MALANG, KOMPAS.com - Kota Malang merupakan wilayah dengan terdapat berbagai perguruan tinggi. Kondisi ini juga mempengaruhi roda perekonomian yang ada.
Hampir di setiap kawasan terdapat beragam tempat usaha. Salah satunya kos-kosan yang menjadi primadona bagi pengusaha untuk mencari peluang keuntungan. Bahkan, saat ini tidak jarang pemilik kos juga orang-orang dari luar daerah Kota Malang.
Beberapa waktu lalu, terdapat video viral di media sosial, yang memperlihatkan seorang mahasiswa dimarahi oleh pemilik kosnya.
Perkaranya, penghuni kos tersebut meminta untuk dipasangkan gas elpiji yang sudah menjadi fasilitas di tempat itu. Lokasi kejadian tersebut tepatnya di salah satu kos-kosan yang berada di Jalan Janti Barat Blok A, Kecamatan Sukun.
Baca juga: Mau Pakai Jasa Digital Marketing? Hitung Dulu Biayanya
Video itu awalnya diunggah di akun TikTok milik penghuni kos tersebut tetapi juga sudah tersebar di berbagai akun Instagram. Wanita tersebut merasa berhak untuk mendapatkan fasilitas elpiji guna supaya bisa memasak.
Sebab, dia bersama penghuni kos lainnya mengaku sudah 4 hari tidak bisa memasak karena tidak ada elpiji. Sedangkan untuk uang pembelian gas elpiji, setiap penghuni per bulannya ditarik iuran sebesar Rp 15.000.
Namun, wanita tersebut dibentak oleh diduga pemilik kos saat mempertanyakan fasilitas elpiji itu. Bahkan dalam kolom komentar yang ada, wanita itu juga mengaku dilaporkan ke pihak Kepolisian oleh pemilik kos.
Salah satu alumni mahasiswi perguruan tinggi negeri di Kota Malang, Desy Permatasari memberikan saran bagaimana seharusnya pengusaha kos-kosan bisa memberikan pelayanan terbaik.
Desy dulu kuliah di perguruan tinggi di sekitar Kelurahan Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru. Sehingga dia mencari kos yang tidak jauh dari kampusnya.
Menurutnya, jarak tempat kos ke kampus menjadi pertimbangannya untuk mencari yang terdekat. Selain tidak memiliki kendaraan, juga untuk meminimalisasi pengeluaran ongkos transportasi, sehingga dia bisa berjalan kaki.
Hal itu juga bisa menjadi pertimbangan bagi pengusaha pemula yang ingin berwirausaha kos-kosan. Wilayah di sekitar perguruan tinggi, perkantoran dan tempat kerja lainnya merupakan tempat yang strategis.
Setiap kos memiliki harga berbeda-beda sehingga harus disesuaikan dengan fasilitas yang diberikan. Menurutnya, sebelum memilih sebaiknya terlebih dahulu membandingkan harga dan fasilitas beberapa kos dengan budget yang dimiliki.
Rata-rata untuk harga sewa kamar kos-kosan di Kota Malang saat ini dengan rate antara Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000 setiap bulannya. Sehingga para pengusaha kos sebaiknya juga tidak mematok biaya sewa yang lebih dari kos-kosan lainnya.
Sebagai wanita, bagi Desy untuk kos yang memiliki fasilitas pada umumnya sangat penting. Selain kamar mandi, seperti dapur untuk memasak, seterika dan jemuran, serta WiFi untuk sedikit menunjang kebutuhan kuliah harus ada.
Dia menyarankan bagi pencari kos untuk betul-betul mengetahui dengan jelas terhadap fasilitas yang ada atau tidak hanya percaya terhadap iklan dan penawaran dari orang lain saja.
Baca juga: Kisah Katarina, Punya Penghasilan Rp400 Juta Setahun dari Olahan Limbah Kain Perca
Berdasarkan pengalamannya, ia sempat menghuni di salah satu kos dengan biaya listrik yang tidak sedikit setiap bulannya. Setiap item elektronik seperti membawa laptop, magicom dan lainnya dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 15.000.
"Akhirnya pengeluaran membengkak, sempat tanya penjaga kosnya, kenapa kok besar biayanya, terus dikira aku yang enggak percaya ke mereka, maka dari awal harus jelas, jangan langsung masuk aja," kata Desy saat dihubungi via pesan WhatsApp pada Minggu (31/7/2022).
Artinya, pengusaha kos-kosan juga harus bisa memberikan fasilitas yang maksimal supaya penghuninya tidak berpindah tempat atau betah.
Pengusaha kos juga sebaiknya tidak sembarangan menerima penghuninya. Kejelasan identitas dan latar belakang penghuni perlu diketahui untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Desy menuturkan biasanya penghuni kos memilih tempat yang sesuai dengan pribadi masing-masing. Sebelum memilih, hal itu bisa diketahui dengan bertanya ke salah satu penghuni yang sudah tinggal di kos tersebut.
"Lebih ke privasi aja sih, aku juga lihat orang-orang yang menghuni di kos itu gimana, ramah enggak, aku kan juga waktu itu cari kos yang bisa buat betah," katanya.
Selain itu, menurut Desy untuk tempat kos yang nyaman tidak menjadi satu dengan pemiliknya supaya memiliki privasi yang lebih atau tidak ada intervensi dalam suatu hal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.