"Kami meyakini dengan masuk ekosistem digital itu dipastikan UMKM tumbuh dan berkembang, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat juga mampu mengatasi kemiskinan,"kata Waseh.
Menurut Waseh, pihaknya tahun ini juga memberikan pelatihan terhadap pelaku UMKM agar bisa memasarkan produk menggunakan aplikasi digitalisasi media sosial, memahami broadcasting, bisnis e-commerce, konten digital, e-learning, dan bisnis afiliasi.
Selain itu juga bagaimana cara memposting produk UMKM hingga ke lokapasar serta media sosial.
Para pelaku UMKM di Kabupaten Lebak sebagian besar bergerak di bidang perdagangan dan kerajinan bambu, kain batik, serta aneka makanan kuliner.
"Kami berharap semua pelaku UMKM masuk ekosistem digital dan tidak lagi memasarkan secara konvensional," kata Waseh.
Waseh mengatakan, para pelaku UMKM dapat memanfaatkan teknologi dan perluasan pasar, transformasi ke dalam sistem rantai pasok.
Sebab, ujar dia, di era serba informasi dan teknologi tentu pelaku UMKM harus adaptif, kreatif, dan inovatif, untuk mengembangkan usaha mereka.
Pelaku UMKM, lanjutnya, harus "melek" digital sehingga dapat memperluas pemasaran dan tidak lagi mengandalkan pasar konvensional.
"Kita berharap pelaku UMKM dapat memahami penggunaan teknologi digitalisasi itu," ujar Waseh.
Sementara itu, Dedi (45) pelaku UMKM warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengatakan pihaknya kini omset pendapatan relatif lumayan dengan memanfaatkan digitalisasi secara daring, sehingga pendapatan bisa mencapai Rp3-4, 5 juta/hari.
"Kami memproduksi batik lokal dan melayani pesanan permintaan dari berbagai daerah di tanah air," kata Dedi.
Promosikan UMKM Anda dengan beriklan di jaringan Kompas Gramedia lewat Pasangiklan.com. Konsultasikan strategi iklan bisnis Anda bersama tim sales Pasangiklan.com sekarang.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.