JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah kondisi anomali cuaca pada musim kemarau saat ini, banyak petani dan pelaku agrobisnis yang tanamannya mengalami penurunan produktivitas.
Oleh karena itu, penting menjalankan berbagai upaya, salah satunya memastikan pupuk yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal hingga menghasilkan panen yang maksimal pula dengan modal yang minim.
Penyuluh Petani dalam program webinar PKT Menyapa Petani: Cerdas Budidaya Tanaman Lewat Pemupukan Berimbang, Rudy Prambudi, menuturkan bahwa banyak petani mengeluhkan hasil panen yang tidak maksimal karena mereka kurang memahami dengan benar cara pemupukan yang tepat. Akibatnya, tak sedikit petani gagal panen karena ledakan hama dan penyakit.
Baca juga: Inkubator Bisnis Jadi Mesin Pencetak Wirausaha Baru dari Kampus
"Demi menyiasati hal tersebut, penting menyesuaikan kebutuhan dari tanaman yang ada maupun status hara dalam tanah agar petani tak hanya bisa mendapatkan keuntungan, tapi dapat mengefisiensikan waktu, tenaga, juga biaya,” jelas Rudy dalam keterangan resmi, Kamis (25/8/20220).
Agar tanaman tetap terjaga produktivitasnya, Rudy memberikan sejumlah tips yang bisa dicoba para petani maupun pelaku bisnis yang bergerak di agribisnis, yakni:
Kadar pH di tiap tanah tidaklah sama. Karena itu, penting memeriksa terlebih dahulu pH tanah dengan tanaman yang ingin kita tanam, salah satunya menggunakan dolomit. Dengan melakukan penyesuaian tersebut, maka ke depan hasil tanaman diharapkan bisa bagus.
Tak hanya itu, tanah juga memiliki berbagai jenis, seperti tanah berpasir, tanah hitam, dan tanah berbatu. Agar hasil tanaman bisa bagus, penting juga memperhatikan kondisi tanah dengan jenis tanaman yang akan ditanam.
“Jenis sayuran, buah semangka dan melon memiliki karakteristik akar yang lemah. Karena itu, penanamannya tidak bisa dilakukan di tanah keras melainkan di tanah lembut dan berpasir,” jelas Rudy.
Seringkali, petani melakukan pengobatan ekstra saat tanaman mulai terkena hama. Padahal, semakin banyak obat yang digunakan tidak menjamin hama akan hilang.
Ada dosis tertentu yang perlu diperhatikan. Bahkan, pengobatakan dapat juga dilakukan sejak awal sebagai langkah antisipasi.
“Ada kondisi tertentu yang perlu diperhatikan petani saat penyemprotan, yakni setelah hujan turun. Hal ini mengingat virus berkembang cukup cepat saat hujan. Maka dari itu, penyemprotan penting dilakukan segera,” ungkap Rudy.
Tiap pupuk tentulah memiliki karakteristik masing-masing. Pupuk yang biasanya bersifat slow release sebenarnya bisa dijadikan pupuk dasar karena tahan lama di tanah, tanpa harus diberikan di tengah-tengah penanaman.
Dengan begitu, petani bisa hemat dan bisa sekali bekerja sampai nanti pasca-panen.
Baca juga: Cara Jadi Pedagang Bakso Sukses, Ini Tips Laris Manis Jualan Bakso Bakar
Sementara itu salah satu petani milenial di Jember bernama Iqbal Abipraya menjelaskan bahwa pemupukan berimbang yang diterapkan dapat memberikan keuntungan karena hasilnya yang baik namun tetap hemat biaya.
Hasilnya, pemupukan berimbang yang diterapkan mampu menghasilkan panen melimpah.
“Saat panen pertama, saya melihat hasil yang jauh berbeda dibanding menggunakan pupuk lainnya. Karena sifat NPK Pelangi sebagai pupuk majemuk slow release, ketersediaan pupuk dalam tanah selalu ada dan sangat bagus untuk pertumbuhan daun, batang dan buah tanaman, sehingga buah semangka pun lebih besar. Untuk satu kali masa tanam, saya bisa panen rata-rata antara 35-40 ton per hektar dari sebelumnya maksimal 30 ton per hektar," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.