Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nivi Dayanti, Berhenti Kerja dari Resepsionis Kafe karena Pandemi, Kini jadi Pengusaha Sate Taichan 4 Cabang

Kompas.com - 28/06/2022, 07:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 bagi Nivi Dayanti (27) menjadi titik balik hidupnya. Nivi yang dulunya bekerja sebagai karyawan di sebuah kafe, kini berhasil menjadi pengusaha sate taichan dengan empat cabang. Nivi pun kini fokus mengembangkan bisnis kuliner dengan merek “Taichan RRK” bermodalkan Rp5 juta.

“Aku dulu kerjanya guest relation officer di sebuah kafe atau bisa dibilang resepsionis kafe. Dulu berhenti kerja karena gaji yang dipotong karena pandemi Covid-19,” ujar Nivi saat ditemui di warung sate taichan miliknya di kawasan Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Senin (27/6/2022) malam.

Saat itu bisnis di tempat kerja Nivi sempat berantakan. Telah bekerja lima tahun sebagai resepsionis kafe, ia pun merasakan pahitnya gaji bulanan yang dipotong dan harus dicicil. Ia pun memutuskan untuk berhenti bekerja di akhir awal tahun 2020.

Keteguhannya untuk menjadi pengusaha semakin kuat setelah melihat usaha sate taichan adiknya yang tak terurus. Nivi kemudian bersama dua temannya melanjutkan usaha sate Taichan RKK. Usahanya mulai berjalan di awal pandemi Covid-19.

“Mulai rintis sate taichan itu di tahun November 2019. Saat itu, masih diurus sama ade. Baru diambil alih itu awal-awal bulan Februari 2020,” tambah Nivi yang masih berstatus mahasiswa swasta di jurusan jurnalistik di sebuah kampus swasta di Jakarta.

Sate taichan usaha milik Nivi Dayanti (27) di warungnya di kawasan Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Selasa (27/6/2022) malam.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Sate taichan usaha milik Nivi Dayanti (27) di warungnya di kawasan Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Selasa (27/6/2022) malam.

Pilihan berbisnis dilatari karena Nivi merasa lelah bekerja sebagai karyawan. Ia ingin memiliki penghasilan dan tetap bisa bergaul dengan teman-temannya. Selain itu, Nivi pun berani meneruskan usaha sate taichan lantaran ia gemar menyantap kuliner berbahan daging ayam tersebut.

“Enak usaha sendiri. Bisa megang uang setiap hari. Enggak ada tanggal tua, tanggal muda. Abis kerja ngecek-ngecek kan bisa nongkrong. Kalau dulu kan kerja terus,” lanjut Nivi.

“Aku ambil alih semua di awal PSBB. Ini bertiga usaha. Aku yang tanggung jawab buat operasional. Dua temen tanggung masak sama belanja,” tambah Nivi.

Keberanian Nivi membuka usaha sate taichan pun tak berjalan mulus. Ketakutan untuk memulai usaha pun menghampirinya. Dia pun sempat diremehkan lantaran membuka usaha di kondisi perkuliahannya belum selesai.

“Awalnya takut mau usaha karena masih suka nongkrong, tapi saya pikir mau sampai kapan kerja ngikut orang terus, dicoba-coba ternyata enak buka usaha. Ya sekalian buka usaha,” kata Nivi.

“Saya suka taican juga sekali makan bisa 70 tusuk. Karena suka taican juga, lihat adek jualan, makanya jualan,” lanjut Nivi.

Semangat Berjualan di Tengah Pandemi Covid-19

Pengusaha Sate Taichan RRK, Nivi Dayanti (27) melayani pesanan sate taichan di warungnya di kawasan Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Selasa (27/6/2022) malam.KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO Pengusaha Sate Taichan RRK, Nivi Dayanti (27) melayani pesanan sate taichan di warungnya di kawasan Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Selasa (27/6/2022) malam.
Di masa pandemi Covid-19, banyak usaha yang hancur. Namun, bisnis sate taichan yang dijalankan Nivi bisa ramai berkat promosi lewat sosial media dan teman-temannya. Ia pun bersyukur di masa pandemi Covid-19 bisa berjalan meski hanya bisa delivery.

“Di awal-awal usaha sampai nganter ke daerah ke Cengkareng, anter-anter ke kafe-kafe. Kebetulan teman-teman yang bareng aku usaha itu orang-orang Food and Beverage. Awalnya itu customer dari circle pertemanan lalu promo ke media sosial,” kata Nivi.

Bisnis sate taichan Nivi bersama teman-temannya terus berjalan. Nivi merasa senang di saat stok satenya terus habis. Dia pun menggunakan pemasaran melalui media sosial dan mulut ke mulut.

“Di saat sate habis terus, aku merasa senang dan semangat berusaha. Setelah kelola satu cabang, enakan usaha dibanding kerja,” kata Nivi.

Warung sate taichan pertamanya di Tanah Kusir pun bisa beromset Rp15 juta per bulan. Pesanannya pun bisa sampai ke luar Jakarta Selatan bahkan keluar daerah. Namun, Nivi mengaku masih belum bisa mengirimkan sate taichan olahannya keluar daerah.

“Empat cabang sate taichan omsetnya Rp35-Rp40 juta sebulan. Sekarang beda-beda tipis penghasilannya sama kerja ikut orang. Enaknya sekarang bisa kerja sambil ketemu temen yang jarang bisa ditemuin,” lanjut Nivi.

Membuka cabang

Pada Mei 2022, usaha Taichan RKK pun melebarkan sayap. Ada tiga cabang yang dibuka yaitu di Arteri Pondok Indah, Apartemen City Park Cengkareng, dan Rempoa (Bintaro).

“Di bulan Mei 2022, sudah semua saya yang handle operasionalnya. Rekan-rekan saat ini tinggal terima untung,” kata Nivi.

Kini, tawaran untuk membuka franchise menghampiri Nivi. Ada empat hingga lima orang yang ingin bergabung untuk membuka warung sate dengan merek “Taichan RKK”. Tawaran lokasi untuk membuka warung sate ada di Jalan Pangeran Antasari, Puri Beta Ciledug, dan Bintaro.

“Sekitar 4-5 orang yang mau join tapi masih dipikir-pikir,” kata Nivi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Terkini Lainnya
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Dapat Bantuan Alat Modern, Perajin Patung dan Miniatur di Kota Malang Kebanjiran Pesanan
Program
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
LPDB Salurkan Pembiayaan ke KDKMP Sidomulyo Jember untuk Dukung Ekspor Kopi
Program
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Kisah Para Penjual Makanan di Kawasan Industri Nikel Weda, Sehari Bisa Raup Omzet Rp 10 Juta
Jagoan Lokal
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Penyaluran Kredit di 7 Wilayah Jatim Tumbuh 8,41 Persen, Malang Raya Didominasi Pelaku UMKM
Training
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Kementerian UMKM Fasilitasi Legalitas dan Pembiayaan kepada 1.000 Usaha Mikro di NTT
Program
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Pertamina Boyong 45 UMKM Binaan ke Trade Expo Indonesia 2025
Program
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Penjualan Stagnan, Puluhan UMKM di Kota Malang Dibekali Jurus Pemasaran Digital
Training
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Tanpa Dirigen, Orkestra UMKM Hanya Riuh Tanpa Irama
Program
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Pedagang Mengeluh Soal QRIS, Diskopindag Kota Malang Akui Tak Bisa Paksa
Program
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Indonesia Eximbank Luncurkan Buku Strategi Ekspor Jawa Tengah
Program
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Produk Sambel Uleg Hingga Pot Tanaman dari Jawa Timur Tembus Pasar Global
Program
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
BRI Rampungkan Pelatihan bagi Pengelola 100 Desa BRILiaN
Program
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
BRI Peduli Bantu UMKM Raih Sertifikasi Halal
Program
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan RI, Perajin Lampion di Kota Malang Kebanjiran Order
Jagoan Lokal
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Indonesia Eximbank Salurkan Fasilitas Pembiayaan dan Penjaminan Ekspor ke Petro Oxo
Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau