Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sistem Bisnis Waste4Change lewat Proses Daur Ulang Sampah

Kompas.com - 26/01/2023, 19:00 WIB
Gabriela Angelica,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Permasalahan jumlah sampah yang besar masih menjadi tugas bersama.

Corporate Relation Lead Waste4Change, Rara menyampaikan, akar atau awal munculnya perusahaan pengelolaan sampah ini adalah kesadaran akan masih banyaknya permasalahan yang terjadi di Indonesia terkait sampah.

"Secara umum di Indonesia itu menghasilkan sampah sebesar 175.000 ton per hari, dan baru 7,5 persen dari total tersebut yang sudah terserap untuk didaur ulang atau dijadikan kompos," ujar Rara saat acara media gathering Haya Festival di Menara Sentraya, Jakarta, Selasa (24/1/2023).

Waste4Change sendiri berdiri pada 2014 dengan fokus adalah mengelola sampah dari hulu ke hilir. Pengelolaan tersebut bertujuan mengurangi timbunan sampah saat tiba di tempat pembuangan akhir (TPA).

"Kami mengumpulkan sampah-sampah tersebut untuk didaur ulang dan juga diproses menjadi kompos sehingga semakin banyak yang kita buang ke TPA," tutur Rara.

Dengan menerapkan prinsip zero waste dan juga circle economy dari proses perputaran sampah yang dihasilkan para kliennya, Waste4Change hadir untuk mengelolanya.

Kembali ke permasalahan sampah yang masih berat di Indonesia, Rara menjelaskan, umumnya sampah dengan jumlah besar tersebut akan langsung dibuang ke TPA. Hal itu sangat disayangkannya.

"Sampah yang seharusnya masih bisa didaur ulang, tapi malah tertimbun di TPA. Ada juga yang kemudian dibakar, dikubur, atau unmanaged (tidak terkelola sama sekali) yang pada akhirnya terbawa ke lautan dan merusak ekosistemnya," ungkap Rara.

Berangkat dari sana, Rara menambahkan bahwa salah satu sumber sampah terbanyak atau terbesar adalah dari pagelaran event-event yang ada.

Oleh karena itu, Waste4Change kerap bekerja sama dengan kliennya untuk mengumpulkan dan mengelola sampah-sampah yang dihasilkan dari sebuah event.

"Waste4Change sebagai pengelola sampah akan melakukan pengangkutan sampah, lalu juga menyediakan plastik terpilahnya nanti, jadi sampah yang diangkut sudah secara terpilah," jelas Rara.

Setelah proses pengangkutan sampah tersebut, mereka akan membawanya ke rumah pemulihan atau material recovery facility (MRF) untuk dipilah kembali dan di-retail agar dapat dimanfaatkan sebagai produk daur ulang. Terkhusus untuk sampah organik, Waste4Change akan mengelolanya menjadi kompos.

Tidak hanya sampai di sana, Rara mengungkapkan Waste4Change juga akan selalu memberikan laporan untuk melacak tingkat traceability (pengolahan sampah) klien mereka. Laporan tersebut mencakup jumlah sampah hingga bentuk pengolahannya.

Untuk sistem bisnisnya sendiri, Waste4Change menerapkan sistem tarif per jasanya dan juga seberapa banyak sampah yang dikumpulkan. Untuk besarnya biaya, bergantung pada kesepakatan bersama klien mereka.

Per 2021 yang lalu, Waste4Change juga tidak hanya berpusat di Jakarta, tapi juga sudah mulai beroperasional di Bandung, Jawa Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

LPEI Salurkan Pembiayaan Rp 524 Miliar untuk Perkuat Ekspor Alat Kesehatan RI

Program
25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

25 Penyandang Disabilitas di Malang Raya Rajut Asa dengan Jalankan Bisnis

Jagoan Lokal
Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Tinggalkan Gaji 40 Juta Per Bulan, Kini Doni Sukses Berbisnis Madu Berkat Pemasaran Daring

Jagoan Lokal
Jatuh Bangun Bayu Rintis Bisnis, Hingga Tembus Pasar Ekspor Berkat Digitalisasi

Jatuh Bangun Bayu Rintis Bisnis, Hingga Tembus Pasar Ekspor Berkat Digitalisasi

Jagoan Lokal
Pesanan Pembuatan Parsel di Kota Malang Meningkat Selama Ramadhan

Pesanan Pembuatan Parsel di Kota Malang Meningkat Selama Ramadhan

Training
Kata Oma, Telur Gabus Olahan Ibu yang Kini Mendunia

Kata Oma, Telur Gabus Olahan Ibu yang Kini Mendunia

Jagoan Lokal
Kisah Dua Mantan Pengikut Kelompok Radikal yang Memilih Belajar Beternak Kambing

Kisah Dua Mantan Pengikut Kelompok Radikal yang Memilih Belajar Beternak Kambing

Jagoan Lokal
UKM Bisa Kelola Tambang, Kadin: Kalau Berhasil Manfaatnya Dirasakan Semua

UKM Bisa Kelola Tambang, Kadin: Kalau Berhasil Manfaatnya Dirasakan Semua

Program
Astra Dorong Perekonomian NTT Lewat Pemberdayaan UMKM Kopi dan Kakao

Astra Dorong Perekonomian NTT Lewat Pemberdayaan UMKM Kopi dan Kakao

Program
Si Emas Hijau dari Desa Loha, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat

Si Emas Hijau dari Desa Loha, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat

Jagoan Lokal
Menteri Ekraf Tinjau 300 Emak-Emak di Kota Malang Belajar E-Commerce

Menteri Ekraf Tinjau 300 Emak-Emak di Kota Malang Belajar E-Commerce

Program
Kembangkan Potensi Ekonomi NTT, YDBA Beri Pendampingan bagi Petani Vanili dan Mete

Kembangkan Potensi Ekonomi NTT, YDBA Beri Pendampingan bagi Petani Vanili dan Mete

Program
BNI Jejak Kopi Khatulistiwa Dukung Kopi Garut Swasembada Pangan dan Go Global

BNI Jejak Kopi Khatulistiwa Dukung Kopi Garut Swasembada Pangan dan Go Global

Program
TikTok Latih 600 UMKM Indonesia untuk Hasilkan Konten menarik

TikTok Latih 600 UMKM Indonesia untuk Hasilkan Konten menarik

Program
DPMA IPB Gali Potensi Ekonomi di Desa Sejahtera Astra Tegal dan Pemalang

DPMA IPB Gali Potensi Ekonomi di Desa Sejahtera Astra Tegal dan Pemalang

Program
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau