Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Owner Imah Keramik Ungkap Pentingnya Hak Cipta Bagi Seniman Lokal

Kompas.com, 16 Juni 2024, 20:58 WIB
Anagatha Kilan Sashikirana,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Pada dasarnya di setiap industri bisnis perlu memerhatikan hak cipta, khususnya bagi pelaku bisnis yang memiliki ide-ide dan berhasil membuat inovasi baru. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hak untuk memperoleh perlindungan hukum atas kekayaan intelektual.

Terlebih lagi di industri yang terus bergerak menciptakan karya seni, desain, dan produk dengan ciri khas penting untuk memiliki hak cipta. Kegunaan hak cipta ini bisa melindungi hasil karya dari plagiarisme oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Dalam bisnis, hak cipta ternyata tidak hanya melindungi kepemilikan dari persaingan dalam negeri saja tetapi juga bisa digunakan secara internasional, hal ini semkin memperkuat dibutuhkannya sebuah hak cipta dalam berbisnis.

Sengitnya Persaingan Dengan Produk Luar

Pasalnya, saat ini tantangan utama para pelaku seni adalah semakin sengitnya persaingan dengan penjual dari luar negeri. Banyak dari penjual asing tersebut yang membuat karya seni dengan meniru hasil karya pengrajin lokal.

Bahkan, para penjual asing yang berani memasarkan produknya dengan harga murah. Itu sebabnya produk lokal semakin sulit bersaing padahal kebanyakan desain karya merupakan ciptaan dari seniman lokal.

Baca juga: Paneupaan Kujang Pajajaran Ungkap Tantangan Pengrajin Lokal

Tantangan dalam industri kesenian ini juga dirasakan oleh Owner dari Imah Keramik, Taurisia Y.T Wijaya atau yang akrab disapa Sisi. Sejak tahun 2009, Imah Keramik beroperasi sebagai tempat wisata edukasi mengenai keramik. Produk-produk keramiknya juga dijual dengan nama brand Bogor Lion Art.

Sisi mengaku saat ini persaingan bisnis dalam industri seni dan kerajinan justru bukan dari dalam negeri lagi tapi sudah merambah ke persaingan internasional.

"Penting sekali bagi bisnis dan pekerja seni untuk memiliki hak cipta. Karena pasar itu sekarang bukan hanya lokal di kota dan negara kita saja. Dengan adanya globalisasi dan kemajuan internet kini pasar sudah terbuka ke seluruh dunia, sangat mudah untuk meniru karya orang. Jadi perlu perlindungan atas ide kita terutama anak bangsa dan seniman lokal," ungkap Sisi kepada Kompas.com, Selasa (11/6/2024).

Susahnya Melahirkan Ide Kreatif

Sebagai seniman, Sisi juga mengetahui sulitnya untuk menemukan ide dalam membuat karya seni dan berbisnis. Butuh proses yang panjang pula untuk merealisasikan ide tersebut menjadi sebuah produk atau karya.

Tentu jika ada pihak luar yang asal meniru dan mengambil ide dari orang lain bisa sangat merugikan bagi pemiliknya.

"Ide kreatif itu lahir dengan proses yang tidak sebentar, apalagi jika ide itu masuk ke dalam industri kreatif dan dipasarkan, tentu membutuhkan perlindungan hukum," ujar Sisi.

Baca juga: 3 Tips Bisnis dari Pemilik Bisnis Keramik, Salah Satunya Jangan Mudah Menyerah

Batik keramik, Imah KeramikKompas.com - Anagatha Kilan Sashikirana Batik keramik, Imah Keramik
Itu sebabnya diperlukan hak cipta dalam berbisnis. Sehingga jika ada yang meniru maka bisa ditangani secara hukum karena ide tersebut sudah dilindungi dan memiliki kepemilikan seperti Sisi yang membuat hak cipta atas bisnisnya.

Imah Keramik dan Bogor Lion Art memiliki ciri khas produk batik keramik. Ide dan inovasi pembatikan pada keramik yang dibuatnya ini sudah memiliki hak cipta agar tidak ada pihak luar yang sembarangan menggunakannya.

"Kami buat hak ciptanya pembatikan pada keramik, karena itu memang belum ada sebelumnya dan kami bergerak di arah sana untuk mengembangkan inovasi itu. Jadi batik keramik ini merupakan ciri khas dari produk kami," jelas Sisi.

Upaya Bertahan dan Melindungi Karya

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak seniman dan pengrajin lokal yang kalah bersaing karena terbatasnya modal. Kebanyakan persaingan produk dari luar lebih unggul karena produksinya yang cepat menggunakan mesin tetapi dijual dengan harga murah.

Sementara para pengrajin lokal membuatnya secara handmade dan tentu saja membutuhkan waktu yang lebih lama.

Baca juga: Kisah Sukses Muchlis Arif Sutopo Membangun Bisnis Keramik sejak 1994

Sisi mengatakan, hak cipta ini juga sebagai upaya untuk melindungi ide dan karya seni dalam berbisnis agar mendapat perlindungan di mata hukum. Jika ada pihak luar yang ketahuan mengambil ide dan karya tersebut, maka dapat dikenakan hukuman sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Dengan adanya hak cipta ini dapat membantu para pekerja seni lokal dalam terus bergerak di industri ini.

"Mungkin kebanyakan mereka yang meng-copy ide dan karya orang adalah mereka yang punya kuasa dari segi money power. Jadi mudah bagi mereka untuk menggandakan desain sejenis dalam jumlah dan kapasitas produksi besar. Sementara para seniman lokal yang punya ide kreatif ini tidak memiliki modal sekuat perusahaan besar, jadi upaya untuk menjaganya melalui hak cipta," imbuh Sisi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau