Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Pembuatan Geblek Makanan Khas Purworejo

Kompas.com - 22/01/2023, 09:00 WIB
Bayu Apriliano,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

PURWOREJO, KOMPAS.com - Di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ada dua jenis makanan khas yang sering dicari saat berkunjung. Dua makanan tersebut yakni celorot dan geblek.

Kali ini, Kompas.com akan melihat rumah produksi geblek di Desa Kalimiru, Kecamatan Bayan sebagai salah satu tempat produksi geblek terkemuka di Purworejo. Lokasinya berada sekitar 10 kilometer dari pusat kota Purworejo. Namun, jika dari terminal Purworejo lokasinya bisa dijangkau sekitar lima menit saja.

Rumah produksi geblek ini dikelola oleh Suswitami (41) warga Desa Kalimiru. Suswitami mendapatkan ilmu pengolahan Geblek dari orang tuanya.

Suswitami sejak duduk dibangku sekolah dasar sudah ikut membantu orang tuanya membuat geblek untuk dijual ke pasar-pasar.

"Sudah dari dulu mas, awalnya dulu ikut bantuin orang tua dan sekarang saya yang produksi," kata Suswitami saat ditemui di lokasi produksi.

Suswitami membuat geblek di dapur rumahnya yang berukuran 4x5 meter. Dalam sebulan, ia bisa memproduksi hingga puluhan kilogram geblek siap jual.

Makanan khas Purworejo yang satu ini memang sangat populer. Penjualan geblek yang diberi label Sari Eco ini banyak diminati hingga keluar kota seperti Kebumen, Magelang dan Yogyakarta banyak membeli geblek produksi Suswitami.

"Orang Purworejo kan banyak yang merantau jadi banyak yang pesan kalau mereka sedang pulang kampung. Ditempat rantau pun mereka ikut memasarkan jadi banyak yang pesan dari," kata Suswitami.

Geblek dibuat dari bahan tepung tapioka dan bumbu bawang yang digoreng gurih. Bentuknya ada yang melingkar dan ada yang menyerupai angka delapan berwarna putih bersih.

Suswitami menjelaskan, geblek dibuat dari tepung tapioka yang dicampur bumbu-bumbu yang terdiri dari bawang putih, garam secukupnya, dan penyedap rasa yang sudah dihaluskan dengan cara diulek.

Setelah itu bahan dicampur kemudian direbus dan setelah lima menit. Adonan geblek lalu langsung dibentuk secara manual menggunakan tangan dalam keadaan panas.

Geblek merek Sari Eco buatan Suswitami, warga Desa Kalimiru, Kecamatan Bayan, Purworejo, Jawa Tengah.KOMPAS.com/BAYU APRLIANO Geblek merek Sari Eco buatan Suswitami, warga Desa Kalimiru, Kecamatan Bayan, Purworejo, Jawa Tengah.

Setelah tercampur merata adonan berwarna putih dan bertekstur kenyal tersebut dibuat menjadi bentuk bulat presisi maupun berbentuk angka delapan sesuai selera.

Setelah selesai dibentuk, geblek bisa dikemas dalam bentuk mentah dan siap dijual. Tak hanya itu, Geblek buatan Suswitami juga dijual matang setelah digoreng selama beberapa menit.

"Pasangan yang cocok untuk geblek adalah saus kacang, campuran bumbu seperti bawang putih, terasi, kencur, gula merah, cabai rawit dan kulit buah jeruk purut atau jeruk limau yang di ulek hingga halus," terang Suswitami.

Geblek Suswitami memiliki beberapa keunggulan diantaranya memiliki citarasa gurih dan anti atau meledak. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik Geblek buatan Suswitami.

"Selain hobi memasak, saya juga ingin melestarikan makanan khas Purworejo," ucapnya.

Dijelaskan setiap bulannya, Suswitami bisa memproduksi puluhan tepung tapioka menjadi geblek. Harga yang ditawarkan Suswitami cukup murah yakni satu besek berisi 50 geblek mentah dan bumbu kacang hanya dihargai Rp 30 ribu sedangkan kemasan mika isi 25 geblek Rp 12.500.

"Omzetnya ya lumayan bisa untuk tambah-tambah keperluan sekolah anak," kata ibu tiga anak ini.

Meski sudah banyak terjual hingga keluar kota, Suswitami mengaku masih terdapat beberapa kendala saat memasarkan produk Geblek buatannya. Zaman yang sudah berubah menjadi serba online belum bisa ia ikuti perkembangannya.

Keluhan pemasaran produk secara online inilah yang mengundang Esti Margiyanti Utami Dosen Management Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) datang langsung ke rumah produksi Suswitami.

Esti bersama mahasiswa KKN UM Purworejo akhirnya melakukan pendampingan terhadap UMKM makanan khas Purworejo ini. Selain untuk membantu memasarkan produk geblek secara online, dosen, dan beberapa mahasiswa turut membantu dalam proses pengemasan dan display produk.

"Ini (penjualan online) yang akan kita bantu nanti agar UMKM dapat survive ditengah digitalisasi bisnis seperti saat ini," kata Esti.

Esti menyebut, selain pemasaran yang harus digenjot, kualitas dan kuantitas produk harus selalu dijaga dan ditingkatkan. Menurutnya itu adalah kunci kesuksesan bisnis produk makanan.

"Makanan terkait dengan lidah dan selera masyarakat. Disini harus ada disiplin produksi selain itu juga bentuk pemasaran tidak hanya dengan tradisional namun juga digenjot secara digitalisasi," tambah Suswitami.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau