KOMPAS.com - Sambal telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari khasanah kuliner Indonesia. Setiap daerah memiliki sambal yang khas dengan menjadikan komoditas setempat sebagai bahan bakunya.
Salah satu daerah yang memiliki sambal yang khas adalah Surabaya. Sebagai kawasan urban, sambal banyak digemari oleh masyarakat di Ibukota Provinsi Jawa Timur ini. Hal ini pula yang dimanfaatkan oleh keluarga Siti Fatimah Febrina (42) dengan memproduksi aneka sambal dengan brand Dede Satoe.
"Usaha sambal ini pertama kalinya dirintis oleh ibu saya, Susilaningsih yang memasuki masa pensiun pada 2011. Setelah itu, sambal dibagi-bagikan ke teman-teman dekat, circle keluarga kami. Ternyata mereka cocok dengan sambal yang dibuat ibu," ujarnya saat ditemui di sela-sela Entrepreneur Hub Surabaya, Jumat (29/9/2023).
Baca juga: 8 Ide Usaha di Kala Musim Kemarau yang Berpotensi Cuan
Dari situ, sambal dengan Dede Satoe diproduksi dengan jumlah yang lebih besar. Yang disasar tak hanya konsumen di sekitar, namun juga pembeli yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri.
Alasannya sederhana. Ketika konsumen ke luar negeri dalam waktu yang relatif lama, mereka akan kangen dengan makanan lokal. Sehingga dengan membawa sambal, hal itu memungkinkan para konsumen tersebut bisa mendapatkan makanan dengan cita rasa khas Indonesia, terutama Surabaya.
"Ini juga seperti yang pernah dirasakan oleh ibu saya ketika berdinas dan mengikuti short course ke Selandia Baru. Saat itu ibu saya membuat sambal, dan teman-temannya berkumpul untuk makan bersama karena mereka kangen dengan masakan Indonesia," jelas Sifa, panggilan akrab Siti Fatima.
Kini, sambal Dede Satoe telah diekspor ke sejumlah negara. Sifa menuturkan, negara yang menjadi tujuan ekspor sambalnya di antaranya Amerika Serikat, Australia, serta Jepang.
Menariknya, ekspor sambal Dede Satoe ke Amerika Serikat didorong oleh trend anak-anak muda yang banyak melakukan challenge mengonsumsi makanan pedas untuk konten medsos. Dari situ, muncul orderan sambal ke negara tersebut.
"Perlahan-lahan, anak-anak muda di AS mulai terbiasa makanan pedas, sehingga sambal kami sampai sekarang tetap dipesan oleh konsumen dari negara tersebut," kata Sifa.
Menurutnya, hal itu berdampak positif terhadap bisnis sambal yang dijalankannya. Tanpa melakukan edukasi, pasar di AS terbuka untuk produk sambal karena trend di kalangan anak-anak mudanya.
Hingga kini, Dede Satoe telah memiliki 20 varian sambal. Selain itu, keluarga Sifa juga memproduksi bumbu masak siap pakai sebanyak 5 item, serta produk lainnya ada 3 item.
Untuk membantu pemasaran, Sifa dan keluarganya mengandalkan platform digital, serta secara offline melalui pameran.
"Pemasaran kami lakukan secara online dan offline," jelas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.