Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inkubator Bisnis Jadi Mesin Pencetak Wirausaha Baru dari Kampus

Kompas.com - 24/08/2022, 17:22 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan, inkubator bisnis menjadi mesin pencetak wirausaha baru dari kalangan kampus atau perguruan tinggi.

Optimalisasi inkubator bisnis di kampus merupakan upaya meningkatkan jumlah pengusaha di dalam negeri.

“Kami di Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama kementerian/lembaga lainnya sedang bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dalam menghadirkan inkubator bisnis di kampus. Inkubator bisnis ini menjadi mesin dalam mencetak entrepreneur baru yang kompetitif dan inovatif,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam sambutannya di acara Kongres VI Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia bertajuk ‘Meneguhkan Kiprah Alumni UPI Membangun Negeri’ seperti termuat dalam siaran pers, Rabu (24/8/2022).

Teten mengatakan, penciptaan wirausaha baru dari kampus, tidak bisa dilakukan dengan cara konvensional.

“Ini perlu dierami, ditetaskan, dan dibesarkan dalam inkubator bisnis,” kata Teten.

Upaya ini yang menurut Teten penting dibahas dalam kongres ini, bagaimana UPI bisa memiliki inkubator bisnis yang bisa mencetak anak-anak muda menjadi entrepreneur.

Di saat yang sama, pemerintah juga sedang mendorong digitalisasi, ditambah pembangunan infrastruktur internet yang terus dilakukan.

“Bahkan laporan dari e-commerce, sekitar 97 persen wilayah Indonesia sudah bisa dilayani e-commerce. Target 30 juta UMKM terhubung digital di 2024 diharapkan bisa terwujud, karena saat ini baru 19,5 juta UMKM,” ucap Teten.

Teten mengakui, pandemi COVID-19 mempercepat akselerasi UMKM Indonesia untuk go digital yang sebelumnya hanya 8 juta selama usia 10 tahun e-commrerce ada di Indonesia.

“Dengan pandemi lebih cepat, naik hingga 130 persen UMKM go digital hanya dalam waktu 2,5 tahun,” kata Teten.

Namun sayangnya di sisi lain, produk yang diperjualbelikan di e-commerce itu banyak merupakan produk impor.

Sehingga bagaimana pendidikan bisa melahirkan entrepreneur bukan hanya pedagang tetapi juga harus kuat di sektor produksi.

“Memang dulu ini sarekat dagang bukan sarekat produksi, tapi itu harus diubah saat ini mindset-nya sekarang kita ini juga sarekat produksi. Kita harus mengambil peluang ekonomi digital Indonesia yang diprediksi tahun 2030 menjadi terbesar di dunia atau mencapai Rp4.500triliun,” kata Teten.

Hal tersebut kata Teten, menjadi pengungkit agar kongres VI Ikatan Alumni UPI sehingga mampu memperkuat kolaborasi antara alumni dan perguruan tinggi, untuk membangun ekosistem pemuda pengusaha yang mampu meningkatkan inovasi dan keragaman produk usaha.

Teten mencontohkan, Indonesia bisa belajar dari Nottingham Trent University yang memfasilitasi para mahasiswa untuk belajar membangun sustainability in Enterprise.

“Terutama ranah UMKM serta memberikan dana hibah kepada kelompok alumni yang mendirikan usaha berlandaskan ekonomi hijau dan produk berkelanjutan,” ucap Teten.

Selain itu, bisa juga menjadikan University of Melbourne sebagai praktik terbaik yang telah menghadirkan Business Innovation Lab yang berfokus pada pengembangan UMKM, serta pelatihan desain _thinking_ bagi para mahasiswa untuk mengembangkan usahanya.

Mulai dari studi kelayakan bisnis, pengembangan produk, hingga international shipping atau ekspor yang didukung oleh alumni sebagai mentor.

Berbagai dukungan dari UPI dan para alumni dibutuhkan, guna mendukung lahirnya kreativitas dan inovasi berbagai produk dan model bisnis UMKM yang berkelanjutan.

“Saya kira UPI sudah banyak alumninya yang menjadi pebisnis seperti Pak Enggartiasto Lukita yang juga mantan Menteri Perdagangan ini, untuk sama-sama kita membangun inkubator bisnis, dengan mengambil benchmark beberapa contoh sukses kampus luar negeri seperti Nottingham maupun University of Melbourne,” ucap Teten.

Tak hanya itu, dukungan ini kata Teten, diharapkan mampu meningkatkan peringkat Indonesia dalam Global Innovation Index tahun 2021, di mana Indonesia menempati posisi 87 dari 132 negara dalam inovasi wirausaha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com