Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jambu Kristal dari Kota Batu Sukses Tembus Pasar Ritel berkat Teknologi Pertanian

Kompas.com - 14/12/2022, 11:16 WIB
Nugraha Perdana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

BATU, KOMPAS.com - Rakhmat Hardiyanto (38) merupakan petani asal Desa Bumiaji, Kota Batu yang sukses menggeluti agribisnis dengan jenis komoditas jambu kristal.

Tidak seperti petani pada umumnya, dia melek terhadap teknologi pertanian yang diyakininya dapat meningkatkan produktivitas usahanya.

Salah satu alat yang digunakan yakni konveyor digital yang dilengkapi dengan sensor kamera dan monitor untuk menyortir kualitas ukuran serta bentuk dari jambu kristal yang dihasilkan. Alat tersebut dapat mengukur akurasi dari bentuk bulat jambu kristal. Cara yang dilakukannya itu untuk menyesuaikan permintaan pasar.

Baca juga: Usaha Apple Pie d'kokimo Berawal dari Hobi Kuliner

"Kalau nilainya di atas 85 persen itu masuk pada grade yang bagus, karena toko-toko yang kita suplai itu sekarang ada yang minta jambu kristal dengan bulatannya yang hampir sempurna," kata Rakhmat pada Senin (12/12/2022).

Menurutnya, penerapan dari cara itu menjadi bagian dari teknologi pertanian pasca-panen untuk meningkatkan daya saing kualitas buah.

"Kebanyakan petani hingga saat ini mereka permasalahannya ada di pemasaran, sedangkan ketika masuk ke toko-toko ritel itu kan permintaan menyesuaikan, maka kita harus bisa beradaptasi melalui teknologi," katanya.

Kini di lahannya, setiap panen dapat menghasilkan sekitar 100 kilogram hingga 150 kilogram buah jambu kristal. Sedangkan di lahan dengan luas 4.800 meter persegi itu terdapat 400 pohon jambu kristal.

Adapun jambu kristal yang dijualnya dihargai mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 12.500 setiap kilogramnya.

"Pemasaran di Malang, Surabaya, Semarang, Jakarta dan Bali, tapi saya ada 50 petani mitra lainnya, jadi setiap hari produksi sekitar 3 kwintal, omzet sekitar Rp 3 juta," katanya.

Selain itu, Rakhmat juga memiliki inovasi, dari buah yang dihasilkannya diolah menjadi rujak dan roti pastry terbuat dari jambu kristal untuk dijual kembali.

Pertanian Berbasis Teknologi

Lebih lanjut, saat ini, dia bersama Tim Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya tengah mengembangkan sistem pertanian berbasis teknologi secara digital atau IoT (Internet of Thing). Tim ini membuat greenhouse tanaman buah melon untuk lebih memudahkan, dengan sistem IoT atau Internet of Thing.

Kolaborasi itu juga sesuai dengan status yang disandang Rakhmat saat ini sebagai Duta Petani Milenial dari Kementerian Pertanian RI. Selain itu, Rakhmat juga Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Bumiaji Sejahtera.

Saat ini dia memiliki tugas untuk meningkatkan keberadaan petani milenial di Kota Batu dan meningkatkan kapasitas SDM (Sumberdaya Manusia) yang ada. Kemudian mendampingi terkait keberlangsungan usaha yang dijalankan, dan memberikan literasi pertanian.

"Program doktor mengabdi merupakan booster literasi, kami kolaborasi karena kami bukan peneliti, kami aplikator," katanya.

Baca juga: Nice Cream Akrabkan Produk Es Krim Sehat dengan Lidah Anak-Anak

Rakhmat berharap, sudah saatnya petani tidak lagi menggunakan cara-cara tradisional dalam bertani. Penerapan teknologi sudah menjadi kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi serta kontrol pada produk pertanian.

"Teknologi itu bukan bertujuan untuk mensubstitusi orang, tetapi memudahkan, meningkatkan produktivitas, daya saing, efisiensi," katanya.

Baginya, teknologi pertanian dapat membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam menjalankan agribisnis. Dia memiliki cita-cita, untuk produk pertanian asal Kota Batu memiliki hasil yang berkualitas sehingga dapat dipasarkan di toko-toko ritel.

"Kita ngomong benefit, produktivitas meningkat, efisiensi meningkat, keberlanjutan berjalan. Sehingga produk yang dihasilkan harus berkualitas sesuai standar, nanti akan memiliki daya saing, pasti akan dicari, tinggal bagaimana memperluas jaringan pasarnya," katanya.

Dia berharap kolaborasi dengan Universitas Brawijaya terus berlanjut untuk kerjasama edukasi tentang agribisnis. Sebab, penerapan teknologi pertanian yang ada belum diterapkan secara menyeluruh dari hulu hingga hilir.

"Harapannya kolaborasi ini terus berlanjut bagaimana tadi soal penanganan hama dengan teknologi, terus dari mungkin sisi peningkatan ekonomi dibantu oleh FEB (Fakultas Ekonomi Bisnis), sehingga ini bisa menjadi program prototipe yang benar-benar dari hulu hingga hilir prosesnya berjalan dengan baik dan diterapkan di tempat-tempat lainnya," katanya.

IoT di Bidang Pertanian

Ketua Tim Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya, Muhammad Aziz Muslim mengatakan, pihaknya sedang membuat suatu sistem percontohan implementasi teknologi di bidang pertanian atau berbasis IoT.

Sistem tersebut berupa perangkat yang dapat dikendalikan melalui smartphone untuk melakukan kegiatan pertanian secara otomatis. Diantaranya seperti penyiraman, pengaturan kelembaban, pengaturan pH pupuk, kadar CO (karbon monoksida) dan lainnya.

"Perangkat ini secara otomatis mengendalikan kondisi greenhouse sesuai dengan konfigurasi yang ditentukan oleh petani," kata Aziz saat ditemui pada Senin (12/12/2022).

Menurutnya, teknologi IoT sangat dekat dengan generasi muda karena mekanisasi pertanian dapat dikendalikan oleh perangkat smartphone.

Karyawan sedang memilih jambu kristalKOMPAS.com / Nugraha Perdana Karyawan sedang memilih jambu kristal

"Kami juga memberikan pelatihan kepada petani, tentang penerapan IoT di bidang pertanian dengan workshop hands-on menggunakan modul ESP32 dengan sensor kelembaban tanah, sensor suhu serta relay untuk mengaktifkan pompa," katanya.

Aziz menyampaikan, pihaknya dalam kegiatannya juga memperkenalkan penerapan alat pengukur unsur hara tanah pada pohon jambu kristal.

Alat tersebut berbentuk tiang panjang dan ditengahnya terdapat modul elektronik dengan smartphone. Dengan alat itu dapat mengukur unsur nitrogen, fosfat dan kalium yang dibutuhkan tanah untuk tanaman ketika melakukan pemberian pupuk.

Cara itu bila diterapkan dapat menghindari kesalahan pemberian pupuk yang tidak sesuai dan dapat mengakibatkan menjadi racun. Bila pemberian pupuk sesuai juga akan mengurangi ongkos biaya produksi.

"Karena kebutuhan nutrisi tanaman itu berbeda-beda, sehingga dengan pemupukan yang sesuai, misal saat masa pertumbuhan biasanya membutuhkan pupuk dengan kandungan nitrogen yang tinggi, kemudian saat pembuahan itu dibutuhkan pupuk dengan fosfat dan kalium yang tinggi, ini yang kadang petani masih belum sesuai pemberian pupuknya," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau