JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 bagi Nivi Dayanti (27) menjadi titik balik hidupnya. Nivi yang dulunya bekerja sebagai karyawan di sebuah kafe, kini berhasil menjadi pengusaha sate taichan dengan empat cabang. Nivi pun kini fokus mengembangkan bisnis kuliner dengan merek “Taichan RRK” bermodalkan Rp5 juta.
“Aku dulu kerjanya guest relation officer di sebuah kafe atau bisa dibilang resepsionis kafe. Dulu berhenti kerja karena gaji yang dipotong karena pandemi Covid-19,” ujar Nivi saat ditemui di warung sate taichan miliknya di kawasan Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada Senin (27/6/2022) malam.
Saat itu bisnis di tempat kerja Nivi sempat berantakan. Telah bekerja lima tahun sebagai resepsionis kafe, ia pun merasakan pahitnya gaji bulanan yang dipotong dan harus dicicil. Ia pun memutuskan untuk berhenti bekerja di akhir awal tahun 2020.
Keteguhannya untuk menjadi pengusaha semakin kuat setelah melihat usaha sate taichan adiknya yang tak terurus. Nivi kemudian bersama dua temannya melanjutkan usaha sate Taichan RKK. Usahanya mulai berjalan di awal pandemi Covid-19.
“Mulai rintis sate taichan itu di tahun November 2019. Saat itu, masih diurus sama ade. Baru diambil alih itu awal-awal bulan Februari 2020,” tambah Nivi yang masih berstatus mahasiswa swasta di jurusan jurnalistik di sebuah kampus swasta di Jakarta.
“Enak usaha sendiri. Bisa megang uang setiap hari. Enggak ada tanggal tua, tanggal muda. Abis kerja ngecek-ngecek kan bisa nongkrong. Kalau dulu kan kerja terus,” lanjut Nivi.
“Aku ambil alih semua di awal PSBB. Ini bertiga usaha. Aku yang tanggung jawab buat operasional. Dua temen tanggung masak sama belanja,” tambah Nivi.
Keberanian Nivi membuka usaha sate taichan pun tak berjalan mulus. Ketakutan untuk memulai usaha pun menghampirinya. Dia pun sempat diremehkan lantaran membuka usaha di kondisi perkuliahannya belum selesai.
“Awalnya takut mau usaha karena masih suka nongkrong, tapi saya pikir mau sampai kapan kerja ngikut orang terus, dicoba-coba ternyata enak buka usaha. Ya sekalian buka usaha,” kata Nivi.
“Saya suka taican juga sekali makan bisa 70 tusuk. Karena suka taican juga, lihat adek jualan, makanya jualan,” lanjut Nivi.
“Di awal-awal usaha sampai nganter ke daerah ke Cengkareng, anter-anter ke kafe-kafe. Kebetulan teman-teman yang bareng aku usaha itu orang-orang Food and Beverage. Awalnya itu customer dari circle pertemanan lalu promo ke media sosial,” kata Nivi.
Bisnis sate taichan Nivi bersama teman-temannya terus berjalan. Nivi merasa senang di saat stok satenya terus habis. Dia pun menggunakan pemasaran melalui media sosial dan mulut ke mulut.
“Di saat sate habis terus, aku merasa senang dan semangat berusaha. Setelah kelola satu cabang, enakan usaha dibanding kerja,” kata Nivi.
Warung sate taichan pertamanya di Tanah Kusir pun bisa beromset Rp15 juta per bulan. Pesanannya pun bisa sampai ke luar Jakarta Selatan bahkan keluar daerah. Namun, Nivi mengaku masih belum bisa mengirimkan sate taichan olahannya keluar daerah.
“Empat cabang sate taichan omsetnya Rp35-Rp40 juta sebulan. Sekarang beda-beda tipis penghasilannya sama kerja ikut orang. Enaknya sekarang bisa kerja sambil ketemu temen yang jarang bisa ditemuin,” lanjut Nivi.
Pada Mei 2022, usaha Taichan RKK pun melebarkan sayap. Ada tiga cabang yang dibuka yaitu di Arteri Pondok Indah, Apartemen City Park Cengkareng, dan Rempoa (Bintaro).
“Di bulan Mei 2022, sudah semua saya yang handle operasionalnya. Rekan-rekan saat ini tinggal terima untung,” kata Nivi.
Kini, tawaran untuk membuka franchise menghampiri Nivi. Ada empat hingga lima orang yang ingin bergabung untuk membuka warung sate dengan merek “Taichan RKK”. Tawaran lokasi untuk membuka warung sate ada di Jalan Pangeran Antasari, Puri Beta Ciledug, dan Bintaro.
“Sekitar 4-5 orang yang mau join tapi masih dipikir-pikir,” kata Nivi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.