JEMBER, KOMPAS.com - Bisnis coffee shop atau kedai kopi belakangan menjamur di berbagai daerah. Kebiasaan masyarakat yang suka nongkrong untuk bekerja sekaligus bersantai, membuat peluang usaha ini semakin terbuka di berbagai daerah.
Di berbagai daerah, banyak pelaku usaha lokal yang bermunculan. Mereka mencoba peruntungan untuk bisa meraup pasar yang mulai terbuka.
Hadirnya pelaku usaha ini, sekaligus turut mengembangkan ekosistem kopi di berbagai daerah, karena banyak petani kopi lokal yang juga diuntungkan oleh hadirnya kedai-kedai kopi tersebut.
Baca juga: Kemenkop UKM Umumkan Pemenang Kompetisi PLUT 2022
Namun demikian, ketika bisnis kedai kopi lokal mulai berkembang, tantangan pun muncul. Banyak waralaba kopi yang juga turut bermain di tingkat lokal. Mengusung brand besar, pemegang waralaba masuk ke pasar yang sebelumnya dinikmati pelaku usaha lokal.
Keprihatinan para pelaku usaha kopi lokal inilah yang kemudian membuat Konsultan Pendamping Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten Jember Bhakti Dharmawan tergerak untuk membuat sejumlah program guna menjaga eksistensi para pebisnis lokal tersebut.
Dalam perbincangannya dengan Kompas.com, Bhakti mengungkapkan bahwa Jember merupakan salah satu sentra kopi yang ada di Jawa Timur. Banyak kopi jenis robusta dan liberica yang dihasilkan oleh daerah ini.
Namun belakangan, keberadaan coffee shop mulai terancam oleh hadirnya brand-brand besar yang masuk ke daerah ini.
"Akhirnya banyak kedai kopi lokal yang tutup karena kalah dengan brand besar yang masuk ke Jember. Padahal, coffee shop lokal ini selama ini turut menggairahkan ekosistem perkopian di Jember. Banyak kopi dari petani yang dibeli oleh kedai-kedai kopi lokal," ungkapnya, Sabtu (17/12/2022).
Menurut Bhakti, hal ini dalam jangkika panjang akan membuat industri hilir kopi di Jember berpotensi lesu. Padahal, pasar di wilayah ini cukup besar karena banyak mahasiswa dan anak-anak muda yang suka nongkrong.
Dari situ, Bhakti mulai mencari cara agar coffee shop lokal di wilayah ini bisa tetap eksis meski harus bersaing dengan brand lokal. Bersama sejumlah konsultan pendamping lainnya di PLUT Jember, dia melakukan inovasi yang bisa dipakai oleh pelaku usaha kedai di wilayah ini.
"Pertama, saya dan rekan-rekan membuat desain ruangan agar coffee shop yang ada di Jember lebih menarik pelanggan. Karena persoalan selama ini adalah tempat jualan mereka kurang menarik," jelasnya.
Baca juga: Masuk ke Pasar Ritel, Dutch Lab Cari Pemasok Kopi dari Indonesia
Strategi kedua, kami mendorong agar pemilik coffee shop melakukan inovasi produk. Disarankan, mereka membuat menu baru dalam waktu tertentu sehingga menunya bisa bervariasi.
Menu yang variatif akan memberikan banyak pilihan bagi konsumen yang datang. Sehingga, pembeli bisa mendapatkan produk yang tidak itu-itu saja.
Bhakti mengungkapkan, eksisnya coffee shop lokal diharapkan bisa tetap menjaga ekosistem perkopian di Jember. Ini lantaran para petani di wilayah ini mulai menikmati kenaikan pendapatan seiring dengan tumbuhnya permintaan kopi.
Atas inovasinya itu, pekan lalu Kementerian Koperasi dan UKM mengganjar penghargaan kepada Bhakti Dharmawan sebagai konsultan pendamping terinovatif. Dia berhasil mengalahkan 5 peserta lain yang masuk dalam babak final perhelatan Kompetisi PLUT 2022.
Penghargaan tersebut diberikan lantaran Bhakti tak hanya melakukan inovasi untuk memberikan pendampingan kepada pelaku usaha di bidang kopi. Lebih dari itu, dia juga mendapingi pelaku usaha lain yang bergerak di bidang produksi coklat, tembakau, edamame, dan sejumlah komoditas lainnya.
Pendampingan tersebut dinilai berhasil karena bisa memberikan solusi terhadap persoalan yang dihadapi oleh pelaku usaha di Jember, yang sangat mengandalkan komoditas pertanian dan perkebunan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.