Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaatkan Potensi Ekonomi Digital Rp5.400 Triliun, Mahasiswa Diajak Jadi Wirausaha

Kompas.com - 07/06/2022, 07:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

Anggota Komisi VI DPR RI Siti Mukaromah yang juga hadir, mengapresiasi program peningkatan kewirausahaan dari lingkungan kampus yang terus digulirkan KemenKopUKM.

"Ini program kongkrit yang harus didukung," ucap Mukaromah.

Mukaromah pun menyebutkan bahwa pihaknya akan mengawal jalannya program kewirausahaan, terutama dalam hal dukungan anggarannya.

"Kita akan mengawal ketersediaan anggaran bagi program yang kongkrit untuk masyarakat. Tentunya, dengan melihat kondisi keuangan negara," kata Mukaromah.

Sementara itu, Rektor UMP Jebul Suroso menekankan bahwa UMP merupakan Rumah UMKM, yang memiliki kurikulum dan mata kuliah kewirausahaan dengan tujuan meningkatkan jiwa enterpreneur di kalangan mahasiswa.

"Kita akan mengubah pola pikir mahasiswa, ketika lulus kelak mampu menjadi pencipta lapangan kerja, bukan pencari kerja," kata Jebul.

Menurut Jebul, kegiatan ECP juga sebagai kegiatan untuk mengaplikasikan mata kuliah kewirausahaan yang telah diikuti mahasiswanya. Mahasiswa FEB UMP harus mampu membaca pasar.

"Lebih dari itu, selain dapat meningkatkan kreativitas pelaku usaha yang lebih pandai membaca pasar, juga agar tidak mudah putus asa," kata Jebul.

Dalam kesempatan yang sama, beberapa enterpreneur muda yang sudah sukses di bidangnya memberikan testimoni dan motivasi. Andika Eka Putra, misalnya. Lulusan FEB UMP tahun 2015 ini, tercatat sukses dengan melambungkan merek Nggone Kayu.

Andika memproduksi segala macam furnitur dari bahan limbah pallet peti kemas kayu jati Belanda, menjadi produk yang memiliki nilai tinggi.

"Saya sudah lima tahun menekuni bisnis ini," kata Andika.

Meski begitu, Andika mengaku kesuksesan yang diraihnya bermula dari banyaknya kegagalan. Pertama kali berbisnis, Andika jualan es puter memakai gerobak di tengah kesibukan menyelesaikan skripsi.

Setelah itu, Andika beralih berjualan daster batik dengan pangsa pasar komunitas ibu-ibu arisan. Kemudian, usaha cuci steam motor pun dilakoninya.

"Saya menganggap kegagalan ini bukan sebagai kegagalan. Tapi, sebuah pelajaran berharga agar menjadi lebih kuat dan tangguh," kata Andika.

Dengan memanfaatkan sosial media dan promosi dari mulut ke mulut, bisnis Nggone Kayu milik Andika mampu mendulang omzet tak kurang dari Rp100 juta perbulan. Pangsa pasarnya pun sudah meluas ke kancah nasional.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com