PURWOREJO, KOMPAS.com - Sejak pukul 06.00 WIB, seorang guru di Purworejo sudah harus bergelut dengan ratusan burung perkutut miliknya. Dari mulai memberi pakan hingga membersihkan kandang.
Guru itu adalah Hadi Suwignyo (59). Hadi merupakan salah satu guru di Madrasah Aliyah An-Nawawi Berjan, Purworejo, Jawa Tengah yang sukses membudidayakan burung perkutut beromzet hingga jutaan rupiah.
Bahkan omzet per bulannya saat ini melebihi UMK Purworejo yakni Rp 1.911.850,80.
"Kalau omzet ya sekitar 2 sampai 3 juta. Ini sangat membantu kebutuhan sehari-hari. Saya tidak malu. Malah banyak temen yang melihat dan tertarik," kata Hadi pada Minggu (11/9/2022).
Sejak empat tahun yang lalu, berkat ketekunannya dalam memelihara burung, kini ia memiliki puluhan pasang indukan. Puluhan pasang indukan tersebut setiap bulannya bisa menghasilkan puluhan anakan burung yang siap jual dan menjadi pundi-pundi cuan.
"Awalnya tahun 2018 dengan sedikit keberanian. Modalnya pas-pasan, hanya dua pasang indukan dan pengetahuannya masih pas-pasan juga. Setelah kita lakukan, ada prospek ke depannya bagus," kata bapak dua anak ini sembari memberi makan burungnya
Hadi yang sebentar lagi memasuki masa pensiun ini mengatakan, dari hasil budidaya burung perkutut ia sudah tidak pusing memikirkan penghasilannya setelah pensiun.
Ia menceritakan, awalnya jenis burung yang dibudidayakan hanya cemani dan putih lurik. Kemudian setelah beberapa tahun membudidayakan, akhirnya Hadi menambah lagi koleksi burungnya, ia menambah burung jenis majapahit, silver, bangkok, dan putih kapas.
"Sekarang Indukan ada 74 pasang dari paling banyak cemani, putih lurik, majapahit silver dan paling sedikit putih kapas. Kalau putih kapas ini putih mulus agak sulit budidayanya," kata guru Sosiologi itu.
Hadi menyebut, keberhasilan membudidayakan burung diawali dari keresahannya. Ia mengaku sebagai seorang guru waktunya terbatas.
Namun, keresahannya membawanya untuk berpikir wirausaha yang bisa dilakukan waktu pagi sore. Akhirnya, ia menemukan solusi yakni berternak burung perkutut.
"Perkutut ini perawatannya mudah. Satu hari butuh waktu setengah jam pagi sebelum saya berangkat mengajar dan sore setelah pulang sekolah," lanjut Hadi.
Burung perkutut yang dipelihara Hadi, kebanyakan adalah burung perkutut warna. Meskipun begitu, ia juga memelihara burung perkutut kicau. Tak jarang burung perkutut miliknya juga mengikuti beberapa kontes kicau burung.
Harga yang ditawarkan Hadi untuk satu burungnya bervariasi mulai dari Rp 400.000 hingga Rp600.000 per ekornya. Anak burung yang dijual biasanya adalah anakan burung yang sudah mulai bisa makan sendiri yakni berumur sekitar satu bulan.
Dalam sebulan ia bisa menjual 15 hingga 20 anakan burung perkutut. Ia memilih burung perkutut karena harganya yang stabil. Tak seperti burung-burung lainnya yang harganya sangat fluktuasi seperti burung love bird.
"Paling mahal putih lurik, anakan diambil pengepul Rp 400.000. Kalau konsumen 500.000. Kalau bagus biasanya sampai Rp 600.000," katanya
Produksi burung perkutut miliknya sudah banyak terjual keluar daerah seperti ke Kebumen, Magelang, Wonosobo, Banyuwangi Jawa Timur, Bekasi, Palembang hingga sumatera.
Berbisnis burung perkutut menurut Hadi, termasuk bisnis yang mudah dilakukan dan sedikit modalnya. Hal ini dikarenakan makanan burung perkutut termasuk sedikit dan tidak boros pakan.
"Makanannya sedikit berjenis biji bijian. Kotorannya kering dan kecil tidak merusak lingkungan," katanya.
Tak butuh lahan yang luas, peternakan milik Hadi hanya menggunakan halaman kiri dan kanan rumahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.