JAYAPURA, KOMPAS.com - Banting setir. Itulah yang dilakukan oleh Yafeth Wetipo (34). Dulunya seorang dosen, kini Yafeth menjadi pengusaha kopi sukses.
Keputusan banting setir menjadi pengusaha kopi diambil Yafeth pada tahun 2014. Sebelum menjadi pengusaha kopi, Yafeth merupakan dosen di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) di sebuah universitas swasta di Papua.
"Saya waktu itu saya dosen biologi pada tahun 2014. Dosen biologi. Saya banting setir. Saya lihat masyarakat petani kopi di pegunungan kesusahan," ujar Yafeth saat ditemui di kedai Highland Coffee Roastery Jayapura dalam acara undangan JagoWAn Digital UKM dari Whatsapp beberapa waktu lalu.
Baca juga: Whatsapp Dorong Pengembangan UMKM Go Digital di Jayapura
Pergerakan Yafeth di dunia kopi memang bukan tiba-tiba. Kopi dikenalkan oleh ayahnya yang dulu bekerja sebagai konsultan perkebunan kopi saat dirinya masih kecil. Bisnis kopi Yafeth pun didukung oleh pihak keluarga.
"Ayah dulu fasilitator petani kopi perkebunan. Dari kecil sudah diajak ke kebun kopi sama ayah saya," kata Yafeth.
Yafeth tergerak untuk membantu perekonomian masyarakat Pegunungan Yahukimo dan Jayawijaya. Cara yang ia lakukan untuk membantu adalah membeli biji kopi-kopi dari Pegunungan Yahukimo dan Jayawijaya. Pada tahun 2015, ia mulai membeli biji kopi hijau dari petani lokal sekitar.
"Kami membantu dan memasarkan kopi-kopi lokal dari petani kopi lokal," ujar Yafeth.
Yafeth pun melatih para petani lokal tentang cara memproses, memasarkan, dan menjual produk kopi. Kemudian, biji-biji kopi tersebut dijual ke pelanggan di Jayapura dan di seluruh Indonesia.
Yafeth awalnya menjual biji kopi hijau (green bean). Pada tahun 2016, penjualan biji kopi hijau tersebut menurun. Akhirnya, Yafeth mengalihkan usahanya ke biji kopi yang sudah disangrai.
Baca juga: Kisah Serra Esterlin, Lestarikan Seni Lukis Khombow Khas Sentani hingga Tuai Omzet Puluhan Juta
Pintu menuju dunia profesional berawal saat Yafeth mengikuti pelatihan kewirausahaan dari Prestasi Junior Indonesia (PJI) di Tangerang. Lepas dari pelatihan, Yafeth lalu menyiapkan bisnis kopinya secara serius.
Bisnis pertamanya soal kedai kopi dinamakan Highland Coffee Roastery. Highland Coffee Roastery merupakan bisnis yang menjual aneka biji kopi dari pegunungan Papua dan berbagai aneka sajian kopi di kedai.
Fokus bisnis kopi dari tanah Papua boleh dibilang terasa nikmat. Yafeth bisa menyerap pasokan biji kopi dari petani-petani kopi di Pegunungan Bintang, Pegunungan Jayawijaya, Pegunungan Yahukimo, dan Pegunungan Lanijaya. Penjualan biji kopinya dilakukan secara online salah satunya menggunakan Whatsapp Business.
"Total permintaan biji kopi masih 350 kg per bulan. Produksi terbanyak 6 ton. Paling banyak permintaannya saat PON Papua. Kami jualan secara online ke Jakarta selama pandemi, pakai Whatsapp Bussiness. Dari website dan beri link Whatsapp Business." kata pria lulusan jurusan Fisika Universitas Cendrawasih tersebut.
Biji-biji kopi yang diproses merupakan jenis robusta. Kopi-kopi tumbuh di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Salah satu kopi yang banyak dicari warga dari Jakarta adalah kopi dari Wamena.
"Paling banyak dicari itu kopi dari Pegunungan Lanijaya, kopi tiong," ujar Yafeth.
Baca juga: Punya Cita Rasa Unik, Kopi asal Bengkulu Sangat Digemari Orang Malaysia
Omzet yang diraih Yafeth mencapai Rp 20 jutaan per bulan. Dari perkembangan bisnisnya, Yafeth berhasil membuka dua cabang kedai kopi di tahun 2020. Yafeth pun mendedikasikan sebagian dari keuntungan usahanya untuk memberikan pelatihan gratis bagi pemuda setempat dan petani kopi.
"Pelatihan untuk pemuda seputar keahlian barista dasar. Pelatihannya mencakup cara membuat espresso, late art, manual brew," kata anak kedua dari lima bersaudara tersebut.
Pelatihan barista tersebut difokuskan di salah satu kedai kopi Highland Roastery. Sejauh ini, Highland Roastery sudah memberi pelatihak ke 60 orang. Pelatihan diberikan secara private dengan kuota hingga dua orang per bulan.
Yafeth juga membuka pelatihan barista berbayar. Yafeth mengenakan biaya sekitar Rp 2-4 juta untuk pelatihan tergantung pada modul pelatihan seperti pemanggangan, pembuatan bir manual, dan basis espresso.
"Setelah ikut pelatihan, ada yang kerja di kafe kami, ada yang bikin usaha sendiri dengan ambil kopi dari kami. Ada beberapa yang kami latih dan buka kafe sendiri," ujar Yafeth.
Baca juga: 10 Kopi Terbaik dari Petani Jabar Akan Pameran Ikut World of Coffee di Italia
Upaya Yafeth memberdayakan memberdayakan petani kopi lokal juga dilirik negara tetangga. Baru-baru ini, Yafeth menerima dana dari pemerintah Australia untuk melatih petani tentang pemrosesan pasca panen. Pelatihan yang diberikan meliputi kondisi optimal untuk pemetikan ceri kopi, pemilihan ceri yang optimal, dan penyimpanan biji kopi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.