Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulu Mata asal Purworejo Bisa Ekspor ke 20 Negara, Ini Tips Suksesnya

Kompas.com - 21/06/2022, 17:20 WIB
Bayu Apriliano,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

PURWOREJO, KOMPAS.com - Industri bulu mata di Purworejo berhasil menembus pasar global. Industri kecil yang baru berjalan satu tahun ini mampu mengekspor hingga satu juta buah bulu mata keluar negeri.

Dewi Ekha Harlasyanti, CEO PT Diva Prima Cemerlang yang memproduksi buku mata tersebut mengungkapkan industri bulu mata yang diproduksinya di Desa Popongan setahun terakhir terus berkembang. Bahkan, sampai saat ini produknya 100 persen telah diekspor.

Dengan kapasitas produksi per bulan mencapai satu juta buah, jangkauan pemasarannya sudah menembus lebih dari 20 negara di empat benua.

“Ekspor itu mudah. Tidak selalu butuh modal besar dan prosedurnya juga tidak terlalu rumit. Karena banyak sekali mindset masyarakat bahwa ekspor itu sulit, padahal kenyataannya tidak,” kata Dewi saat acara Kick Off Desa Ekspor yang berlangsung di kawasan Pasar Umpet Desa Popongan Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo baru-baru ini.

Acara Desa Ekspor digelar oleh Desa Sejahtera Astra (DSA) Popongan sebagai binaan PT Astra International Tbk, bersama Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi (Kemendesa), dan Kementerian Perdagangan. 

Kick Off Desa Ekspor ditandai dengan pemukulan gong oleh Samsul Widodo, Staf Ahli Menteri Kemendesa. Dalam kesempatan itu, Samsul Widodo menyatakan apresiasinya terhadap upaya PT Diva Prima Cemerlang sebagai salah satu binaan DSA yang telah menginisiasi Kick Off Desa Ekspor.

Menurutnya, langkah tersebut sejalan dengan program Kemendesa untuk mendorong desa-desa mampu melakukan ekspor.

“Hal ini kita lakukan, Karena sudah banyak anak-anak desa yang melek secara digital dan bisa menembus pasar melalui media sosial,” kata Dewi.

Melalui gerakan itu, Kemendesa mendorong agar sentra-sentra komoditas desa dapat memberi edukasi kepada anak-anak mudanya. Hal itu agar anak-anak desa tidak perlu mencari pekerjaan atau bermigrasi ke kota.

“Jadi mereka tidak harus pergi ke kota. Faktanya sudah banyak yang jalan,” ungkap Dewi.

Ia menyebut, hampir seluruh desa di Purworejo memiliki komoditi yang layak jual dan berpotensi besar ekspor. Workshop dan kick off memiliki konsep untuk membantu para pelaku UMKM agar dapat naik kelas hingga menjadi eksportir.

Dengan kegiatan ini juga para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) di Kabupaten Purworejo dipacu untuk naik kelas sehingga mampu menembus pasar global.

Kendati baru bergerak dalam produksi skala kecil, mereka diminta tidak takut melakukan ekspor mengingat saat ini banyak kemudahan fasilitasi dari pemerintah yang dapat diakses.

Program Manager Astra Indonesia Kreatif dan DSA, Maikel, menyebut, Kick Off Desa Ekspor dirangkai dengan Workshop bertajuk “Strategi Pengingkatan Daya Saing Produk UMKM-Bumdes dalam Akselerasi Ekspor Menembus Market Global” selama dua hari yakni Sabtu-Minggu (18-19/6/2022).

Workshop diikuti oleh puluhan pelaku UMKM, Bumdes, dan kalangan umum dari Purworejo dan sejumlah kota besar di Indonesia. Beberapa di antaranya yakni Yogjakarta, Jakarta, Surabaya, Makassar.

“Workshop dan kick off ini menjadi ajang sharing, terutama dari 930 DSA, termasuk DSA Purworejo yang sudah berhasil melakukan ekspor produk bulu mata,” sebutnya.

Founder UMKM Mendunia, Iko Sukma Handri Adianto, yang hadir sebagai narasumber menilai, Purworejo memiliki luar biasa karena berdekatan dengan Bandara Internasional Yogyakarta. Menurut Dewi, peluang itu harus ditangkap mengingat pasar ekspor juga semakin terbuka.

Kepada peserta workshop, pihaknya juga memberikan metode bagi pemula, yakni ekspor mudah berbasis digital teknologi dan logistik. Berawal dari personal eksportir, berkembang menjadi corporate eksportir.

“Yang paling penting bagaimana kita bisa mengglobalkan produk di desa. Tidak sekadar desa ekspor, melainkan juga desa eksportir,” papar Iko.

Terkait pajak ekspor, pihaknya menegaskan agar pelaku UMKM tak khawatir mengingat minim sekali dan hanya beberapa komoditi yang dikenakan pajak.

“Jadi, tidak perlu takut ekspor. Kita mulai dari yag kecil-kecil dulu. Mulai dari perorangan, Bumdes, KUD desa, itu bisa semuanya. Dan kita arahkan jadi pemain. Tidak hanya suplier, tapi betul-betul pelaku dengan badan hukum dan produk yang jelas,” tandas Iko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau