SOLO, KOMPAS.com - “Nana Karobi Ya Oki” adalah peribahasa Jepang yang bermakna “Jatuh tujuh kali bangkit delapan kali” tampak tepat menggambarkan kegigihan Rudolf Samsi dalam membesarkan CV Krudut.
CV Krudut merupakan sebuah usaha furnitur spesialis kursi kulit yang didirikan oleh Rudolf. kini produk CV Krudut telah diekspor ke berbagai belahan dunia.
Pria yang akrab disapa Rudolf tersebut, mulai tertarik dengan bidang furnitur dan kulit sejak ia bekerja di tempat usaha kakaknya. Kakaknya mengerjakan produk serupa.
Perlahan tapi pasti Rudolf mengambil banyak pelajaran dari sana. Hingga akhirnya ia bertekad memproduksi dan menjual kursi kulit buatannya.
“Awal dapat pelanggan saya keliling Kota Solo dan Sukoharjo dengan sepeda motor saya. Ketika dapat orderan saya bonceng di sepeda motor saya, tanpa tukang saya kerjakan sendiri bahkan bisa lembur sampai pagi, karena saya selalu berusaha memuaskan pelanggan-pelanggan saya,” kata Rudolf dalam keterangannya.
Cikal bakal CV Krudut juga dimulai dari ketekunan Rudolf menyuplai hasil produksinya ke pabrik-pabrik besar di Kota Solo sejak tahun 1998. Dari sana, Rudolf mengumpulkan pundi-pundi ilmu dan rupiah sebelum kemudian berhasil membuka pabriknya sendiri.
Rudolf awalnya mengerjakan pekerjaannya sendiri. Kemudian, ia dibantu dua hingga tiga orang temannya.
Saat ini, Rudolf mampu membangun pabrik yang memiliki ratusan pegawai. Tak ayal hal tersebut membuat Rudolf bahagia karena mampu memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
“Ketika saya membuka pabrik, masyarakat di sekitar langsung banyak yang datang untuk melamar, saya langsung terima tanpa perlu ketrampilan tertentu, yang penting mereka niat kerja maka saya akan bimbing mereka, bahkan sekarang pegawai saya 90 persen adalah masyarakat sekitar Sukoharjo,” kata Rudolf.
Kisah manis itu rupanya tak berlangsung lama. Krisis moneter tahun 2008 menjadi ujian bagi Rudolf dalam menjalani bisnisnya.
Ia terpaksa harus merelakan rumah tinggalnya untuk dijual, agar tetap bisa memproduksi furnitur yang telah dipesan.
Alih-alih menyerah, Rudolf justru mengerahkan seluruh tekad yang ia miliki untuk melewati masa-masa sulitnya. Benar saja. Hanya butuh waktu tiga bulan, Rudolf telah bisa mendapatkan rumah kesayangannya kembali, sekaligus melanjutkan produksinya.
Inovasi juga terus dilakukan oleh Rudolf. Dari variasi bahan dasar yang awalnya hanya kulit, berkembang menjadi rotan, plastik, dan enceng gondok. Rudolf pun mengikuti berbagai pameran internasional yang bertujuan untuk perluasan pemasaran.
Terbukti, kini CV Krudut lebih fokus pada ekspor ke berbagai negara besar seperti Amerika, Mexico, Spanyol, Belanda, Italia, Australia, bahkan Israel.