JAKARTA, KOMPAS.com - Batik Maos asal Cilacap, Jawa Tengah ini sempat berada pada era kejayaannya. Sekitar tahun 1980-an, Batik Maos cukup digemari dan menjadi buah tangan khas Cilacap.
Namun, seiring berjalan waktu, eksistensi jenis batik ini mulai terkikis. Batik Maos Rajasamas akhirnya lahir pada 2007 untuk menghadirkan kembali produk batik model ini di tengah masyarakat.
Pemilik Batik Maos Rajasamas, Euis Rohaini menyampaikan, Batik Maos memiliki kelebihan utama dari segi filosofi dan sejarah yang terkandung di dalamnya.
"Batik Maos ini sudah ada sejak pasca masa Pangeran Diponegoro. Jadi sudah lama sekali, dan ternyata dalam sebuah kain Batik Maos mengandung filosofi yang sangat tinggi ya sehingga saya merasa sayang sekali jika (batik) ini sampai penuh," ujar Euis di acara Ngobrol Bisnis (Bronis) UMKM yang disiarkan lewat layanan streaming media sosial Kompas.com, Kamis (10/11/2022).
Filosofi sejarah ini juga termasuk cerita dari para pejuang yang pada masanya berjuang dan memiliki kisah di wilayah Maos.
Menurut Euis, masa kejayaan Batik Maos sempat terkikis karena modelnya yang masih berupa batik tulis tradisional. Akhirnya, Batik Maos kalah bersaing dengan perkembangan model lain pada 1990-an.
Euis menceritakan, ide usahanya ini dimulai saat ia ikut kembali ke kampung halaman sang suami di Cilacap.
"Ketika saya kembali ke kampung suami di Cilacap pada 2005, saya melihat sayang sekali ada batik, tapi tidak bisa tergali dengan maksimal. Padahal itu adalah suatu warisan budaya. Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk mengembangkan," tutur Euis.
Euis mengakui, saat ia pertama merintis usaha Batik Maos miliknya ini tidak langsung berjalan mulus dan besar.
"Butuh proses gitu. Di 2007 saat kita mulai mengembangkan, ketika kita koordinasi dengan teman-teman pembatik dan pihak desa mereka hanya iya-iya saja dan menjanjikan batik saat selesai masa panen saja," kata Euis.
Bagi Euis, hal itu tentu menjadi sebuah concern karena usahanya akan sulit berkembang. Hanya saja, pada akhirnya ia berhasil meyakinkan para pembatik tersebut dan bisa memberdayakan mereka sampai saat ini.
Bahkan sekarang sudah terdapat sekitar 100 pekerja freelance dan 12 pekerja tetap yang ada di dalam usaha Batik Maos Rajasamas.
Batik Maos Rajamas pun akhirnya bisa tembus pasar ekspor. Euis pun berhasil mengirimkan lima kontainer berisi kerajinannya ke Arab Saudi dalam kurun waktu satu tahun.
Saat ditanyakan terkait perbedaan Batik Maos dengan jenis batik lain, Euis menjelaskan bahwa pembeda utama terdapat pada filosofi dari Batik Maos sendiri.
Mungkin jenis Batik Maos itu hanya satu, tapi setiap motifnya memiliki kisah atau cerita yang berbeda-beda, misalnya motif Cebong Kumpul, motif Sakral, dan berbagai motif lain beserta ceritanya.
Selain itu, perbedaan lain Batik Maos ada pada proses pewarnaannya.
"Kita proses pewarnaan kita itu masih menggunakan sistem kerok. Jadi, zaman dulu itu masih memakai sistem kerok, kalau zaman sekarang kan sudah jarang," ungkap Euis.
Euis mengungkapkan bahwa usaha batiknya ini masih mempertahankan sisi tradisional Batik Maos. Hal ini disebabkan, proses itulah yang menjadi ciri khas batik.
Warna gelap yang mendominasi Batik Maos juga menjadi ciri lain yang membedakan dengan batik lain.
"Kita (mendapatkan) pengaruh Yogya ya jadi warnanya lebih ke gelap. Kita berbeda dengan Banyumas, tetangga sebelah. Mereka lebih banyak dapat pengaruh ke Solo, kalau kita lebih ke arah Yogya," pungkas Euis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.