KOMPAS.com - Sebelum kembali pulang dari destinasi wisata, kebanyakan orang akan berkunjung ke sentra oleh-oleh untuk membeli oleh-oleh khas daerah tersebut.
Tak heran jika bisnis sentra oleh-oleh menjadi peluang usaha yang menjanjikan cuan.
Gusti Ngurah Anom atau lebih dikenal dengan panggilan Ajik Krisna, mengawali bisnisnya membuka sentra oleh-oleh khas Bali pada tahun 2007 yang bernama Krisna Oleh-oleh Khas Bali.
Baca juga: Kemenkop UKM Gelar Entrepreneur Hub Bali, Teten Masduki Dorong Universitas Cetak Wirausaha
Dalam kesempatan khusus, Ajik menceritakan bagaimana awal mula dirinya membangun sentra oleh-oleh di Jalan Nusa Indah, Denpasar, Bali.
Sebagai pendatang baru pada saat itu, Ajik tentu mengalami kendala. Salah satu kendala yang dia alami adalah kesulitan mencari pemasok produk dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Krisna Bali buka sejak 2007. Pada tahun itu, kita cari supplier untuk masuk toko kita itu masih susah banget. Kami masih baru, orang-orang belum percaya sama kami,” ungkap Ajik saat ditemui Kompas.com di acara Pameran Cerita Nusantara, di JCC, Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Hal itu tak membuat Ajik mundur. Ajik tetap berupaya untuk mencari pemasok hingga mulai membeli stok dengan sejumlah uang tunai kepada beberapa pihak.
“Setelah kami beli produk untuk stok, setelahnya baru ada UMKM yang masuk. Saat itu saya belum tahu, apakah itu produk tangan pertama atau bukan, yang penting ada barang saya ambil,” sambung Ajik.
Lambat laun, Ajik semakin bisa membedakan antara produk yang dihasilkan tangan pertama dengan produk tangan ketiga.
Baginya, hal tersebut adalah wajar karena masih dalam tahap belajar sebagai seorang pengusaha.
Baca juga: Kisah Owner Ayam Hijrah, dari Pekerja Kantoran Hijrah Menjadi Pebisnis Kuliner Sukses
Jika pada tahun 2007 Ajik kesulitan mendapatkan produk dari pemasok, kondisi itu justru berbalik dialami para pelaku UMKM yang ingin masuk toko Krisna Bali pada 2010.
“Di tahun 2010 Krisna itu sangat ramai, sehingga UMKM yang mau masuk ke Krisna yang susah,” ujar Ajik.
Produk yang akan masuk ke toko retail Krisna, harus melalui proses kurasi yang panjang dan detail.
Dalam proses kurasi produk yang panjang, hal ini dilakukan oleh Ajik bersama sang istri. Keduanya harus mengecap, merasakan, memakai, serta menilai kelayakan dari setiap produk yang akan dijual.
“Proses kurasi kami jelas, kami akan mencoba setiap produknya. Maka mulai sejak tahun 2010 juga, kami bisa mengetahui mana produk yang dihasilkan dari tangan pertama dan yang bukan,” kata Ajik lebih lanjut.