JAKARTA, KOMPAS.com - Penggunaan styrofoam dalam skala yang luas telah berdampak ke lingkungan. Ya, bahan tersebut menjadi penyebab menggunungnya sampah di berbagai tempat, di samping juga berdampak pada kesehatan.
Persoalan lingkungan inilah yang kemudian mendorong Rengkuh Banyu (31) pemilik brand Plepah, berpikir untuk menciptakan bahan alternatif pengganti styrofoam sebagai pembungkus makanan.
"Saya sebelumnya bekerja di NGO yang sehari-hari bersinggungan dengan isu lingkungan. Dari sana saya mulai kepikiran untuk bisa ikut menyelamatkan bumi namun juga bisa mendatangkan keuntungan. Saya kemudian memiliki ide untuk membuat pembungkus makanan yang bisa menggantikan styrofoam," ujarnya saat ditemui di tempat produksinya di kawasan Cibinong Kabupaten Bogor, Kamis (11/5/2023).
Baca juga: Dukung UMKM, Belitung Bangun Food Court Senilai Rp10,7 Miliar
Saat itu tahun 2020. Begitu kontrak pekerjaannya selesai, Rengkuh memilih untuk memulai bisnisnya, yakni memproduksi pembungkus makanan ramah lingkungan. Kebetulan pula, saat bekerja di NGO dia banyak berinteraksi dengan masyarakat di sejumlah daerah di Sumatera.
Sebelumnya saat menjalankan project tersebut, dia melihat banyak pohon pinang tumbuh di wilayah kerjanya. Dan di antara pohon-pohon pinang tersebut, ada bagian pohon yang dianggap tidak memiliki nilai ekonomi, dan masyarakat membuangnya begitu saja yaitu pelepah.
Dia berpikir, jika pelepah itu diolah dan dimanfaatkan, tentu akan memiliki nilai ekonomi.
Rengkuh memulai bisnis dengan memilih bahan baku utama. Selain pelepah pinang, dia juga menguji coba bahan lainnya. Namun dari tes yang dilakukan, pelepah pinang paling lah yang memungkinkan untuk dijadikan bahan baku produk.
"Selain itu, saya juga tidak kesulitan untuk mendapatkan pelepah pinang karena sudah memiliki jaringan pemasoknya dari Sumatera," jelasnya.
Dari situ, Rengkuh mulai merintis bisnisnya. Agar produk pembungkus makanannya bisa melakukan produksi massal, dia juga merancang mesin sendiri. Kebetulan, Rengkuh merupakan alumni ITB jurusan Desain Produk. Sehingga membuat mesin produksi bukan sebuah kendala besar.
"Saya mulai produksi dan ternyata ada pasar untuk produk yang saya kembangkan ini. Beberapa restoran sudah menggunakan produk pembungkus makanan dari pelepah pinang ini. Selain itu, sejumlah BUMN juga sudah menggunakan produk ini," jelasnya.
Kini produk pembungkus makanan buatan Rengkuh sudah mulai digunakan konsumen. Dalam sebulan, dia mampu memproduksi hingga 120.000 pieces pembungkus makanan berbahan baku pelepah pinang.
Untuk memproduksi sebanyak itu, Rengkuh dibantu oleh sekitar 6-10 karyawan, yang merupakan warga di sekitar lokasi produksi.
Rengkuh menceritakan bahwa produk pembungkus makanan ramah lingkungan tersebut sudah diekspor sampai ke Jerman. Berbagai persyaratan sudah berhasil dia penuhi, salah satunya adalah produk yang sudah food grade.
"Ini karena saya juga dibantu oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) dalam pengembangan produk ini, sehingga produk sudah masuk kategori food grade. Sehingga beberapa waktu lalu ada mitra yang membantu produk ini masuk ke pasar Jerman," jelas dia.
Selain itu, dia juga berterima kasih kepada BRI yang selama ini juga turut membantu dalam konsultasi bisnis sehingga dia bisa menjalankan bisnis yang bisa memenuhi kebutuhan pasar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.