JAKARTA, KOMPAS.com - Tren social commerce masih banyak digunakan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Social commerce sendiri memanfaatkan media sosial untuk berjualan.
Beberapa platform media sosial yang menyediakan social commerce seperti Tiktok, Facebook, dan Instagram. Dalam social commerce, hubungan antara penjual dan konsumen lebih dekat tanpa harus berpindah platform untuk melakukan transaksi jual beli.
Kini, ada tren pemasaran yang berkembang yakni community commerce. Apa itu community commerce?
Incubation Lead TikTok Shop Indonesia, Vonny Ernita Susamto mengatakan, community commerce merupakan sesuatu istilah yang baru dan belum banyak didengar. Vonny menyebutkan, community commerce adalah bagian dari social commerce.
"Community Commerce, sebuah jenis social commerce yang didorong oleh kreator yang melakukan pemasaran dari mulut ke mulut atau word of mouth," ujar Vonny dalam temu media beberapa waktu lalu.
Vonny mengatakan, platform Tiktok adalah media sosial yang menerapkan community commerce. Vonny menambahkan, para pelaku community commerce biasanya menggabungkan konsep penjualan dengan entertainment.
"TikTok ada di persimpangan antara commerce, konten yang menghibur, dan komunitas, di mana sebuah konten organik bisa menjadi trending secara cepat, dan menciptakan permintaan secara global," kata Vonny.
Dalam community commerce, pelaku UMKM tak selalu mengutamakan konten produk yang langsung bisa dijual. Pelaku UMKM bisa membuat konten-konten menarik, interaktif, dan edukatif untuk menarik calon pembeli di media sosial.
Setelah mendapatkan followers, pelaku UMKM bisa menyelipkan konten-konten untuk berjualan. Dengan begitu, media sosial tak langsung digunakan secara hard selling.
Head of Small Business TikTok Indonesia, Pandu Nitiseputro mengatakan, konten yang autentik dan menghibur adalah kunci untuk menarik interaksi dan partisipasi dalam community commerce. Menurutnya, interaksi antar brand, kreator, dan komunitas inilah yang akhirnya mendorong keputusan konsumen untuk berbelanja.
"Untuk membantu pelaku bisnis, termasuk UMKM menerapkan hal tersebut, kami selalu berupaya untuk menyediakan berbagai fitur serta solusi bisnis yang berlandaskan konsep Shoppertainment. Melalui konsep ini, kami terus mendorong para merchants untuk menciptakan unsur hiburan terlebih dahulu atau entertainment first, hingga kemudian komunitas TikTok tertarik untuk membeli produk tersebut (commerce later)," ungkap Pandu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.