JAKARTA, KOMPAS.com - Isu lingkungan dan pemberdayaan perempuan saat ini santer menjadi perhatian masyarakat.
Tak terkecuali bagi Akmal Idrus (29), pria asal Makassar ini menjadikan kedua isu tersebut sebagai pijakan mengapa Rappo Indonesia berdiri pada 2020 lalu.
Mendaur ulang sampah kantong plastik menjadi berbagai jenis produk tas yang ramah lingkungan, membuat Rappo turut melibatkan elemen masyarakat termasuk kaum perempuan.
Baca juga: Tenaga Pendamping Koperasi dan UMK Disebut Kunci Sukses KUMKM Naik Kelas
“Rata-rata kaum perempuan itu yang paling semangat untuk kerajinan. Dari situ kita berpikir gimana kalau melibatkan mereka? Karena kita fokus pada isu lingkungan dan isu pemberdayaan, karena di Makassar ini peran perempuan itu masih sebatas pelengkap,” tutur Founder dan Owner Rappo Indonesia, Akmal Idrus, Sabtu (19/11/2022).
Dari buah pemikiran tersebut, kini kaum perempuan termasuk para ibu-ibu di Kelurahan Untia, kawasan pesisir Makassar bisa saling berkolaborasi untuk menciptakan produk ramah lingkungan.
Berbagai jenis tas seperti tote bag, sling bag, shopper bag yang diproduksi Rappo berasal dari sampah plastik di kawasan tersebut, yang dibeli oleh Rappo sehingga sampah bernilai ekonomis.
Menyusuri gang-gang di Makassar, Akmal mengamati bahwa memang sudah banyak edukasi mengenai daur ulang produk.
Akan tetapi, ia kerap menemukan masalah seperti desain produk yang kurang menarik sehingga produk daur ulang tersebut kembali menjadi sampah.
“Gang-gang di Makassar itu sering ada pelatihan produk daur ulang. Namun ketika sudah dibuat, apakah itu digunakan? Karena kalau tidak menarik desainnya tidak bagus, ujung-ujungnya sampah plastik itu akan jadi sampah lagi,” sambung Akmal.
Oleh sebab itu, ia membangun produk Rappo dengan konsep yang useful dan menyasar pada konsumen anak muda.
Selain agar produk efektif digunakan, Rappo juga memiliki visi agar generasi muda bisa teredukasi dengan produknya.
“Kita menyasar konsumen anak muda, karena kekuatan yang menggerakan Rappo adalah anak muda. Kita mau bagaimana anak muda sebagai penerus bisa teredukasi dengan produk produk kami,” tutur Akmal.
Setiap pembelian produk Rappo, pelanggan akan mendapatkan tag yang berisikan siapa yang menjahit produk tas tersebut dan berapa banyak kantong plastik yang didaur ulang.
Elemen unik yang ada di produk Rappo ini merupakan bentuk apresiasi dan edukasi bagi pembuat dan pembeli. Hal ini turut disampaikan oleh Akmal.
“Kita sangat mengapresiasi agar pembuatnya bangga untuk terus berkarya. Bukan hanya perempuan yang terlibat, tapi jumlah sampahnya kita cantumkan di sini, agar orang tahu dengan membeli produk Rappo juga berkontribusi terhadap sekian lembar kantong plastik,” jelasnya.
Berbagai jenis tas Rappo yang dibanderol dengan harga Rp 49.000 hingga Rp. 159.000 ini sudah memasarkan produknya dari Makassar hingga Jakarta dan Bali.
Seiring dengan isu lingkungan yang semakin menjadi perhatian, Rappo pun dipercaya beberapa perusahaan untuk menjadi official merchandisenya.
Baca juga: Kisah Adi Suryadi, Tingkatkan Omzet Tiga Kali Lipat Berkat Platform Digital
Lebih lanjut, pemilihan Rappo sebagai nama brand memiliki filosofi menarik di belakangnya.Berasal dari bahasa Bugis, Rappo memiliki arti sederhana yang berarti buah.
Akmal berharap, produk Rappo rintisannya ini bisa membuahkan hasil yang positif bagi semua yang terlibat di dalamnya.
“Dari awal berdiri, kita mempunyai semangat bahwa nanti yang kita buat ini akan membuahkan hasil. Jadi produk Rappo ini adalah buah dari semangat kita, buah dari yang terlibat, perempuan yang terlibat,” tutup Akmal, mengakhiri sesi wawancara bersama Kompas.com, Sabtu (19/11/2022), di Pos Bloc, Jakarta Pusat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.