KOMPAS.com - Permasalahan limbah plastik masih menjadi salah satu isu yang sering dibahas berbagai pihak. Sebab, belum banyak pihak yang bisa mengolah limbah plastik dan mendaur ulangnya menjadi barang yang memiliki nilai guna.
Salah seorang yang telah melakukannya adalah Sukriyatun Niamah atau akrab disapa Niam, founder dari Robries.
Robries atau PT Siklus Karya Global adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbah sampah plastik, menjadi furniture dan juga home decoration.
Baca juga: Manfaatkan Sampah Plastik, Suster Puteri Kasih Bangun Usaha Daur Ulang Sampah Tanpa Modal
Sebagai seorang mahasiswa praktisi product designer, Niam melihat timbunan sampah plastik yang begitu banyak bisa diolah menjadi material produk dengan fungsi lain.
Sejak remaja, Niam memang memiliki awareness atau perhatian terhadap sampah plastik yang kian menimbun. Dan sebagai product designer, ia menyiasati untuk mengolah limbah plastik.
“Pandangan saya sebagai seorang product designer, sampah plastik ini adalah sebuah material, yang mana setelah saya olah, orang-orang yang melihatnya pun kaget dan terkagum,” kata Niam saat dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu.
Dengan mengolah limbah plastik menjadi sebuah material baru, Niam juga ingin menyuarakan gerakan kurangi penggunaan plastik dan mulai membiasakan diri memilah sampah, agar dapat didaur ulang dan memiliki nilai guna.
Niam bercerita, ia mulai bereksperimen untuk melelehkan limbah plastik menggunakan sebuah oven bekas. Hal ini dilakukannya saat masih berkuliah dan tinggal di sebuah kost.
“Dulu untuk mulai eksperimen, saya mengeluarkan modal untuk membeli oven bekas dan beberapa perlengkapan lain, yang semua bernilai sekitar Rp 3 hingga 4 juta. Saya eksperimen saat masih ngekost,” katanya.
Dari alat yang sangat sederhana dan sebuah kamar kost, rupanya mampu membawa Niam pada proses kreatif dan mengembangkan inovasi.
Pada tahun 2020, Niam sudah menyelesaikan masa perkuliahannya. Ia kembali mengembangkan inovasi Robries bersama rekan barunya hingga memiliki sebuah workshop khusus untuk Robries.
Kemudian di awal tahun 2023, Robries telah resmi memiliki sebuah pabrik produksi.
Baca juga: Tips untuk Mengoptimalkan Repeat Order saat Ekspor
Berawal dari eksperimen yang dilakukan Niam kala kuliah, Niam memberanikan diri menampilkan produk inovasinya mendaur ulang sampah plastik ke mata dunia.
Bersama rekan barunya, yakni Tita, Ano, dan Handhhy, mereka memberanikan diri untuk ikut serta dalam sebuah lomba yang diselenggarakan di Italia, dan berhasil lolos ke sana.
Setelah berhasil membawa nama Robries ke Italia, mereka semakin bergairah untuk mengembangkan potensi pasar yang tidak hanya di Indonesia, melainkan menjangkau ke beberapa negara hingga benua lain.
“Kami makin semangat untuk memperkenalkan produk kami, dengan ikut pameran di sana-sini. Meski awalnya sulit karena ini merupakan produk daur ulang sampah, kini kampanye kurangi sampah plastik sudah banyak, sehingga produk kami juga sudah jauh lebih diterima,” tutur Niam.
Baca juga: Kisah Sukses Ajik Krisna Mendirikan Toko Oleh-oleh Krisna Bali
Barang-barang yang dihasilkan Robries pada dasarnya adalah lembaran seperti triplek yang dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan konsumen. Misalnya, untuk dijadikan hiasan interior, topper meja bar, ataupun produk turunannya berupa furniture dan home decor.
Dengan inovasi, kematangan desain produk, pembentukan pola, dan kualitas yang dipertahankan, produk Robries tidak hanya memikat perhatian individu, melainkan juga perusahaan dan lembaga besar yang memiliki kesadaran ekosistem hijau.
Hotel, restoran, kafe, dan pribadi adalah segmentasi jangkauan pasar Robries.
Baca juga: Kisah Sukses Sunardi Berbisnis Topeng sampai Ekspor, Sempat Bangkrut dan Jual Rumah
Niam menyebutkan, semua sektor tersebut sekarang telah semakin bertumbuh di dalam negeri dan terbilang menguasai lebih dari 50 persen pasar produk Robries.
“Sekarang ini kami sudah menemukan pasar potensial dan dapat dikatakan Robries sudah cukup menguasai pasar untuk produk recycle,” jelasnya.
“Paling banyak adalah dari lokal, seperti di Jakarta dan Bali itu sekitar 60-70 persen pasarnya, sedangkan sisanya adalah ekspor,” tutup Niam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya