PURWOREJO, KOMPAS.com - Umbi surinama tentunya masih sangat asing bagi sejumlah masyarakat, terutama kaum milenial. Umbi sejenis talas ini pada zaman dahulu digunakan sebagai makanan pokok pengganti beras saat paceklik alias kekurangan pangan.
Namun seiring berjalannya waktu, umbi ini tak pernah diolah lagi. Bahkan olahan dari umbi ini bisa dibilang sudah hampir punah.
Melihat hal itu, warga bersama pemerintah Desa Gunung Wangi, Kecamatan Kaligesing mencoba kembali menghidupkan makanan olahan dari umbi surinama yang kebetulan tanamannya juga banyak tumbuh di desa tersebut.
Berangkat dari keprihatinan karena punahnya makanan olahan dari umbi tersebut, pihak desa berinisiatif untuk membuat berbagai macam makanan olahan dari umbi surinama.
Bahkan, umbi surinama ini disulap oleh warga Gunung Wangi menjadi berbagai macam produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang punya nilai ekonomi. Saat ini, produk olahan dari umbi Surinama digadang-gadang akan menjadi salah satu potensi daya tarik wisata kuliner di desa tersebut.
Salah satu warga Gunung Wangi yang memproduksi olahan umbi Surinama adalah Sri Lestari (39). Dirinya bersama warga lain dibantu pemerintah desa setempat memang tengah merintis produk olahan umbi Surinama agar kembali populer di kalangan masyarakat.
Produk olahan dari umbi ini diantaranya adalah stik, bola-bola Surinama, bubur candil, timus, gethuk, dan yang lainnya. Produk yang dikemas sedemikian rupa ini baru mulai dipasarkan di lingkup Kabupaten Purworejo dan disajikan pada saat ada pelaku wisata yang berkunjung.
"Kita baru mulai merintis, baru satu tahun ini. Surinama yang dulunya adalah bahan pangan pengganti ketika kelangkaan beras Ini hampir punah makanya kita angkat kembali," kata Sri saat ditemui pada Rabu (28/9/2022).
Produk-produk UMKM berbahan dasar surinama ini, menurut Sri belum terlalu populer lantaran baru saja mulai dipasarkan. Untuk keuntungan pun juga belum terlalu banyak.
Ia berharap produk UMKM dari olahan surinama ini bisa untuk inovasi kuliner hingga untuk ketahanan pangan. Ke depan, dirinya juga berharap olahan umbi Surinama ini bisa populer dan dinikmati masyarakat luas.
Olahan umbi surinama ini dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp5.000 hingga Rp15.000. Dalam sebulan, Sri mengaku bisa mendapatkan keuntungan bersih hingga Rp1 juta saat pesanan produknya tengah ramai.
"Pemasarannya masih di Kabupaten Purworejo saja karena kita kan benar-benar masih baru, kedepan kita juga akan merambah pasar online agar produk kita bisa terjual luas di masyarakat," ujar Sri.
Kepala Desa Gunung Wangi, Priyo Priyo Dwi Prayitno saat ditemui di desa setempat mengatakan umbi Surinama ini memang banyak tumbuh subur di Desa Gunung Wangi. Tanaman dari umbi ini sekilas sabgat mirip dengan talas, namun sedikit lebih tinggi.
"Umbi ini seperti talas, tapi umbinya warna kuning. Tanamannya bisa tinggi," kata Priyo.
Potensi UMKM desa Gunung Wangi digabungkan dengan potensi wisata yang ada di desa tersebut ternyata juga dilirik oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dinporapar) Purworejo.
Hal itu terbukti Gunung Wangi ini juga tengah ditetapkan menjadi sebuah desa wisata yang mempunyai produk UMKM yang mendukung untuk para wisatawan.
Kabid Kabid Pemasaran Pariwisata, Sumber Daya Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif, Endah Hana Rosanti mengatakan Gunung Wangi ini menawarkan beberapa jenis wisata mulai dari religi, alam, kuliner, hingga edukasi.
"Untuk potensi di Gunung Wangi sangat banyak, kita punya wisata religi, alam dan kuliner, yang akan kami kembangkan adalah kulinernya. Kami punya potensi pada tanaman umbi Surinama, selama ini belum pernah diolah dalam bentuk sajian, kebetulan di sini juga banyak tanaman Surinama," kata Endah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.