MATARAM, KOMPAS.com- "Waktu membangun koperasi itu penuh perjuangan," ujar Hajjah Zaenab (52), Perintis Koperasi Putri Rinjani sekaligus pemilik usaha makanan ringan dengan merek Tapona Food. Itulah kalimat yang terucap saat Hajjah Zaenab menceritakan perjuangan membangun koperasi untuk kembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Hajjah Zaenab masih ingat betul dianggap gila saat mengajak perempuan-perempuan di desanya untuk berdikari. Hajjah Zaenab saat itu berupaya ingin mengubah desanya lewat koperasi dan produk UMKM. Berawal dari usaha keripik jagung, rumput laut, dan produk lainnya kini masyarakat Desa Bilibante bisa berkembang lewat Koperasi Putri Rinjani.
"Awalnya, saya dianggap gila. Saya bukan orang kaya tapi sampai segitunya memikirkan perempuan-perempuan di sekitar bisa diberdayakan. Menghadapi itu semua memang tidak mudah," ujar wanita yang hanya lulusan SMP itu.
Koperasi Putri Rinjani beranggotakan 32 orang dari beberapa dusun di Desa Bilibante. Modal yang dikelola sudah mencapai Rp150 juta. Dari Koperasi Putri Rinjani, lahir puluhan UMKM. Mereka kini berdikari dengan usaha dagang maupun jasa yang dikelola melalui Koperasi Putri Rinjani.
"Di UMKM ini tantangan yang mendasar itu cemoohan, cibiran orang di sekitar kan. Saya orang tak berpendidikan, mimpi terlalu besar tetapi dengan keyakinan, itu bisa kita lalui. Saya yakin saja bahwa kita berbuat, Allah akan membantu," kata Hajjah Zaenab.
Hajjah Zaenab merupakan wanita kelahiran Dusun Batu Rimpang, Desa Badrain, Kecamatan Narmada, Nusa Tenggara Barat. Ia pun melanjutkan hidupnya di Desa Bilibante yang dikenal sebagai desa penghasil pasir pada tahun 1990.
Masyarakat Desa Bilibante mengandalkan mata pencaharian sebagai penggali pasir. Selain, itu masyarakat Desa Bilibante juga banyak yang memilih jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia. Sementara itu, para perempuan yang ditinggal suaminya menjadi TKI hanya bisa menunggu kiriman uang.
Hajjah Zenab mengawali usahanya sebagai pedagang sembako. Hajjah Zaenab berkeliling kampung ke kampung untuk berjualan sembako. Namun, ia ingin berkembang lebih dari sekedar pedagang sembako.
Hajjah Zaenab pun banyak menemukan hamparan tanaman jagung dan rumput laut saat berkeliling kampung. Ia pun berpikir bagaimana cara untuk memanfaatkan potensi tanaman jagung dan rumput laut. Di sisi lain, banyak tanaman jagung dan rumput laut yang terbuang sia-sia tanpa ada pengolahan yang berarti.
"Usaha yang saya jalani makanan berbahan jagung dan rumput lautnya dulu awalnya, awal sekali. Makanan-makanan tradisional itu saya campur dengan rumput laut itu semua pokoknya," kata Hajjah Zaenab.
Di tahun 2011, Gubernur Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi menggaungkan program PIJAR (Sapi, Jagung, Rumput Laut). Sapi, jagung, dan rumput laut merupakan komoditas unggulan Nusa Tenggara Barat. Secara sosial budaya, ketiga komoditas tersebut sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari dengan masyarakat Nusa Tenggara Barat.
Saat itu, belum ada masyarakat yang mengenal UMKM. Hajjah Zaenab saat itu mulai bereksperimen untuk membuat produk-produk keripik jagung dan dodol rumput laut meski tanpa ilmu yang berarti. Namun, ia terus pantang menyerah meskipun banyak menemui kegagalan.
"Jadi saya berinovasi, coba gagal, coba gagal. Setelah jadi, saya ajarkan ke masyarakat," ujar Hajjah Zaenab.
Ia pun kemudian mencari dan melatih 200 orang Desa Bilibante untuk membuat keripik jagung dan dodol rumput laut. Kriteria pertama yang dicari adalah orang yang mau bekerja dan mengubah hidupnya. Orang-orang yang dicari tersebut merupakan cikal bakal Koperasi Putri Rinjani berdiri.
"Cuma dari situ, saya ingin cari orang-orang yang bekerja keras. Akhirnya dari 200 orang itu terjaring 25 orang. Dari 25 orang saya bentuk koperasi. dari koperasi itulah makanya terbentuklah beberapa UMKM," kata Hajjah Zaenab.