MALANG, KOMPAS.com - Harga telur ayam ras di berbagai daerah mengalami kenaikan. Di Kota Malang, harga telur berada di kisaran Rp 28.900 per kilogram pada Senin (22/8/2022).
Dibandingkan pada 2 Agustus 2022 lalu, harga telur saat itu masih Rp 26.200. Kenaikan harga telur disinyalir karena biaya pakan yang ditanggung para peternak juga mahal.
Namun, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispangtan) Kota Malang, Sri Winarni menyampaikan bahwa kenaikan harga membuat peternak ayam petelur memperoleh keuntungan.
Baca juga: Pentingnya Menentukan 'Brand Personality' dalam Bisnis
Si Winarni juga mengatakan tidak ada penurunan produksi telur dari kondisi saat ini. Rata-rata setiap harinya produksi telur dari para peternak di Kota Malang sejumlah 6,47 ton.
"Tidak ada dampak terhadap peternak, dari hasil pantauan Dispangtan, dengan naiknya harga telur bisa menambah penghasilan peternak," kata Sri Winarni melalui pesan WhatsApp pada Senin (22/8/2022).
Menurutnya, Kota Malang bukan merupakan sentra peternak petelur atau jumlahnya hanya 11 orang. Sehingga untuk bentuk bantuan yang diberikan belum ada.
"Yang saya sampaikan bahwa tahun 2022 dan 2023 saat ini kita belum memberikan bantuan, karena tidak bisa tiba-tiba, semua pasti berdasarkan rencana tahun sebelumnya, tahun depan RKPD dan KUA sudah dibahas juga di DPRD kemarin itu belum masuk program," katanya.
Di sisi lain, harga pakan ternak untuk ayam ras petelur masih membuat peternak kelimpungan. Kondisi tersebut seperti yang dirasakan peternak petelur asal Kelurahan Wonokoyo, Kota Malang yakni Sugeng.
Menurutnya, kenaikan harga telur menyesuaikan dengan harga yang ada di pasaran. Selain itu melambungnya harga juga disebabkan karena ongkos biaya pakan ternak yang juga tinggi sehingga adanya penyesuaian.
"Harga pakan naik, harga jagung naik, satu sak konsentrat harga normal Rp 335.000 sekarang Rp 471.000, kalau jagung normalnya Rp 3.600 sekarang Rp 5.900 per kilogram," kata Sugeng saat diwawancarai beberapa hari lalu.
Baca juga: Pelaku UMKM di Maluku Diminta Kembangkan Olahan Sagu
Sugeng menyampaikan naiknya harga pakan sudah dirasakan sejak pandemi Covid-19. Dalam sehari, usahanya itu dapat menghasilkan 60 kilogram telur dari 1000 ekor ayam ras.
Meski begitu, dampak adanya kenaikan harga pakan membuat keuntungan yang diperoleh peternak semakin menurun.
Kondisi itu juga membuat tak sedikit peternak petelur yang harus gulung tikar. Kini di wilayah RW-nya terdapat 4 peternak petelur yang masih bertahan termasuk dirinya.
"Peternak untungnya jadi sedikit. Tapi mudah-mudahan meskipun pakan harganya naik, tapi jangan sampai harga telur terus turun, karena peternak bisa bangkrut. Kalau saya Alhamdulillah usaha ini ada yang bantu suplai pakan jadi harga lebih murah," katanya.
Sugeng mengungkapkan para peternak berharap pemerintah bisa mengendalikan harga pakan yang melambung tinggi. Peternak juga berharap harga pakan ternak bisa stabil agar ada kepastian untuk keberlangsungan usaha.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.