JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak pebisnis yang menjalankan bisnisnya semata-mata untuk meraup keuntungan. Namun demikian, tak banyak pelaku usaha ketika menjalankan usahanya, sekaligus menjalankan misi sosial dan lingkungan.
Barangkali, satu dari segelintir pelaku usaha yang punya visi tersebut adalah Andi Gunawan, pemilik usaha perlengkapan outdoor dengan merek Shelter Prau Outdoor.
Andi yang tinggal di Desa Pagersari, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah telah memproduksi perlengkapan outdoor, utamanya tas gunung. Produk buatannya tak hanya dijual di pasar lokal dan nasional, melainkan juga diekspor.
Baca juga: Bulu Mata asal Purworejo Bisa Ekspor ke 20 Negara, Ini Tips Suksesnya
"Bahkan (produk sudah dijual) sampai luar negeri. Beberapa kali mengirim ke Polandia, Malaysia, dan Hongkong," kata dia Selasa (21/6/2022).
Sembari berbisnis perlengkapan outdoor, Andi selalu mengampanyekan pentingnya kelestarian alam dengan tagline wisely adventure atau berpetualang secara bijak.
Bahkan, sebagian penjualan yang dia peroleh disihkan untuk konservasi di kawasan Gunung Prau, yang berada di perbatasan empat kabupaten, yakni empat kabupaten yaitu Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo.
Perjalanan Andi hingga berhasil memproduksi perlengkapan outdoor tidaklah mudah. Berbagai proses telah dilalui, hingga akhirnya dia menambatkan diri di bidang usaha ini seiring dengan passion-nya dia terhadap alam.
Sebelum menjalankan usaha sekarang, Andi dengan berbekal ijazah dengan keahlian elektronika arus ringan, saya melamar kerja di sebuah homestay di pusat Kota Yogyakarta sebagai teknisi kelistrikan.
Hanya bertahan dua bulan, dia mencoba di bidang lain yang lebih sesuai. Dia kemudian diterima di sebuah distributor asesoris ponsel. Awalnya sebagai tenaga gudang, lalu pindah ke sales.
Di tempat kerjanya itu, Andi sempat ikut pelatihan teknisi ponsel. Lagi-lagi, dia memutuskan untuk keluar dari pekerjaan berencana membuka usaha di rumah.
Keterampilan yang dia peroleh dari pelatihan di Yogyakarta dia bawa ke rumah. Di desanya, Andi memberanikan diri membuka konter handphone (HP) sekaligus servis. Dia menjalankan usaha tersebut bekerja sama dengan temannya.
Namun seiring dengan berkembangnya teknologi, ponsel yang diservis juga semakin canggih. Karenanya, bisnis servis HP membutuhkan alat-alat yang tidak murah. Andi pun tak mampu untuk membeli perlengkapan servis, hingga membuat usaha yang dijalankan stagnan.
"Saya membiarkan usaha apa adanya, hampir tanpa semangat apalagi waktu itu banyak bermunculan konter-konter baru yang juga bermain harga," jelas dia.
Di sela-sela aktivitas menjalankan usaha konter HP, Andi sering meluangkan waktu untuk naik gunung dan keluar-masuk hutan. Hobi tersebut sudah dilakukan sejak kecil.
Untuk keperluan pendakian, Andi menjahit sendiri. Mulai tenda, sleeping bag, sarung tangan, celana, gaiter, serta tas. Hingga pada suatu hari, Andi mendengar sebuah doa terucap dari orang tuanya.