dan kendala saat bertani kopi.

Masalah dan kendala yang muncul yakni musim panen kopi yang kerap bersamaan dengan turunnya musim hujan sehingga kualitas kopi yang tengah dijemur menurun.

Permasalahan tersebut muncul dalam dialog dan diskusi terkait pengembangan kualitas produk dan pemasaran kopi antara Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki anggota Koperasi Produsen Gayo Highland.

Dalam dialog tersebut, yang juga dihadiri Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Ahmad Zabadi dan Dirut Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM Supomo, muncul beberapa masalah dan kendala yang kerap dihadapi para petani kopi.

"Kami membutuhkan Rumah Jemur Kopi atau Green House agar harga kopi di pasar, baik domestik maupun ekspor, tetap terjaga bagus," ungkap salah seorang perwakilan petani dalam siaran pers yang diterima Kompas UMKM.

Ketua Koperasi Produsen Gayo Highland Abdullah menyebutkan masalah lain terkait ekspor. Produksi kopi dari 700 lebih petani dengan sekitar total lahan 1000 hektar, sudah terbilang besar, yaitu sebesar 54 Lot.

Namun, Abdullah mengakui, marjin yang diterima koperasi (dan para petani kopi) masih belum maksimal karena ekspor masih melalui perantara atau mitra.

"Padahal, kita tinggal selangkah lagi untuk bisa melakukan ekspor sendiri. Kami mohon dukungan dari Kementerian Koperasi dan UKM untuk mewujudkan itu," kata Abdullah.

Menanggapi beberapa kendala tersebut, Teten memberikan beberapa solusi strategis bagi petani kopi dan koperasi kopi di Aceh Tengah agar mampu menembus pasar global.

"Pertama, saya mengusulkan yang berhubungan langsung dengan buyer bukan petani, melainkan koperasi petani kopi," ungkap Teten.

Teten menyebutkan bahwa arahan Presiden Jokowi untuk memperkuat sektor pangan nasional dengan membangun Corporate Farming di seluruh Indonesia. Dengan demikian, tidak ada lagi petani-petani perorangan berlahan kecil yang berhubungan dengan buyer.

"Harus bergabung ke koperasi agar memiliki kualitas produk yang baik, efisien, dan masuk skala ekonomi," ucap Teten.

Diskusi terkait pengembangan kualitas produk dan pemasaran kopi antara Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki anggota Koperasi Produsen Gayo Highland di Gudang Proccessing Kopi milik Koperasi Produsen Gayo Highland, di Aceh Tengah, Provinsi DI Aceh, Jumat (25/2).
Dok. Humas KemenkopUKM Diskusi terkait pengembangan kualitas produk dan pemasaran kopi antara Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki anggota Koperasi Produsen Gayo Highland di Gudang Proccessing Kopi milik Koperasi Produsen Gayo Highland, di Aceh Tengah, Provinsi DI Aceh, Jumat (25/2).

Kedua, lanjut Teten, koperasi-koperasi petani kopi (primer) yang ada di Aceh Tengah, bergabung menjadi satu membentuk satu koperasi sekunder.

"Dengan begitu, produk kopi asal Aceh Tengah memiliki satu pintu untuk masuk pasar ekspor," tambah Teten.

Oleh karena itu, Teten pun berharap bahwa kualitas dan produktivitas kopi asal Aceh Tengah terus ditingkatkan. Teten mencontohkan Vietnam yang mampu memproduksi kopi sebanyak 2 ton per hektar, dengan kualitas bagus.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau