KOMPAS.com - Dalam dunia usaha, utang merupakan hal lumrah. Utang untuk modal usaha, modal kerja, ekspansi atau pengembangan usaha, sampai memulihkan stabilitas keuangan bisnis karena sempat mengalami krisis.
Utang untuk sesuatu yang produktif memang dibenarkan. Toh, kamu bisa membayar cicilannya dari keuntungan yang diperoleh dalam setiap kegiatan bisnis.
Tetapi ingat, utang adalah beban keuangan. Wajib dibayar hingga lunas dalam kondisi apapun, termasuk saat ekonomi sedang sulit seperti sekarang ini. Jika tidak, bisnis dan harta bendamu bisa jadi taruhannya.
Bagaimana cara membayar utang yang mudah bagi pelaku bisnis kecil? Ini tipsnya, seperti dikutip dari Cermati.com.
Jika kamu memiliki lebih dari satu utang, buat rincian daftar utang agar kamu dapat menentukan skala prioritas dalam pembayarannya. Mulai dari jenis utang, jumlah, tenor, dan cicilan per bulan.
Misalnya, utang ke supplier sebesar Rp 10 juta tenor enam bulan tanpa bunga dan fintech lending Rp 5 juta dengan jangka waktu tiga bulan dan bunga 0,4 persen per hari atau 12 persen per bulan.
Cicilan utang per bulan ke supplier sebesar Rp 1.667.000 dan fintech lending Rp 1.867.000 (cicilan pokok ditambah bunga per bulan).
Apabila penjualan sedang lesu, omzet jauh dari target, utang tidak boleh diabaikan. Dalam hal ini, kamu bisa mendahulukan pembayaran utang dengan bunga tinggi sebagai prioritas utama.
Apalagi jika pihak kreditur mengenakan denda keterlambatan bila telat membayar. Besaran utang yang harus dibayar akan menggulung. Jadi, merujuk contoh di atas, kamu dapat mengutamakan pembayaran utang ke fintech lending. Setelah itu, baru ke supplier karena lebih fleksibel dan tanpa bunga.
Kamu perlu menyiapkan dana untuk membayar utang. Sisihkan sebahagian pendapatan usaha untuk memenuhi kewajiban tersebut. Tidak ada aturan pasti berapa besaran untuk alokasi kebutuhan ini. Kamu dapat menentukannya sesuai pendapatan maupun keuntungan yang diterima.
Alokasikan 10 persen dari setiap pendapatan yang masuk, sehingga begitu jatuh tempo pembayaran, kamu sudah memiliki dana. Lebih dari persentase tersebut malah lebih baik.
Misalnya omzet bisnis Rp 1,5 juta per hari, maka sisihkan sekitar Rp 150.000. Dalam sebulan kamu dapat mengumpulkan Rp 4,5 juta. Uang tersebut sangat cukup untuk membayar utang ke fintech lending maupun tunggakan ke supplier.
Baca Juga: Kelilit Utang, Solusinya Mending Negosiasi Bank atau Minta Bantuan Keluarga?
Untuk dapat mengumpulkan uang dan membayar utang, kamu harus lebih agresif melakukan promosi demi meningkatkan penjualan dan menambah pemasukan. Selain itu, pangkas sejumlah pengeluaran usaha yang tidak penting atau melakukan penghematan.
Contohnya, menghemat pemakaian listrik dan air, lakukan promosi maupun pemasaran tanpa biaya seperti lewat media sosial, serta upaya lainnya. Dengan cara ini, kamu bisa mengalokasikan lebih banyak uang untuk membayar utang. Bahkan kamu dapat melunasinya dengan cepat, sehingga terbebas dari beban keuangan dan bisnis akan berjalan makin lincah.
Kalau rasio utang terhadap pendapatan usaha sudah besar, sadar diri untuk tidak mengambil utang baru. Bukannya tidak boleh, khawatir pendapatan atau keuntungan kamu hanya habis untuk membayar cicilan utang.
Sementara kebutuhan utama lain terbengkalai, seperti biaya produksi, gaji pegawai, dan lainnya. Oleh karena itu, berutang hanya untuk yang sifatnya mendesak, bukan untuk yang konsumtif.
Jangan Sampai Menunggak Pembayaran Utang
Wahai pelaku usaha, kamu pasti tahu dampaknya menunggak bayar utang. Tidak membayar utang di lembaga keuangan baik perbankan maupun non-perbankan punya konsekuensi. Mulai dari denda keterlambatan, penyitaan aset, sampai riwayat kredit di Bank Indonesia (BI) atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi buruk.
Menunggak bayar utang akan memicu beban keuangan yang semakin berat. Utang akan terus menumpuk dan membuat bisnismu hancur berantakan.
Maka dari itu, penting untuk komitmen dan disiplin menyisihkan uang agar kewajiban utang dapat dibayarkan tepat waktu.
Kalau perlu pakai sistem autodebet dari rekening usaha agar tidak ada kata lupa karena otomatis dana akan terpotong untuk cicilan utang ini. Dengan demikian, pembayaran utang jauh lebih tertib dan terhindar dari denda keterlambatan.
Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara Kompas.com dengan Cermati.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab sepenuhnya Cermati.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.