JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 adalah situasi yang berat. Kebiasaan bekerja di kantor harus berubah menjadi bekerja dari rumah (work from home).
Upit Pitrianingsih, satu dari jutaan karyawan yang harus Work From Home. Mak Upit, sapaan akrabnya, tak terhalang berkreasi untuk tetap meningkatkan penghasilannya meski Work From Home.
Ia lalu mulai merintis usaha dehydrated fruits (buah yang dikeringkan melalui dehidrator). Peluang muncul di saat masyarakat mulai memikirkan kesehatan di tengah pandemi Covid-19.
Saat itu, imunitas adalah salah satu kunci dalam menghadapi pandemi Covid-19. Upaya meningkatkan imunitas dilakukan seperti mengonsumsi minuman yang terbuat dari lemon dan sejumlah empon-empon.
Permintaan buah lemon sempat melonjak secara drastis. Harga buah lemon per kilogram sempat menyentuh Rp60.000.
Upit lalu punya ide untuk membuat buah kering sebagai solusi dari tingginya harga lemon tetapi dapat bertahan lama. Ia juga tergerak keinginan memberdayakan orang lain yang terimbas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta membantu memanfaatkan hasil panen petani.
Upit memulai langkahnya dengan riset lewat jurnal-jurnal ilmiah. Dari sana, terciptalah racikan yang tepat dan sesuai dengan masing-masing kriteria buah.
“Saya lakukan riset, trial error hingga uji lab,” jelas Upit seperti dikutip dari Antara.
Modal Upit memulai bisnis buah kering yaitu Rp150.000. Uang itu ia gunakan untuk membeli dua kilogram lemon.
Wanita lulusan S-2 Teknik Kimia sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta ini mulai memproduksi serta memasarkan produknya melalui aplikasi pesan WhatsApp. Tak disangka, produknya disambut baik sejumlah konsumen.
Soal merek, ia memilih nama Herbor.id. Upit mengerjakan produksi hingga pemasaran sendiri. Kini, ibu tiga anak itu telah dibantu empat karyawan.
Dalam prosesnya, buah-buahan yang dikeringkan ini melalui proses pengeringan dengan dehidrator. Pengeringan dilakukan dengan suhu rata-rata di bawah 60 derajat celcius.
Untuk buah dengan kadar air tinggi seperti semangka dan buah naga, proses produksi bisa memakan waktu cukup lama. Suhu pun lebih diturunkan agar nutrisi tak berkurang, tekstur tak rusak atau berubah.
Kalau ketemu air, menurut Upit, buat yang kering itu bisa fresh lagi seperti awal.
Harga buah kering buat Upit dijual dengan harga kisaran Rp20.000 per kemasan 15 gram. Salah satu produk yang laris manis diserbu konsumen adalah paket buah kering untuk infused water yang di dalamnya terdapat 5 jenis buah yaitu kiwi, nanas, lemon, stroberi, buah naga, dan jeruk sunkis.
Harga paket ini terbilang ramah di kantong yakni Rp10-15.000 rupiah dengan berat 10 gram.
Dalam pemasarannya, usaha yang berproduksi di kawasan Jakarta Selatan ini telah merambah pasar digital melalui e-commerce dan terbaru di sebuah aplikasi yang tengah populer.
Muncul sebagai "pemain" buah kering baru, banyak orang yang belum mengenal khasiat dan kelebihan produk Herbor.id. Upit harus lebih aktif mengenalkan produk, proses, manfaat buah kering, dan kelebihannya dengan cara mengajak orang untuk icip-icip atau mencoba merasakan.
Upit pun turut mengikuti mengikuti perkembangan dunia digital agar pemasarannya lebih luas dan tak terbatas wilayah. Kini, Upit sedang berproses mengikuti sejumlah program kurasi agar bisa tembus pasar internasional.
Omzet Herbor.id berkisar Rp15-20 juta per bulan. Kapasitas maksimal produksi Herbor.id per hari mencapai lima kilogram. Selain itu, Herbor.id pun telah memiliki reseller.
Reseller kini masih ada beberapa yang ambil pakai merek dan tanpa label. Para reseller tersebut memesan dengan label untuk dijual perorangan, sedangkan tanpa merek untuk masuk gerai kopi.
Hingga kini, Herbor.id telah memiliki varian 18 produk. Mulanya varian-varian ini berasal dari permintaan-permintaan aneh dari konsumen.
Upit pernah melayani pesanan semangka atau nanas dikeringkan. Dari permintaan-permintaan aneh tersebut, Upit akhirnya mencoba mengakomodasi pesanan tersebut.
Dari permintaan aneh tersebut justru menjadi tantangan tersendiri bagi Upit hingga akhirnya menjadi daftar produk baru. Walaupun, dalam inovasinya ada juga pesanan bisa diakomodasi atau buahnya dikeringkan.
Leci, misalnya, begitu dikeringkan seperti kismis karena mengandung banyak gula sehingga hasil akhirnya lengket dan warnanya cokelat. Jadi, leci lebih cocok dijadikan semacam manisan.
Upit berharap pemuda yang ingin buka usaha tidak usah menunda-nunda, tetapi langsung memulai saja.
Dari apa yang dipikirkan orang-orang, menurut Upit, kuncinya bukan yang dipikirkan tetapi apa yang dikerjakan. Soalnya, segala sesuatunya setiap orang bisa belajar learning by doing.
Upit membuktikan keuletan dan kerja kreatifnya telah membuahkan hasil. Bisnis yang dirintis pada masa krisis pandemi kini mulai berbuah manis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.