Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ketut Dian Sugiantari, Bisnis Produk Herbal sampai Ekspor ke Australia dan Taiwan

Kompas.com - 18/02/2024, 20:12 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

GIANYAR, KOMPAS.com - Pengusaha muda Bali, Ketut Dian Sugiantari (32) mengangkat potensi rempah-rempah di Nusantara menjadi produk perawatan kecantikan alami sekaligus untuk memberdayakan petani lokal.

"Saya mengembangkan usaha ini untuk membantu petani rempah-rempah karena Indonesia kaya sumber daya alam. Kami memanfaatkannya untuk bisa menjadi produk unggul," kata Sugiantari yang karib dipanggil Intari di Kabupaten Gianyar, Bali, Minggu seperti dilansir dari Antara.

Intari menyampaikan hal tersebut saat menerima kunjungan reses Anggota Dewan Perwakilan Daerah Dapil Bali Made Mangku Pastika yang mengadakan kegiatan reses bertajuk Upaya Meningkatkan Daya Saing Pelaku UMKM Herbal.

"Mudah-mudahan usaha yang saya rintis sejak 2018 ini bisa semakin maju dan membuka lapangan kerja lebih luas lagi," ucapnya ditemui di sentra produksinya di kawasan Desa Celuk, Gianyar ini.

Baca juga: Usaha Obat Herbal, Ini Peluang dan Strategi Bisnisnya

Intari memberi brand produknya dengan nama Nenek Moyang69. Produk yang dihasilkan berupa lulur dan masker untuk kulit serta wajah dengan menggunakan bahan rempah-rempah dan berbagai jenis daun berkhasiat obat seperti kunyit, kencur, kemiri, daun salam, seledri, kacang hijau, daun kelor, daun pegagan, daun liligundi serta beras merah.

Menurut dia, kebutuhan rempah-rempah dan dedaunan untuk memproduksi masker dan lulur cukup tinggi. Rata-rata kebutuhan per bulan untuk kencur (1,5 ton), kemiri (1,2 ton), sedangkan untuk daun pegagan, daun seledri, daun liligundi mencapai 3 ton.

"Untuk kencur dan kemiri, kami bahkan sampai mendatangkan dari petani di Flores karena kapasitas produksi dari petani Bali belum mencukupi. Sedangkan kunyit dan dedaunan masih mencukupi dari petani di Bali," kata Intari yang mengawali bisnisnya di usaha jasa konstruksi itu.

Produk masker herbal Nenek Moyang69 yang sudah dikemas dan siap diedarkan. ANTARA/Ni Luh Rhismawati Produk masker herbal Nenek Moyang69 yang sudah dikemas dan siap diedarkan.

Intari menuturkan, dia mulai menekuni UMKM herbal Nenek Moyang69 setelah sempat mendapatkan tender untuk salah satu brand produk minyak herbal ternama di Bali pada 2017.

"Dari itu, memacu saya untuk mengembangkan produk herbal. Sedangkan racikannya berbekal resep yang diberikan dari nenek, yang kemudian saya kembangkan. Apalagi lulur atau di Bali yang dikenal dengan nama boreh memang berasal dari para leluhur kita," ucap Intari.

Baca juga: Kisah Heni Wijiastuti, Raup Cuan dari Hutan Kalimantan jadi Produk Herbal

Berbagai produk perawatan kulit badan dan wajah hingga mengatasi pegal-pegal yang dihasilkan sudah mengantongi sertifikat Halal dan terdaftar di BPOM.

"Untuk pemasarannya, kami memiliki distributor, agen dan reseller (pengecer) di berbagai daerah di Indonesia. Selain itu dalam skala kecil sudah mulai ekspor untuk spa-spa di Australia dan Taiwan," katanya.

Intari berharap ada artis yang bisa menjadi "influencer" untuk produknya, di tengah permintaan pasar yang naik turun. "Jika permintaan bisa meningkat, mudah-mudahan semakin banyak bahan baku yang bisa dibeli dari petani kita," ujarnya.

Anggota DPD Made Mangku Pastika berfoto bersama tim dan pemilik usaha Nenek Moyang69 Ketut Dian Sugiantari di Gianyar, Minggu (18/2/2024). ANTARA/Ni Luh Rhismawati Anggota DPD Made Mangku Pastika berfoto bersama tim dan pemilik usaha Nenek Moyang69 Ketut Dian Sugiantari di Gianyar, Minggu (18/2/2024).

Sementara itu, anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mengapresiasi bisnis yang dilakoni oleh Intari itu sejalan dengan tren gaya hidup sehat dunia "back to nature" atau kembali ke alam.

"Kita tentu harus menyambut tren 'back to nature' karena manusia itu ingin hidupnya sehat, ingin lebih alamiah sehingga lama kelamaan perawatan tubuh dengan bahan kimia tentu akan ditinggalkan," ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.

Baca juga: Kisah Sukses Khalid, Bisnis Produk Herbal Bermodal Uang Pesangon PHK

Selain itu, usaha Nenek Moyang69 juga telah memanfaatkan kekayaan alam. "Kita bersyukur sekali Indonesia itu kaya alamnya, tanahnya, dan udaranya. Itu rahmat Tuhan yang di sini dimanfaatkan dengan baik," kata Pastika.

Menurut Pastika, yang tidak kalah penting, pelaku UMKM herbal ini sudah mulai bergerak dari hulu ke hilir, yakni mulai dari memanfaatkan lahan, memanfaatkan tanaman, memberdayakan petani dan memanfaatkan teknologi serta proses produksi sudah mengikuti kaidah kesehatan.

Tak hanya menghidupi petani di Bali, bahkan sampai petani di Flores karena kencur dan kemiri didatangkan dari sana. Di samping itu juga mampu menyerap tenaga kerja dan hasilnya untuk mendukung industri kebugaran yang memang sedang berkembang.

"Para petani daripada lahannya kosong, 'kan lebih baik ditanami daun liligundi, daun salam dan sebagainya. Itu saya kira tidak sulit karena banyak sekali lahan menganggur dan lahan kritis yang bisa dimanfaatkan para petani kita," kata Pastika.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau