Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama

Kompas.com, 1 Oktober 2025, 13:51 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

USAHA Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) selalu dipuji sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia. Kontribusinya mencapai 60,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap 97 persen tenaga kerja (BPS, 2024).

Namun di balik kontribusi itu, irama UMKM tampak berjalan sendiri-sendiri. Padahal, dua tahun lagi Indonesia akan menghadapi pertandingan besar berupa pasar bebas dengan Uni Eropa pada 2027.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, ketika itu, mengingatkan, tanpa strategi kolektif UMKM sulit bersaing karena “banyak yang belum terhubung dalam ekosistem terintegrasi” (KemenkopUKM, 2023).

Pertanyaannya, siapa yang akan menjadi dirigen untuk mengharmonikan orkestra UMKM Indonesia?

Fragmentasi program: Riuh tanpa irama

Saat ini, UMKM ditangani banyak aktor, tetapi masing-masing berjalan dengan cara sendiri.

Kementerian Koperasi dan UKM fokus pemberdayaan dan regulasi, Kementerian Perdagangan mengurus akses pasar, sementara Kementerian Perindustrian menekankan produksi dan standardisasi. Bank umum, BPD, dan BPR menyalurkan pembiayaan dengan syarat ketat.

Baca juga: Keracunan Massal Berulang: MBG Bukan soal Persentase

BUMN dan BUMD meluncurkan program sektoral, perusahaan swasta menyalurkan CSR lebih banyak ke filantropi, sedangkan perguruan tinggi hanya menggelar pelatihan singkat berbasis pengabdian masyarakat.

Fragmentasi ini membuat intervensi kebijakan bersifat parsial dan gagal membentuk rantai nilai kokoh (Moore, 1996).

Bank Indonesia menyoroti adanya mismatch antara kebutuhan UMKM dan instrumen perbankan yang tersedia (BI, 2023).

OJK juga menekankan perlunya sinergi lintas lembaga, karena tanpa koordinasi “UMKM sulit naik kelas, meski sudah banyak program yang dijalankan” (OJK, 2024).

Riuh dukungan yang tersebar justru menghasilkan kebisingan, bukan harmoni pembangunan.

Selain masalah koordinasi, UMKM menghadapi hambatan struktural. Banyak produk gagal menembus pasar global karena tidak memenuhi standar sertifikasi halal, tidak ada Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP), atau tidak berbasis International Organization for Standardization (ISO).

Proses sertifikasi dianggap mahal, padahal pasar halal dunia telah mencapai 2,1 triliun dollar AS (State of the Global Islamic Economy, 2022).

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan sertifikasi adalah kunci jika UMKM ingin bersaing di pasar global (Kemendag, 2023).

Biaya logistik juga menjadi beban berat. Angkanya mencapai 23 persen dari PDB, jauh di atas Malaysia (13 persen) dan Thailand (15 persen) (World Bank, 2023).

Menurut teori perdagangan internasional (Krugman & Obstfeld, 2018), efisiensi biaya dan kepastian standar adalah syarat mutlak daya saing.

Fakta bahwa hanya 4 persen dari 64 juta UMKM terhubung ke ekspor (BPS, 2024) menunjukkan betapa besarnya hambatan yang harus diatasi.

Belajar dari ASEAN: Kisah sukses UMKM

Indonesia tidak sendirian menghadapi tantangan UMKM. Negara-negara ASEAN lain telah membuktikan bahwa orkestrasi kebijakan dapat melahirkan UMKM yang kompetitif.

Vietnam, misalnya, berhasil mendorong UMKM melalui strategi export-oriented clusters yang terintegrasi dengan kebijakan investasi asing. Hasilnya, kontribusi UMKM Vietnam terhadap ekspor mencapai lebih dari 25 persen pada 2022 (UNCTAD, 2023).

Baca juga: Ketika Ekonomi Vietnam Melaju Kencang

Thailand juga menjadi contoh sukses dengan sektor One Tambon One Product (OTOP), yang mengangkat produk khas desa menjadi komoditas global melalui sertifikasi, branding, dan dukungan logistik.

Program ini meningkatkan daya saing produk lokal sekaligus memperluas pasar internasional (ADB, 2021).

Malaysia pun telah lama mengintegrasikan UMKM ke dalam ekosistem perdagangan global melalui SME Corp yang menjadi pusat koordinasi nasional. Lembaga ini memastikan bahwa pembiayaan, pelatihan, dan akses pasar berjalan selaras.

Menurut laporan Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD (2022), kebijakan terintegrasi Malaysia membantu UMKM tumbuh dengan rata-rata produktivitas lebih tinggi dibanding rata-rata ASEAN.

Kisah sukses ini menunjukkan bahwa keberhasilan UMKM bukan sekadar hasil kerja keras pelaku, melainkan buah koordinasi kebijakan yang rapi.

Indonesia punya potensi sama, asalkan mampu melahirkan dirigen yang menyatukan banyak aktor ke dalam satu irama.

Solusi bagi Indonesia tidak cukup hanya menambah kredit atau pelatihan. Diperlukan National UMKM & Export Transformation Agency sebagai dirigen orkestrasi UMKM.

Lembaga ini akan menghubungkan modal, pasar, teknologi, dan SDM sehingga intervensi tidak saling tumpang tindih.

BPD dan BPR dapat difokuskan membiayai klaster ekspor, perguruan tinggi diarahkan membangun living lab UMKM, sementara CSR perusahaan swasta maupun BUMN digerakkan untuk program jangka panjang seperti digitalisasi rantai pasok dan sertifikasi.

Baca juga: Paradoks Jokowi di Panggung Global: Antara Citra dan Realitas

Presiden Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi 6–7 persen menuju Indonesia Emas 2045, dan menegaskan bahwa “UMKM adalah pilar kedaulatan ekonomi bangsa” (Pidato Presiden, 2024).

Jika kontribusi ekspor UMKM naik dari 15 persen menjadi 25 persen, tambahan devisa bisa mencapai 30–40 miliar dollar AS per tahun (Kemenkeu, 2024).

Teori pembangunan endogen (Romer, 1990) menekankan pentingnya inovasi lokal sebagai motor pertumbuhan, dan UMKM adalah representasi nyata inovasi tersebut.

Pertanyaannya kini: apakah Indonesia siap melahirkan seorang dirigen untuk menyatukan orkestra UMKM, agar tampil gagah menghadapi panggung besar pasar bebas 2027, atau tetap membiarkan mereka riuh tanpa irama?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Terpopuler
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau