MALANG, KOMPAS.com - Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Universitas Brawijaya, Prof Herawati menemukan manfaat Jahe, Kunyit dan Temulawak atau Jakute bagi peternak unggas.
Wanita yang baru dikukuhkan sebagai profesor ini pada Minggu (17/3/2024) ini memaparkan pidato ilmiahnya berjudul 'Jakute Sebagai Additive Pakan Pengganti Antibiotic Growth Promoter (AGP) dengan Docking Molekuler Untuk Meningkatkan Kesehatan Unggas'.
AGP merupakan antibiotik sebagai bahan tambahan pakan (feed additive) yang kerap diberikan pada unggas untuk memperbaiki efisiensi pakan dan menurunkan mortalitas pada hewan ternak tersebut.
Baca juga: Usaha Ternak Domba Punya Peluang Besar, Tertarik Mencoba?
Penggunaan antibiotik sebagai growth promoter dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi bakteri seperti Escherichia coli dan Salmonella Sp. yang patogen pada unggas.
"Pemerintah sendiri melalui Permentan yang ada telah melarang penggunaan tambahan pakan antibiotik. Daging itu banyak ditemui mengandung residu antibiotik, kita tidak tahu habis ayam sakit terus disuntik, dipotong," kata Prof Herawati, pada Sabtu (16/3/2024).
Inovasi penambahan pakan pada unggas yang berbahan dasar Jakute dapat meningkatkan imunitas dan produktifitas unggas.
Kombinasi serbuk JAKUTE yang dicampurkan dalam pakan unggas berperan sebagai agen imunomodulator atau agen preventif terhadap infeksi bakteri dan kandidat alternatif pengganti AGP (Antibiotic Growth Promoter).
Metode docking molekuler digunakan untuk mengetahui hasil uji in silico zat aktif dari jahe merah, kunyit dan temulawak guna mengidentifikasi potensinya sebagai imunomodulator.
"JAKUTE ini untuk alternatif yang sudah tidak dibolehkan, sebagai bentuk pencegahan, jadi diberikan sebelum unggas itu sakit. Ini mudah didapat, dengan ditanam, diambil menjadi serbuk, digunakan 5 persen dari pakan normal," katanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat aktif (gingerol-6, shogaol-6, curcumin, demetoksicurcumin, tetrahidrocurcumin, bisdemeteoksicurcumin) yang terdapat pada jahe merah, kunyit, dan temulawak.
Baca juga: 5 Tips Memulai Usaha Hewan Ternak
Hal ini mengalami interaksi selama proses docking molekuler, sehingga menemukan potensi Jakute yang salah satunya bersifat sebagai imunomodulator, yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan pakan unggas dan sebagai alternatif pengganti AGP.
Keunggulan dari Docking molekuler antara lain untuk mengevaluasi efek dari kombinasi JAKUTE ke dalam pakan unggas sebagai imunomodulator.
Penggunaan senyawa Jakute sebagai pengganti AGP dalam pakan unggas sebagai imunomodulator memiliki keuntungan karena tidak menimbulkan residu pada daging unggas.
"Waktu saya S3 hanya meneliti untuk penggunaan jahe itu kan ada tiga jenis, paling bagus jahe merah karena mengandung minyak atsiri tinggi, ini berpengaruh signifikan terhadap kenaikan berat badan ayam, yang harusnya panen 35 hari tetapi 28 hari sudah memenuhi kelayakan berat badan. Ada percepatan yang dapat menguntungkan peternak," jelasnya.
Jahe merah, kunyit, dan temulawak merupakan jenis tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia dan memiliki beragam manfaat, seperti sifat antioksidan, antiinflamasi, dan imunomodulator.
Untuk itu, pemanfaatan Jakute sebagai additive pakan pengganti AGP dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kesehatan unggas.
Sementara itu, kelemahan dari docking molekuler seharusnya menggabungkan beberapa jenis makromolekul yang terlibat dalam proses inflamasi. Sehingga penting untuk menganalisis perbandingan antara obat antiinflamasi dan ligan kompetitor, seperti kurkumin demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin yang ditemukan dalam kombinasi Jakute.
Baca juga: Bersiap Jadi Pebisnis, Warga Binaan di LP Malang Belajar Ternak Ayam
Imunomodulator sangat penting manfaatnya zat-zat yang terkandung dalam kombinasi serbuk laos, kencur, atau jenis tanaman obat lainnya sebagai pengganti AGP untuk meningkatkan kesehatan unggas.
"Memang belum dipatenkan, rencana selanjutnya supaya bisa diberikan ke peternak. Jakute ini menjadi preventif ke penyakit seperti radang, menjadikan ketahanan hewan tinggi dan menekan mortalitas, kita berani mengatakan pengganti antibiotik," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.