JAKARTA, KOMPAS.com - Terkait isu resesi yang diramalkan akan terjadi tahun 2023, pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia diminta tetap optimistis untuk mengekspor produknya ke pasar Belanda dan Uni Eropa.
Hal ini disampaikan Mayerfas, Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda dalam kesempatan Bronis (Ngobrol Bisnis) UMKM bertajuk “Menembus Pasar Ekspor Belanda dan Uni Eropa” yang diselenggarakan melalui siaran langsung Kompas.com, Kamis (13/10/2022).
“Jadi kami optimistis saja, di samping memang pasar kita masih kecil sebenarnya tapi itu berkembang terus, secara keseluruhan peluangnya masih besar,” ungkap Mayerfas.
Mayerfas menjelaskan, peluang ekspor dari UMKM ke Belanda dan Uni Eropa akan tetap ada dan selalu berpeluang.
Sebab, mayoritas produk yang diekspor dari UMKM di Indonesia merupakan produk kebutuhan sehari-hari yang diperlukan meski resesi atau inflasi.
“Ekspor ke sini kan kebanyakan barang kebutuhan sehari-hari. Walaupun masyarakat di sini mengurangi pengeluarannya, tapi tidak untuk barang-barang yang selama ini kita ekspor ke sini misalnya kopi dan teh,” tutur Dubes Indonesia untuk Belanda tersebut.
Rasa optimistis ini juga didukung dengan tren dua tahun terakhir saat pandemi. Dua tahun terakhir tetap terjadi peningkatan produk-produk ekspor di Belanda dan Uni Eropa dari Indonesia.
Maka dari itu, Mayerfas mendorong UMKM untuk tetap percaya diri mengekspor produk-produknya di tahun depan.
“Tahun depan pasti berkembang, kemarin pandemi 2 tahun ditutup ternyata dagang kita berkembang dan untung kita besar. Kemarin saja surplus kita 4 miliar dolar AS,” ungkap Mayerfas.
Diketahui, Belanda adalah salah satu negara tujuan ekspor Indonesia. Berlokasi di barat benua Eropa, Belanda menjadi salah satu negara yang menjadi pasar potensial bagi produk-produk Indonesia, apalagi memiliki kedekatan historis.
Indonesia sendiri saat ini sudah mengekspor sejumlah komoditas dan barang ke Belanda. Komoditas yang diekspor seperti, teh, pala, rempah-rempah, lada, kayu manis, sambal, kerupuk, permen, ikan pari frozen, nangka, mangga, sambal pecel, ikan teri, hingga andaliman.
Kemudian produk home decor seperti keranjang, tempat roti, keranjang sampah, hiasan, hingga tempat baju kotor juga banyak ditemui di Belanda.
Produk pakaian jadi baik buatan tangan maupun pabrikan, arang kayu, alat musik, alas kaki, hingga minyak kelapa juga sudah masuk pasar Belanda.
Nilai perdagangan Indonesia dan Belanda mencatatkan surplus sekitar 3,8 miliar dollar AS di 2021. Padahal di tahun tersebut pandemi Covid-19 masih berlangsung.
Nilai perdagangan Indonesia dan Belanda pun terus meningkat, pada tahun tersebut jumlahnya sekitar 5,5 miliar dollar AS. Nilai ekspornya lebih dari empat miliar dollar AS dan impornya hanya 846 juta dollar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.