JAKARTA, KOMPAS.com - Desa Cikoneng di Kabupaten Bogor, Jawa Barat telah lama menjadi pusat produksi kopi. Namun, selama bertahun-tahun, petani di desa ini menghadapi berbagai masalah yang menghambat produktivitas dan kesejahteraan mereka.
Kondisi tanah yang tidak sehat, penggunaan pupuk yang tidak tepat, dan minimnya akses terhadap bimbingan pertanian menjadi tantangan utama yang harus dihadapi.
Atam Gutama (55) , Wakil Ketua Badan Pengurus Daerah AEKI DKI Jakarta dan Ketua Yayasan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Java Robusta Kopi Bogor, menjelaskan bahwa situasi petani kopi di Cikoneng sangat memprihatinkan sebelum adanya perubahan.
Baca juga: Kopi Indonesia Unjuk Gigi di Jepang
Salah satu tantangan terbesar adalah rendahnya produktivitas karena tanah yang tidak sehat dan kurangnya edukasi terkait teknik budidaya yang efektif.
Para petani sering kali menggunakan pupuk dan pestisida yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanah, yang akhirnya merusak ekosistem dan menurunkan kualitas kopi.
Masalah lain yang dihadapi adalah ketergantungan pada penyuluh pertanian yang harus menangani banyak komoditas di berbagai wilayah. Hal ini menyebabkan petani kopi di Cikoneng kekurangan bimbingan khusus untuk meningkatkan hasil kebun mereka.
Kondisi ini berdampak pada rendahnya pendapatan petani, yang akhirnya membuat banyak dari mereka beralih ke tanaman lain yang dianggap lebih menguntungkan.
"Kami melihat para petani kesulitan menjaga produktivitas karena tanah yang rusak dan minimnya edukasi tentang cara budidaya kopi yang benar," ungkapnya kepada Kompas.com, (9/10/2024).
Baca juga: Cerita Arsani Membangun HOFI, Inovasikan Kopi Gula Aren dan Kopi Jamu
Langkah pertama dalam memulai transformasi di Desa Cikoneng adalah fokus pada perbaikan tanah yang sudah terdegradasi.
Atam Gutama dan timnya, bersama dengan Astra, bekerja sama dengan para peneliti untuk memperbaiki kualitas tanah menggunakan pendekatan organik.
Program ini mulai diterapkan pada tahun 2022 melalui program Desa Sejahtera Astra. Pendekatan ini juga mencakup penggunaan pupuk organik dan metode untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air, yang berdampak pada ketahanan terhadap perubahan iklim.
"Kami menyadari bahwa tanah yang sehat adalah kunci untuk meningkatkan produktivitas. Dengan bantuan para peneliti, kami memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah agar tanah kembali mampu menyediakan nutrisi yang cukup bagi tanaman," jelas pria lulusan Institut Pertanian Bogor tersebut.
Baca juga: Kemenkeu Nilai Kopi dan Cokelat asal Sumbar Berpotensi untuk Ekspor
Ini tidak hanya membuat pertanian lebih ramah lingkungan, tetapi juga mengurangi biaya produksi secara signifikan.
Kolaborasi antara berbagai pihak menjadi faktor penting dalam keberhasilan transformasi pertanian di Desa Cikoneng. AEKI, Astra, dan para peneliti berperan dalam memberikan dukungan teknis dan finansial untuk program ini. Selain itu, edukasi dan pendampingan kepada petani juga menjadi fokus utama.
Baca juga: Mengenal Kopai Osing, Kopi Asal Banyuwangi Bersama Setiawan Subekti